HADIAH🌹

21 8 0
                                    











Di sebuah tempat yang luas penuh rerumputan yang pendek, cahaya mentari di atas sana menyinari sekumpulan laki-laki yang sedang asik nongkrong.

Bukan tanpa sebab di sana ada yang berjualan bakso keliling dan mereka tentu saja sedang membelinya.

Sekumpulan lelaki itu nampak bercengkerama padahal cuaca sore itu sangat gerah dan panas. Di sana juga ada yang berjualan minuman dingin jadi mereka tidak perlu khawatir bilamana kehausan.

"Geo....Lo kemarin kok gak mau mukul balik anak itu?" Tanya temannya. Penasaran.

Geo yang sedang menikmati pemandangan sekeliling langsung menengok ke arah temannya itu. Tanpa basa-basi ia menjawabnya.

"Males."

Temannya itu yang berkacamata cemberut. Jawaban singkat dan dia belum puas.

"Biasanya kamu berani lawan orang yang gangguin adik kembar kamu, kok sekarang ciut..." Lelaki berkacamata itu yang bernama Arez meledeknya.

Dibalas dengan tatapan tajam Geo.
"Dia terlihat kekuatannya setara sama aku....lihat hidung aku, untung aja enggak patah!" Gio menunjuk hidungnya yang sudah ditempel dengan kain kasa.

Di seberang sana seseorang menghampiri dengan dua mangkuk bakso. Akhirnya mereka berhenti membahasnya dan mulai memakan bakso.

Namun, mereka tidak akan lama untuk diam, pasti ada saja yang mengobrol dan membuka obrolan yang panas.

Siapa lagi kalau bukan Arez si kutu buku yang cenderung cerewet dan sok pintar. Sedangkan Hendri yang biasa dipanggil sekertaris OSIS itu di sekolah malah kesal dan ingin menyumpal mulut Arez yang tidak bisa berhenti berbicara.

"Hendri sudahlah biarkan dia...lagipula memang benar, aku  sudah mengaku kalah.." ucap Geo. Seolah ia sudah putus asa.

Semuanya terdiam, baru pertama kali mendengar sang ketua mengaku kalah secara terang-terangan. Sepertinya Gio tidak akan membuat masalah lagi dengan anak baru, biasanya dia yang paling tidak terima bila wajahnya ditonjok.

"Tapi, Geo....gimana kalau dia macam-macam dengan kita?" Ucap Hendri tidak tenang.

Geo menatapnya dengan datar, menjawab nya dengan tenang sambil mengaduk kuah bakso nya.
"Kalau begitu kita maju....tapi, aku tidak yakin dia akan macam-macam. Apa urusannya dengan kita? Yang aku tahu dia cuman ingin melindungi ceweknya dari adikku."

Hendri menelan ludah. Arez malah cengengesan.

"Ya...enggak seru kirain ada baku hantam.." protes temannya yang lain. Menyimak.

"Jadi, kamu berhenti buat ngawasin adik kamu?" Tanya Hendri lagi. Tidak yakin.

Geo mengangkat sebelah alisnya.
"Enggak...tetap aku awasi dan yang terpenting kita hindari Kean. Tinjunya tidak sembarangan," ucapnya sambil mengingat-ingat pukulan yang kemarin.

........

Di pinggiran jalan di sebuah kota, berdekatan dengan rumah Kean, ada sebuah toko bunga menampilkan poster yang tertempel di jendela.

Ada promo terbaru, setiap bunga bisa dibeli lebih murah dua puluh ribuan. Kean tersenyum ia sudah menantikannya selama sebulan. Menabung untuk keperluan nya yang ini.

Tanpa berpikir panjang, ia memasuki toko itu. Mendorong pintu kaca yang bertuliskan 'Flowers store' yang ditempel tulisan 'open' di bagian atasnya.

Bau wangi semerbak menusuk hidungnya, tiba-tiba tubuhnya terasa dingin karena AC di ruangan itu dinyalakan. Ia agak merinding dan gugup secara bersamaan karena ia akhirnya bisa menghadiahkan sesuatu kepada perempuan yang ia kagumi.

Ia menaruh dua tangannya di dalam saku Hoodie nya. Masih melihat sekeliling, ingin memilih bunga yang terbaik. Selayaknya di dalam sebuah film romantis, pasti akan ada lelaki yang jatuh cinta dan memberikan bunga ke perempuan yang dicintainya.

Mungkin ia terlalu banyak menonton film atau karena memang sudah seperti itu cara mendapatkan hati perempuan.

Kean tampak bingung, memang banyak bunga yang bagus tapi, ia jadi bingung untuk memilih manakah selera yang bagus untuk Amelia.

Kean tidak pernah menanyakan nya ke Amelia sama sekali. Lalu, ia pergi ke kasir setelah beberapa menit melihat-lihat dan akhirnya mengambil salah satu bukut bunga yang menurutnya sederhana dan menarik, tidak perlu yang besar tapi, bermakna.

"Amelia pasti akan suka....tapi, aku bungkus sajalah..." Bisik Kean pada dirinya.

Kemudian, ia keluar dari toko dengan satu kotak ukuran sedang berwarna ungu muda. Ia jalan kaki untuk menuju ke rumahnya.

Besoknya, tanpa basa-basi Kean Langsung memberikan kotak berisi bunga itu ke Amelia. Wajah Amelia tampak takjub rupanya, ia memang tidak pernah diberikan hadiah pada siapapun.

"Wah.... makasih Kean, kamu teman yang baik banget," ucap Amelia menerima pemberian Kean.

Kean menggaruk tekuknya, ia baru sadar hubungan mereka hanya sebatas teman. Amelia tidak punya perasaan padanya sama sekali. Itulah kenyataannya.

Mereka masih dilingkungan sekolah. Jadi, banyak orang-orang yang melihatnya termasuk Gia dan kawan-kawan nya yang menatap Amelia dengan raut wajah iri.

Gia merasa tidak pernah diberikan hadiah oleh pacarnya maupun kakaknya. Jadi, dia kesal dan marah. Namun, ia tidak berani mengusik Amelia lagi karena kakaknya sudah tidak mau melindunginya bila ada sangkut-pautnya dengan Kean.

"Awas kau ya!" Ucap Gia, meninggalkan tempat itu.











SHY GIRL : AMELIAWhere stories live. Discover now