trauma

19 6 0
                                    






Di kamar mandi, pantulan wajah Kean di cermin cukup berantakan. Pantas saja Amelia menanyakan kabarnya akan kondisi nya saat ini. Pucat. Bahkan semalam dia juga bergadang. Lengannya ada dua goresan luka yang belum mengering, sebelumnya sudah dibalut kain.

Seragamnya berlengan panjang jadi bisa menutupi luka itu. Merah, bercak merah menetes di atas wastafel menetes terus menerus. Kean frustrasi. Akhirnya lukanya dibalut lagi.

Wajahnya ia basuh. Kemudian, ia bernafas lega. Kean mau kembali ke kelas lalu, saat itu dia tidak sengaja menubruk bahu seseorang. Berjas hitam dengan logo sekolah di dada nya, melirik tajam ke arah Kean. Ketua OSIS itu tidak menyukai nya.

Kean menghiraukannya, bersikap tak acuh. Hingga langkahnya terhenti saat lelaki itu membuka suara.
"Aku ingin bicara padamu..."

Tubuhnya berputar ke belakang. Berhadapan.
"Sepertinya tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi," ucap Kean dingin.

"Saat itu aku melihatmu di kedai kemarin.....aku jadi ingat..." Ucap lelaki itu. Mengingat sesuatu.

Kean mengangkat kepalanya membuang nafas. Dia tidak ingin bicara dengan Ketua OSIS itu.

"Kenapa? Kau juga ada di sana kan?" Suasana di sana mulai tegang. Toilet laki-laki sepi. Kean tidak ragu untuk menjawab.

Geo, lelaki itu terkekeh.
"Aku tahu dulu kau sama seperti aku...jadi, aku berani menantang mu...."

Kean terdiam. Keningnya berkerut. Ketua OSIS itu kembali berulah, bila emosi Kean terpancing berarti benar dugaannya.

"Ha...memang benar, aku tidak ada urusan denganmu lagi, aku juga sudah minta maaf."

Geo langsung pergi begitu saja. Kean sedikit kebingungan. Apa niatnya sebenarnya?

.....

Kean kembali ke kelas, rombongan teman-temannya  berkumpul di pojokan kelas. Kening Kean berkerut, dia menghampiri. Tiba-tiba semua diam, saat Kean datang. Semua menatap nya.

"Ada apa?"

Semuanya berbisik. Kean melihat mereka satu-satu. Seseorang berdecih. "Dia lihat apa sih?"

"Duh nyeremin banget!"

"Enggak nyangka..." Bisik mereka, pasti terdengar jelas oleh Kean.

"Kasihan Amelia harus dekat dengannya..."

"Pantas bisa berani nonjok Ketua OSIS....berandal.."

Kean mundur ingin memutar balik. Namun, dicegat oleh tiga laki-laki.

"Bagaimana kemarin nongkrong nya? Asik kan?" Ucap salah satunya.

"Maksudnya?" Ucap Kean. Bingung.

"Dasar kriminal bisa-bisanya sekolah di sini.... seharusnya kamu dipenjara!"
Kean melirik kebelakang, sosok tinggi nan besar dengan rambut cepaknya. Luka sayatan di pipi, berdarah-darah.

Tiba-tiba dia dikerumuni oleh orang-orang, teman-teman nya dahulu. Dengan mata marah, mendekat, membalaskan dendam. Kelas menjadi suram. Detak jantung Kean meningkat, sesak.

Si rambut cepak mencekik lehernya. Kean kehabisan nafas. Memori di otaknya berputar-putar. Pembullyan, pemukulan, dan bocah-bocah brandal.

Dia hampir membunuh orang. Hanya satu cutter, mengggores pipinya, mengancam. Pemberontak kecil. Teman-teman nya dahulu. Kean ingin muntah, tuduhan palsu dan narkoba. Si rambut cepak tertawa dengan mabuk di depannya, di kelas yang sepi. Teman-teman nya yang sama berandal memaksanya datang.

Kean tidak tahan. Besoknya dia mengambil cutter, menyerang. Membalaskan dendam. Dia takut, dia dikeluarkan. Sebagai aib sekolah.

"Kean! KEAN!"

Kean membuka matanya cepat, nafasnya memburu. Tiba-tiba dia ada di UKS, anak PMR itu membangunkannya. Keringatnya bercucuran, seragamnya sedikit basah. Lengannya dibalut kain, kain yang baru.

"Ini minum," dengan suara lembut anak PMR itu memberikan gelas berisi air hangat.

Kean meneguknya semua. Anak PMR itu kaget.
"Aku kenapa tadi?"

"Kata temanmu kamu pingsan di kelas, tangan mu juga berdarah," jelas perempuan itu yang anggota PMR. Dia tahu kalau Kean melukai dirinya sendiri.

Perempuan itu membuka sedikit korden, mengajak temannya masuk. Ada Atta di sana, sedangkan Yono pergi ke toilet karena tidak tahan menahan kencing terlalu lama. Atta bertanya, setelah berhadapan dengan nya, "kamu baik-baik saja?"

Kean mengangguk. Dia kebingungan, dia hanya bermimpi buruk sampai pingsan. Mungkin karena terlalu banyak beban pikiran.

"Kalau sudah baikan kamu bisa kembali ke kelas," ujar anak PMR itu dan berlalu pergi. Hanya ada Atta dan Kean di sana.

"Ada apa denganmu, mau mati?" Ujar Atta. Marah. Melirik lengan Kean yang telah dibalut kain.

Kean terdiam. Atta mulai mengomel. "Dengar! Kalau ada masalah cerita ke aku, jangan dipendam sendiri...!"

"Kau tidak akan mengerti..." Ucap Kean parau.

"Hah?! Dasar..." Atta hanya bisa berkomentar. Tanpa tahu sebab.

"Apakah kau akan berteman denganku jika kau tahu siapa diriku yang sebenarnya?"

.......









SHY GIRL : AMELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang