PROLOG

103 10 1
                                    














Langit membiru kembali, hujan berhenti, dan awan-awan gelap itu menghilang. Depan rumahnya dipenuhi genangan air yang membuat sepatu putihnya ternodai. Ia melihat langit, gadis itu tersenyum. Ia akhirnya bisa berangkat sekolah.

Ia melirik jam tangan berwarna abu-abu itu, ia cukup khawatir pintu gerbang segera ditutup lima menit lagi. Ia harus cepat, mungkin sedikit berlari. Gadis itu agak kesulitan saat berlari, rok putihnya sangat panjang dan kurang lebar sehingga langkah kakinya terbatas.

Tiba-tiba saat baru setengah perjalanan, suara melengking terdengar dan suara klakson motor beat memekakkan telinga nya, ia kaget dan berhenti berjalan bukannya menghindar, membuat pengendara motor yang hampir menabrak nya itu kesal. Padahal pengendara itu juga hampir setengah perjalanan dari sekolah nya.

"Woy! Punya mata enggak sih Lo!" Teriak pengendara motor itu dengan suara bass nya, penuh amarah.

"M-maaf enggak aku enggak l-lihat tadi," gadis itu berusaha menjelaskan walaupun dengan terbata-bata, ia sangat takut sekali melihat orang yang hampir menabrak nya itu.

Lalu, orang yang hampir menabrak nya itu sadar ternyata gadis itu memiliki seragam yang sama dengannya. Ia langsung membuka kaca helmnya, melihat gadis itu dari atas ke bawah.

"Amelia ya?" Tanyanya. Gadis itu mengangguk takut-takut saat mendengar namanya disebut.

Dia ingat gadis itu satu kelas dengannya, gadis pemalu yang suka menyendiri. Kebetulan mereka bertemu dan ternyata ia juga agak merasa bersalah karena tidak sengaja menabraknya.

"Maaf aku enggak tahu itu kamu," ucapnya mulai lembut. "Mau aku antar, tenang kok cuman aku antar di depan aja enggak sampai masuk sekolah."

Gadis itu mendongak, sedikit kaget mendengar tawaran lelaki itu. Dia mau menolak tapi, sebentar lagi jam tujuh dia tidak mau terlambat. Mau tidak mau ia mengangguk malu. Entah mengapa lelaki itu tersenyum.

........

Amelia, gadis itu kerap kali melamun. Ia sedang memikirkan kejadian tadi pagi yang membuatnya shock . Ia bukan hanya hampir tertabrak motor tapi, ia juga menyesal telah menerima boncengan -lelaki yang ia lupa namanya-.

Menyesal tentu saja, karena sebab itulah ada teman perempuan nya yang tidak sengaja melihat mereka hingga saat sudah tiba di kelas dia diejek dan dicaci-maki. Amelia tidak tahu mengapa gadis itu selalu mengejeknya setiap kali melakukan sesuatu.

Bahkan sampai jam istirahat gadis itu menyebarkan gosip yang tidak mengenakkan tentang Amelia. Mau bagaimana pun membuat mood Amelia hancur, ia bahkan terus dijauhi dan saat kerja kelompok ia tidak mendapatkan teman.

"Heh.... ternyata kamu centil ya? Deket-deket sama anak baru, mentang-mentang dia ganteng," ucap Gia, gadis yang selalu mem bully nya. Dia menatapnya dengan tatapan mata yang menyebalkan. Gia yang pertama kali melihat Amelia berboncengan dengan anak baru itu.

Tiara dengan muka datarnya menatap Amelia dari tas ke bawah, "ngapain kamu ke sini? Enggak dapet kelompok ya?"

Amelia terdiam, tidak berani menatap gadis-gadis itu yang terkenal sebagai pengganggu.
"Sana pergi!" Usir Dian.

Setelah itu, Amelia pergi dari hadapan mereka daripada membuat nya sakit hati. Sehingga membuat mereka menertawakan nya. Amelia pergi ke bangkunya, menatap sekeliling dengan tatapan sedih semua orang sibuk mengerjakan tugas masing-masing.

Namun, di tempat duduk lain. Lelaki itu menatapnya geram, ia ingin sekali memukul orang yang menyakiti Amelia. Tapi, ia tidak mau membuat keributan.

"Kean, kamu ngapain ngalamun terus? Ayo cepat ngerjain!" Perintah Atta, lelaki bertubuh gempal itu sedari tadi sibuk mencari referensi dari internet dan sadar Kean malah melihat sosok lain.

"Oh...eh....Atta.... kelompok kita kan sedikit, gimana kalau Amelia gabung ke kita, dia kelihatan nya enggak punya kelompok?" Tanya Kean, malah memikirkan Amelia di seberang sana.

Atta melirik gadis yang duduk di pojokan itu. Ia menghela nafas lalu, mengangguk tanpa berkata apa-apa.

"Kamu mau gabung sama cewek?" Ucap Yono, ia sedaritadi menguping. Lelaki itu termasuk dalam kelompok nya.

"Iya, kita kan cuman bertiga. Kata Bu Ani kita harus punya kelompok minimal empat, satunya lagi kan enggak masuk jadi bisa dong Amelia masuk ke kelompok kita," jelas Kean menyakinkan kedua teman kelompoknya. Yona mengangkat kedua bahu, artinya terserah.

Tanpa banyak bicara Kean berdiri dan menghampiri Amelia. Lalu, tatapan mata mereka bertemu. Kean menggaruk tekuknya, mengapa ia merasa grogi?

"Eh...Amelia kamu ikut kelompok aku aja yuk!" Ajaknya.

Amelia terdiam. Ia masih malu-malu padahal mau-mau saja. Namun, tatapan sinis Gia membuatnya takut.

"Udah enggak usah lihat dia, lihat aku..." Ucap Kean sedikit ambigu. Amelia menatap nya dan mengangguk tanda setuju.

Di dalam hati lelaki itu sangat bahagia. Bahkan sedari tadi pandangannya tak luput dari gadis itu yang sedang sibuk menulis. Yono berdehem dan menyenggol bahu Kean supaya berhenti menatap gadis itu.

"Ah...kamu udah kan nulisnya?" Tanya Atta. Amelia sudah masuk ke kelompok mereka.

"Iya, sudah," ucap Amelia.

"Maaf ya temanku rada freak! Maklum anak baru..." Lirik Atta sengit seakan tidak merestui perasaan Kean kepada Amelia.

Kean cemberut, "apaan sih! Aku kan sudah membantunya."

"Makasih ya, Kean.... Sudah masukin aku ke kelompok kamu," ucap Amelia dengan suara rendahnya.

Kean tersenyum manis. Lalu, bel istirahat ke dua berbunyi, pelajaran dinyatakan habis. Semua orang beres-beres dan kembali ke tempat duduk masing-masing. Kean sedih karena sudah tidak bisa berdekatan dengan Amelia lagi.

Yono mulai peka, melihat raut wajah Kean yang berubah. Menyenggol bahu Kean.
"Harusnya kamu bantu dia biar enggak diganggu lagi sama cewek-cewek nakal itu," saran Yono.

Kean ingin melakukan hal itu. Namun, takut kalau ia membela Amelia maka gadis-gadis itu akan terus menfitnah Amelia. Kean harus melindungi nya sebagai bukti kalau Kean sangat menyayangi nya.

Tapi, bagaimana?
















SHY GIRL : AMELIAWhere stories live. Discover now