Rencana Musuh

14 3 0
                                    










Amelia terburu-buru pergi, ia tidak memperhatikan jalan sehingga tidak sengaja menubruk seseorang.
"Aduh...maaf," tanpa melihat sosok yang ia tabrak tadi, ia langsung pergi begitu saja.

Orang yang ditabrak tadi melihat Amelia dengan heran. Lalu, ia menyeringai dan ia jadi tahu lokasi orang ia cari-cari.

Amelia kelelahan berlarian menuju ke lapangan. Kondisi jantung nya saat ini berdegup sangat kencang, tadi ia sangat lancang mencium Kean begitu saja bahkan tidak sengaja menabrak seseorang.

Ia lalu mencari keberadaan Lisa diantara lautan manusia yang sedang berteriak menyemangati pemain sepak bola di lapangan. Ia sambil menjinjit-jinjit mencarinya.

Kemudian, Amelia akhirnya bisa menemukannya duduk di salah satu bangku sambil memainkan ponselnya. Lisa memang begitu, suka memainkan ponsel di tempat keramaian.

Amelia mendekati nya dan duduk di sampingnya. Lisa agak kaget saat mengetahui ada Amelia di samping nya.

"Kamu sudah kembali. Mana Kean?" Seingatnya Amelia bersama Kean tadi di UKS.

Amelia menggeleng, ia berusaha melupakan perbuatan nya tadi. Cukup memalukan untuk di ingat. Lisa mendengus dan memperhatikan wajah Amelia yang terlihat malu-malu.

Lisa jadi mau menggodanya, "ada apa hayo..."

Amelia menatap nya tajam, menyuruhnya untuk diam. Lisa terkekeh geli, perasaan nya cukup kuat kalau mereka berdua pasti melakukan sesuatu. Bisa dilihat dari wajah Amelia.

.....

Yono membuka pintu UKS, ia memang sedaritadi sedang mencari Kean. Namun, saat memasuki ruangan itu, ternyata ruangan itu tidak ada orang. Yono membuka ponselnya, ia menghubungi seseorang, bukan Kean. Tetapi, seseorang yang lain.

"Dimas....aku tidak menemukan nya. Kapan rencana kita dimulai?"

"...."

"Apa? Bukannya lebih cepat lebih baik."

"..."

Yono geram, menyentuh tombol merah di ponselnya dengan kasar. Ia berbalik mencari Kean ke tempat lain. Dia kembali berjalan menelusuri koridor sekolah.

Percikan air terdengar, Kean membasahi wajahnya pelan agar air tidak melukai wajahnya yang terluka. Ia menutup kran di wastafel itu hingga suara air itu terhenti dan ia mengangkat wajahnya menghadap cermin. Wajahnya cukup pucat hampir tidak ada bedanya dengan mayat hidup.

Ia menyentuh dadanya yang masih terdengar degup suara jantung nya yang berdebar kencang. Ia tersenyum sendiri, untungnya ciuman pertama nya sudah diambil oleh orang yang ia cintai. Itu sudah cukup berkali-kali mengenai hatinya yang paling dalam.

Disisi lain dia juga tidak paham, Amelia tidak ingin punya pacar tapi, ciuman ini. Pintu toilet tiba-tiba terbuka, Kean terperanjat.

Saat melihat orang yang datang, Kean menghela nafas lega. Ini sebabnya dia harus hati-hati saat sendiri.

"Yono kau mengagetkanku!" Ucapnya jengkel.

Yono terkekeh, "iya, maaf....aku mencari mu. Ternyata kau di sini..."

"Aku enggak ikut lomba jadi enggak ke lapangan....lihat, wajah dan tanganku.." Kean menunjukkan lukanya.

Yono pura-pura kasihan. "Siapa yang melakukan itu padamu? Kurang ajar," Yono menatap lukanya.

"Sekertaris OSIS itu...dia meresahkan, aku harap ini semua akan segera berakhir..."

"Apa kau menang? Aku dengar dari rumor kalau kau menang saat bertarung dengan OSIS..."

Kean mengangkat sebelah alisnya, "rumor? Siapa yang menyebarkan rumor tentangku?"

