Rumah Amelia

12 3 0
                                    






Di malam yang dingin, Amelia kelaparan ia akhirnya memilih untuk beli makanan di minimarket terdekat. Ia minta ijin dulu dengan ibunya walaupun awalnya ditolak. Tetapi, Amelia memaksa dan berjanji akan hati-hati.

Ia tidak menyadari bahwa ia sedang di minimarket yang sama dengan Kean. Dia hanya belanja makanan ringan dan mie instan pedas sekalian ia beli softex. Keperluan untuk kewanitaan itu penting.

Ia bergegas pulang agar ibunya tidak mengkhawatirkan nya. Sesampainya di rumah dia disambut baik oleh sekuriti di sana, dia dibukakan gerbangnya dan ia bisa memarkirkan motor nya.

Ia masuk ke dalam rumahnya, sedikit kesulitan untuk membuka pintu rumahnya yang besar. Rumahnya ini sangatlah megah itulah mengapa Kean sempat melongo saat pertama kali melihat rumahnya yang sebesar ini. Kean tidak tahu bahwa ada rumah yang semewah ini di perumahan tersebut.

Ibunya ada di dapur, menikmati teh panas. Menunggu putrinya pulang. Amelia dan ibunya bernama Minda hanya tinggal berdua, sebenarnya ayahnya tidak benar-benar meninggal hanya bercerai dengan ibunya dan pergi menikahi wanita lain. Lalu, sampai sekarang Amelia tidak tahu kabar ayahnya itu.

"Hehe...ini Mama..." Sambil menunjukkan barang belanjaannya.

Minda, sang ibu memutar bola matanya. "Kenapa enggak banyak sekalian belanja nya?"

Amelia menghela nafas, "Mama, ini kan sudah larut malam. Masa harus buang-buang waktu cari belanjaan lagi yang banyak .."

"Iya...iya...taruh itu di lemari.." pinta Minda.

Amelia menaruh belanjaan nya itu ke lemari dekat dapur. Stok nya memang sudah menipis, ia menata rapi setiap mie instan yang ia beli.

"Itu...lelaki yang datang mengantarkan mu tadi siang siapa ya namanya....Keanu atau Kian?" Tanya Minda sambil memperhatikan anaknya.

Amelia menghentikan gerakan nya, berbalik melihat ibunya. "Kean maksudnya Ma....Mama enggak akan marah kan?"

"Iya...Mama paham kok, akhir-akhir ini kamu berangkat dan pulang jalan kaki jadi, Mama kaget aja tiba-tiba diantar sama laki-laki. Mama juga dengar kalau Kean bantu kamu banyak..."

Amelia mengangguk-angguk saja sambil membereskan kembali hingga selesai. Ia duduk di kursi dapur.

Minda memandangi putrinya itu, "kamu tahu kan kalau Mama itu mau menjodohkan mu sama anaknya teman Mama..."

Amelia menghela nafas. Minda mengerti perasaan putri nya, "Mama cuman khawatir kamu berakhir dengan lelaki sembarangan...."

"Tapi, aku pengin kuliah dulu..."

"Iya, setelah itu kamu bisa nikah...gampangkan?"

Amelia terdiam.

"Sudah sana tidur....sudah malam..."

.....

Di pagi hari burung-burung berkicauan, langit biru terang itu membangunkan Kean. Ia melamun menatap langit itu di teras rumahnya sebelum ia berangkat pergi.

Ia pergi ke rumah Amelia. Hanya sekedar bermain ke rumahnya, ia memang tidak ijin dahulu. Namun, ia ingat kemarin Amelia bilang boleh pergi menemuinya.

Di sana Kean melihat ada satpam sekaligus sekuriti mengamatinya dari jauh. Pria itu menghampirinya dan menanyakan kehadirannya.

"Oh...kamu ya Mas Kean....mau ketemu sama Amelia ya?" Satpam itu mulai mengingat wajah Kean.

Kean tersenyum ramah. Mengangguk pelan.

"Boleh masuk....Amelia lagi sendirian di rumah, Mama nya lagi pergi soalnya. Biar Mas bisa nemenin Amelia di dalam."

