Keluarga Kean

11 3 0
                                    






Di suatu malam yang sunyi dan dihiasi bintang-bintang bertaburan di atas langit, angin dingin itu masuk melalui jendela kamar. Kean buru-buru menutup jendela kamarnya lalu, ia kembali ke meja belajarnya. Ia tidak bisa berhenti tersenyum seraya mengingat kembali waktu mengantar Amelia pulang. Senyum Amelia masih terpatri di dalam pikirannya.

Padahal ia sedang membaca novel dan malah tidak fokus ke jalan cerita nya. Abang nya yang tiba-tiba masuk ke kamarnya mengamati kelakuannya.

Saat Kean berbalik badan, ia hampir melemparkan bukunya. "Astaga! Main masuk aja!"

Abangnya mengangkat kedua bahunya. Abangnya itu biasa dipanggil Ray. Ray melihat ekspresi wajah adiknya yang mungkin tidak seperti biasanya.
"Kamu narkoba ya?"

Kean kebingungan dengan pertanyaan aneh abangnya itu tapi, dia tidak mencoba menjawabnya. Ray lanjut bertanya lagi, "apa ada sesuatu di sekolah? Kamu terlihat bahagia ya?"

"Ya! Terus kenapa? Emang enggak boleh....duh pergi sana!" Usir Kean, ia kembali membaca novelnya.

Ray masih berdiri di sana, ia mulai mengeluarkan suara dari pantatnya. Kean menutup hidungnya, ia berbalik menatap abangnya. Ray tertawa, "sorry, gak tahan..."

Ray langsung kabur. Kean menghela nafas, berusaha sabar. Lalu, ia kembali mengingat-ingat Amelia. Sayang sekali, besok dia tidak akan bisa mengantar Amelia pulang lagi dikarenakan sekolah diliburkan.

Kean mungkin berpikir akan memulai kencan ataupun sekedar hangout bersama nya dan hanya berdua. Kalau dia mengajak teman lainnya juga tidak masalah, lagipula jika dia begitu saja mengajak Amelia jalan-jalan pasti akan terasa kaku.

Tetapi, disisi lain Ibunya yang sudah lama bekerja diluar negeri bisa pulang bulan ini. Ibunya pulang karena harus mengambil rapor nya. Ibunya yang bernama Fina itu sudah lama menjadi janda, ayah Kean meninggal karena kanker. Kean juga menyesal dua tahun lalu, sudah mengecewakan ibunya karena kasus pembullyan.

Padahal kenyataannya Kean hanya membela diri kala itu. Namun, banyak yang mengira kalau dia melakukan hal itu disengaja.

Fina sebagai seorang ibu yang suka mengejar karir, ia jarang pulang, walaupun Ray sudah membantu untuk mencari nafkah. Tetapi, Fina terlalu ambisius untuk mengejar mimpi sehingga waktunya habis hanya untuk bekerja.

Kean terdiam, ia menyentuh perut nya. Lapar. Ia bergegas mencari makanan diluar kamarnya, ke dapurnya dan berakhir di kulkas. Di sana hanya ada sayuran dan buah yang sudah membusuk. Kean berdecak, menatap abangnya yang sedang asik menonton tv.

"Bang! Apa enggak mau beli makanan?" Tanyanya.

Ray melirik nya, "hah? Enggak....aku lagi diet."

"Kalau gitu mana duit?" Kean menyodorkan tangannya.

"Ngapain?"

"Ish...! Beli makanan lah!"

"Gofood aja!" Ucap Ray malas.

"Kan harus pakai duit belinya! Terus mana ada gofood hampir tengah malam gini!"

Ray merogoh sakunya ada satu kertas uang terlipat. Ia memberikan nya ke adiknya. "Sekalian beliin aku jajan, di minimarket sana!"

Kean menerima uang itu, ia menatap abangnya sengit 'katanya diet' batinnya. Lalu, ia kembali ke kamarnya untuk ganti baju yang tebal. Matanya melirik jam dinding, sudah hampir jam sebelas malam.

"Bang!" Ucapnya sesudah keluar kamarnya.

"Hmm"

"Pinjam mobilmu ya, dingin kalau naik motor, takut masuk angin .."

Ray melirik nya serius, menghela nafas berat. Kean memohon-mohon agar diijinkan. Ray mengangguk saja, masa bodoh. Kalaupun nanti mobilnya lecet, Kean akan diberikan hukuman. Kean langsung menyambar kunci mobil yang ada di meja kecil samping nya.

Akhirnya dia bisa merasakan naik mobil punya abangnya. Ia jarang ikut naik karena pasti Ray sibuk menggunakannya untuk pergi bekerja di proyek pembangunan. Ray hampir delapan tahun lebih tua dari Kean, sedangkan usia Kean sudah delapan belas sekarang.

Dia memang sudah punya SIM mobil tapi, jarang ia pakai. Ia menyalakan mesinnya, ia sangat kegirangan. Sambil mengecek spion, ia juga tidak lupa memencet tombol untuk membuka gerbang agar ia tidak sengaja menabrak nya.

Di malam ini perjalanannya cukup sunyi dan sepi, di pemberhentian lampu lalulintas Kean tidak menemukan satupun pengendara sehingga membuatnya sedikit merinding. Ia menyetel lagu jazz agar situasi tidak menjadi seram.

Namun, ternyata ia tidak menemukan lagu kesukaan nya hanya lagu-lagu rock yang biasa didengar abangnya. Ia berdecak kesal, terpaksa ia mendengar kan lagu itu dengan volume yang kecil takut mengganggu pendengarannya.

Sesampainya di minimarket, ia memarkirkan mobilnya di sana. Ia bersyukur ada beberapa orang juga belanja di sana, jadi tidak akan terasa horor. Ia memasuki tempat itu. Ia jadi lupa ingin membeli apa.

Akhirnya ia hanya berkeliling agar bisa menemukan makanan yang ia suka. Saat berkeliling ia tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan, ia tidak tahu siapa itu karena posisi perempuan itu membelakangi nya. Kean berusaha mengabaikan dan fokus melihat bermacam-macam jenis mie instan di rak itu.

Setelah sibuk mencari, Kean tidak sadar keranjangnya sudah penuh. Ia sengaja banyak belanja. Ia menuju ke kasir, perempuan yang ia lihat tadi mungkin sudah pergi. Kean tidak pedulikan hal itu.

Di tempat kasir Kean berpikir ingin beli rokok. Sudah lama ia tidak merokok. Sesekali ia ingin mencoba nya. Jadi, dengan sisa uangnya ia beli untuk itu.

Kean keluar dengan sekantung belanjaan, ia memasuki mobilnya. Kemudian, di perjalanannya dia berniat menepi untuk sekedar merokok. Ia menyalakan rokoknya dan tidak lupa membuka jendela mobilnya.

Kalau tidak, bau asapnya pasti akan menempel di dalam mobil. Nanti abangnya akan mengomelinya. Sensasi tembakau di mulut dan hidungnya yang sangat ia rindukan, ia jadi begitu santai walaupun malam ini perjalanannya terasa menyeramkan.




SHY GIRL : AMELIAWhere stories live. Discover now