Yono menghela nafas, "di sekolah ini tidak pernah lepas dari rumor. Hampir semua orang menyebarkan rumor....apalagi yang menyangkut OSIS... walaupun perkelahian kalian berdua di tempat sepi..."

Kean baru mengetahui hal itu. Dia memang selama ini tidak peduli soal rumor yang beredar.
"Tapi, siapa yang mengobati lukamu? Bukannya PMR semuanya sedang kumpul di lapangan."

Kean terdiam, menggaruk tekuknya yang tidak gatal.
"Amelia yang mengobati lukaku," ucapnya tersipu.

Yono memiringkan kepalanya. "Berdua?"

"Hah? A-apa? Tidak. Ada Lisa..." Ucapnya gugup.

Yono tersenyum, tanpa banyak bertanya soal sikap Kean. "Amelia kayaknya sudah ada di lapangan, kau mau ikut?"

"Emm....nanti, kau duluan...ponselku tertinggal di kelas," dia bohong, ponselnya sudah ada di dalam saku celananya.

"Oh...kalau gitu aku duluan..." Yono meninggalkan Kean sendiri.

Kean terdiam di sana menatap cermin sekali lagi. Yono berjalan menelusuri koridor, lalu saat sudah sedikit jauh dia berbelok ke kiri menuju lapangan. Mencari Amelia, saat sudah ketemu dia berhenti. Matanya tidak sengaja melihat salah satu anggota OSIS yaitu Hendri. Asik berdua di pojok tempat duduk gazebo dengan kekasihnya.

Yono mendekat ke arahnya.
"Wah...wah....siapa di sini...!"

Hendri sontak melepas rangkulan ke lelaki itu.
"Apa?"

"Romeo dan Juliet eh..bukan, ini malah Romeo dan Romero....wah romantis sekali...apa harus ada rumor yang disebar lagi ini..."

Hendri menelan ludah dengan wajah ketakutan yang dia tutupi. " Tidak ada hubungannya, Reza dan aku hanya berangkulan saja...ehm..y-ya kan Reza?"

Reza menatap Yono lalu, mengangguk. Yono tertawa. "Kau pikir aku bodoh? Melihat kalian berangkulan di tempat sepi? Aku juga punya foto kalian saat telanjang di ranjang UKS, sangat miris!"

Hendri saking terkejutnya tidak berkedip sama sekali. "Kau! Jangan macam-macam!"

"Oh! Begitu ya! Tapi, kau tahukan harus membayar berapa?" Yono berpikir licik, mencoba mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan uang.

Hendri tidak bisa menghindari hal ini. "Berapa maumu, satu juta....lima juta...atau sepuluh juta?"

Yono berpikir sejenak, "hmm....sini aku bisikin.."

.....

Mentari bersinar tidak sepanas tadi, cuaca sedikit mendung. Kean menunggu bersama motornya, kali ini Amelia mau di ajak pulang bareng. Hatinya berbunga-bunga. Ia gugup. Melihat sekeliling, murid-murid pada pulang mendahului nya.

Kean menunggu dengan sabar, ia melirik jam di ponselnya. Padahal baru dua menit ia menunggu. Namun, ia sungguh sangat tidak sabaran.

Lalu, tiba-tiba gadis yang ia tunggu sudah muncul di samping nya. Tersenyum manis. Ia mematung lalu, tersadar gadisnya itu butuh helm.

Setelah helmnya terpasang, Kean juga memasang helmnya dia tahu tangannya gemetaran sejak tadi. Kedua bahunya disentuh oleh Amelia untuk dijadikan pegangan agar bisa naik ke motor nya.

Saat menyalakan motor nya ia lupa menanyakan alamat Amelia.
"Rumahmu di mana?"

"Masuk ke perumahan lalu, lurus dan belok sampai nemu rumah warna biru..." Ucap Amelia.

"Oh oke..." Dia menyalakan motor dan pergi meninggalkan sekolah.

Yono yang mengawasi pergerakan nya, menatap tajam. Dia menelpon seseorang.
"Aku akan awasi gadis itu juga..."








SHY GIRL : AMELIADonde viven las historias. Descúbrelo ahora