Kean bisa masuk ke dalam, ia belum pernah ke dalam rumah Amelia sebelum nya. Ia ragu untuk mengetuk pintu tapi, ia menemukan ada bel di sebelah pintu itu dan menekan bel itu dua kali.

Pintu itu perlahan terbuka, menampakkan setengah wajah Amelia. Sebagian wajahnya tertutup pintu besar itu, Kean menelan ludahnya. Berarti kalau ia sudah masuk kedalam hanya ada mereka berdua di sana. Hanya berdua.

"Masuk..." Ucap Amelia malu-malu.

Setelah masuk ke dalam, Kean membuka mulutnya, matanya mengitari seluruh ruangan itu. Sangat mewah, ada lampu gantung di atasnya, sofa-sofa warna abu-abu yang terlihat nyaman, lantai marmer berwarna putih bersih, dan tangga besar menuju lantai dua.

"Kean sini duduk.." ucapan Amelia menyadarkannya.

Ia duduk di salah satu sofa di sana, ia menaruh tas selempang yang ia bawa disampingnya. Sayangnya dia tidak membawa apapun untuk diberikan ke tuan rumah dan untungnya hanya ada Amelia di sana.

Namun, itu juga menyadarkannya bahwa hanya ada mereka berdua. Pasti akan terasa aneh. Amelia membawa bermacam jajan dan minuman di atas meja. Kean memperhatikan nya baru kali pertama ia melihat Amelia memakai baju selain seragam.

Celana pendek dan kaos lengan panjang bergambar beruang yang Amelia kenakan terlihat sederhana untuk orang kaya. Amelia duduk di sampingnya.

"Maaf... mendadak datang.."

"Enggak apa-apa kok....aku juga lagi sendiri..." Amelia tersipu, entang mengapa.


Kean membuka topik lain, "Kamu kan orang kaya kenapa banyak yang membully mu dulu?"

Amelia menatap nya.

"Ah...maaf bukan begitu ak--"

"Aku cuman tidak mau Mamaku khawatir...." Ucap Amelia pelan.

Kean terenyuh, "oh begitu ya...hmm..apa selama ini Mama mu tidak tahu?"

Amelia menggeleng sambil tersenyum. "Tapi, sekarang aku tidak dibully lagi kan? Berkat kamu.."

Pipi Kean merona. Ia bisa merasakan rasa senang Amelia saat mengucapkan hal tersebut.
"Iya...dulu aku juga pernah di-bully jadi, aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan..." Kean jadi mengingat masa lalunya.

"Hmm...begitukah? Jadi, kamu pindah sekolah karena kamu dulu di-bully?"

"Iya...jadi, aku bisa sekolah dengan tenang.."

"Tapi, bagaimana dengan para OSIS?"

Kean berpikir sejenak, "tidak masalah, kita juga setahun lagi lulus....kamu tidak perlu khawatir, lihat lukaku sudah kering.."

Amelia baru sadar luka-luka Kean yang ditutup kain kasa sudah dilepas. Amelia tersenyum, ia menjadi lega. Ia menyentuh wajah Kean yang sebelumnya terluka.

Kean merasakan geli di sekujur tubuhnya, tiba-tiba ia ingat ciuman kemarin saat wajah mereka sedekat ini. Semoga tidak ada cctv di rumah Amelia agar ibunya tidak melihat mereka sedekat ini, akan sangat memalukan.

Cup

Kaget. Kean mundur, Amelia tidak sengaja mencium dahinya ia hanya sedikit menyenggol. Kean memalingkan wajahnya.

Amelia merasa sangat malu. Mereka terdiam beberapa saat. "Aku ingin k-ke toilet..."

"Itu ada di sebelah kiri..." Tunjuk Amelia masih dalam mode malu. Ia bahkan terus menunduk.

Akhirnya Kean bisa kabur sejenak untuk menetralkan detak jantungnya. Apa-apaan ini? Batinnya.



SHY GIRL : AMELIAWhere stories live. Discover now