Ciuman Pertama

14 4 2
                                    




Dua minggu berlalu, di sekolah udara panas menerpa. Hujan dan badai ditunda, sekarang hari yang panas. Ujian telah usai. Tetapi, gangguan para OSIS tidak pernah berhenti. Kean terpaksa harus menderita sebentar.

Namun, bukan berarti hal ini menghentikan nya untuk dekat dengan Amelia. Gadis itu sangat pengertian mengenai masalahnya selama ini, walaupun gadis itu sebelumnya belum tahu bahwa ia terus baku hantam dengan OSIS.

Di UKS, Amelia menemani Kean. Luka-luka di wajah dan tangan Kean harus diobati. Sebelumnya beberapa menit setelah acara kenaikan kelas berupa lomba-lomba, Hendri sang sekertaris OSIS yang kurang ajar itu telah menghajar Kean hingga babak belur.

PMR di sekolahnya malah sibuk mengawasi pertandingan sepak bola di lapangan sekolah. UKS sepi, hanya ada Lisa, Amelia, dan Kean. Lisa sibuk memainkan ponsel, mengabaikan sepasang insan yang sedang berdua.

Amelia sibuk mengobati luka Kean. Wajah Kean ini merona, baru pertama kali sedekat ini dengan Amelia, dia bahkan bisa mencium aroma parfum yang membuatnya terhipnotis sebentar.

"Sudah," lamunan Kean terhenti saat Amelia membuka suara. Sedaritadi memang suasana hening menyelimuti, hanya suara degup jantung Kean dan detik jam terdengar.

Lisa melirik mereka berdua, takut melewatkan sesuatu. Emang apa yang ia harapkan? Ciuman?. Kean terdiam, menyentuh lukanya yang sudah ditutup. Tidak parah, hanya lecet.

Amelia mendekat lagi, menyingkirkan sedikit rambut Kean agar lukanya bisa dilirik sedikit. Amelia bisa merasakan sakitnya walau hanya melihatnya saja.

"Apa kamu baik-baik saja?" Tanyanya lagi. Sebelumnya ia sudah bertanya berkali-kali. Walaupun jawaban Kean tetap sama, ia terus bertanya.

"Apa aku harus melaporkan kejadian ini ke BK?" Tanya Amelia.

Kean tersenyum, "untuk apa? bukannya mereka ini OSIS. Sekolah paling hanya menyuruh mereka untuk meminta maaf lalu, besoknya berulah lagi," ucapnya terdengar putus asa.

Amelia menggigit bibirnya, ucapnya memang benar. Dahulu saat Amelia dibully oleh Gia, dia sudah melaporkan kejadiannya ke BK. Walaupun guru BK terlihat ramah dan baik, tapi tetap saja tidak pernah membantunya. Yang ada Amelia makin menderita dengan perbuatan Gia waktu itu.

Kean melihat wajah Amelia yang sedih, menyesal. Dia membuat gadis itu menjadi sedih. Ingin sekali dipeluknya.

Lisa berdehem, menyimpan ponselnya. "Aku pergi dulu, temanku katanya mau ditemani...kalian berdua saja ya di sini," ucap Lisa berpamitan.

Amelia berusaha mencegatnya, dia tidak mau berduaan. Dia merasa canggung dan tidak mau menimbulkan kesalahpahaman.

"Lisa, jangan tinggalkan aku dong ..."

Lisa menoleh, dia sudah hampir di ambang pintu. Dia malah tersenyum. "Bukannya bagus ya berduaan..."

Amelia cemberut sambil menatap Lisa yang langsung pergi, mengabaikan larangannya. Kean menatap wajah gadisnya itu merasa gemas. Dia biasa saja, malah bagus hanya berdua saja. Dia bahkan lupa bahwa aslinya Amelia itu gadis yang pemalu.

"Sudah biarkan saja....aku juga mau ngomong empat mata sama kamu.." ujar Kean sambil menekankan kata-kata nya.

Amelia menoleh ke arahnya. Penasaran. Kean melanjutkan, "aku tahu ini mendadak banget, tapi aku akan menyesal kalau enggak ngomong langsung ke kamu..." Dia menjedanya, "aku suka sama kamu.... maksudnya aku cinta...cinta sama kamu.."

Ucapnya secara langsung. Amelia melongo. Agak merinding Kean seketika, ia memang tidak pernah mencoba untuk jujur dengan isi hatinya. Saat dikeluarkan semuanya terasa lega bahkan ruangan ini yang panas terasa dingin mendadak.

Bibir Amelia menjadi bisu, dia tidak merespon apapun. Baru pertama kali ada lelaki yang menyatakan cintanya secara langsung. Kean menyentuh kelingking Amelia dengan lembut, kepalanya mendongak dan matanya menatap dengan tulus ke arah manik Amelia yang telah berair. Apa dia menangis?

Kean menghela nafas, melihat jemari Amelia yang bergetar. Dia menghapus air matanya dengan cepat sebelum mengalir.

"Aku hanya terkejut."

Kean mendongak, "kamu selama ini hanya menganggap ku teman kan?"

"Iya, tapi aku tidak mau pacaran....maaf."

"Tidak apa-apa, aku cuman mengeluarkan isi hatiku...aku tidak memaksa," ucap Kean. Sebenarnya ia tahu dia sedang ditolak.

Kean malah menggenggam jemari Amelia agak kuat. Amelia merasa sedikit tidak nyaman. Tapi, dia juga tidak enak untuk melepaskan. Kean mengecup jari-jari Amelia dengan lembut dengan bibirnya yang basah oleh darah dari lukanya.

Amelia tersentak, reflek melepasnya dan sedikit mundur. Menjauhi tangannya. Pipi Amelia memanas. Kean terkekeh geli, agak sakit saat ditolak namun setidaknya dia ada kesempatan untuk mengecup jari-jari nya.

Dia bisa melihat pipi Amelia yang sehalus kapas itu merona dan matanya yang bening sebening kristal itu sedikit berair. Kean berandai-andai dapat mengalahkan egonya agar bisa begitu dekat dengan gadis itu, dia berdiri. Memeluk Amelia.

Beberapa saat itu terjadi. Hening yang ada, deru nafas mereka berdua menghangat. Kean melepas pelukannya, melihat wajah gadis itu sekali lagi dari jarak sedekat ini.

Tinggi badan mereka jauh berbeda. "Kau tahu berapa lama aku harus menahannya?" Ucapnya. Ia menyentuh rambut Amelia yang pendek lalu, turun ke pipinya yang lembut.

Bibir mereka bersentuhan, Amelia berjinjit kecil untuk menyentuh bibirnya. Kean membelak, ia bisa merasakan bibir Amelia yang kering bersentuhan langsung dengan bibirnya yang masih lecet.

Sesaat ciuman mereka tidak lama. Amelia langsung melepaskan diri, pergi dan meninggalkan Kean sendiri mematung di sana. Ia menggosok bibirnya dengan ujung jarinya, ada bekas lipstik yang tertinggal. Kean menutup mulutnya tidak percaya.



SHY GIRL : AMELIAWhere stories live. Discover now