Kean dan Amelia

10 4 0
                                    





Di sebuah rumah yang mewah, makan siang dengan keluarga. Sepasang suami-isteri dan dua orang anak remaja. Nama anak laki-laki itu Geo, ia sedang memandangi ayahnya dengan tatapannya.

Tatapan yang sulit diartikan. Ayahnya memaklumi, ibu tirinya itu menenangkan ayahnya agar tidak menggubrisnya. Geo, tertawa miris ia ingin rasanya menghilang saja mendengar kabar itu. Ibu tirinya hamil. Usia kandungan nya sudah satu bulan.

"Mamah tahu ini sulit bagimu tapi,..." Ibu tirinya membenarkan posisi duduk, "kita ini keluarga jadi, tolong terimalah calon adikmu apa adanya..."

Geo terdiam, ia kembali memandangi adiknya itu. Gia dengan mata yang berair beranjak pergi. "Gia!" Teriak ayahnya.

"Sudah sayang...biarkan saja.."

Geo menelan ludah. Mengatur nafasnya.

.....

Di hari libur Geo memilih untuk keluar negeri bersama kembarannya itu. Ia khawatir juga dengan kondisi Gia yang shock akibat kemarin mendapatkan kabar itu. Gia bahkan sering melamun walaupun memang sifatnya selalu menyebalkan dan berisik.

Namun, Geo masih tetap sayang. Ia mengecup pucuk kepala Gia lalu, ia berjongkok agar bisa bertatapan dengannya.

"Kamu enggak apa-apa Gia?" Ucapnya lembut.

Gia yang sedang duduk di atas ranjang itu, tangannya meremas sprei. Membuktikan bahwa ia sangat kesal.

"Nanti kita akan menyusul ibu ke luar negeri, daripada selama liburan kita harus sama ibu tiri."

Geo mengecup pipinya. Ia bisa mendengar adiknya terisak saat itu juga.

"Kenapa...." Gia menangis sejadinya, suaranya tercekat, air matanya mengalir deras. Ia tidak bisa menahan rasa sakit di dadanya lagi. Geo memeluk adiknya itu.

Di kediaman nya, rumah itu memang terasa mewah dan nyaman. Tetapi, tidak bagi penghuninya. Mereka harus merasakan pahitnya perpisahan dan sakitnya ditinggalkan. Rumah itu Geo tatap sekali lagi, ia menggenggam tangan kembarannya itu dengan erat. Dari luar kaca mobil ia bisa melihat aura yang menatapnya tidak suka.

Geo berbalik menatap adiknya yang terlelap, ia tersenyum lalu, menyingkirkan rambut yang menutupi wajah adiknya.

Ia menghadap ke depan dan menyeringai.

......

Kean perlahan membuka pintu kamar mandi, ia sudah selesai bersembunyi. Ia mengatur nafasnya sebelum beranjak keluar. Kakinya berjalan menuju ruang tamu. Di sana tidak ada Amelia, lalu saat kepalanya menengok ke arah dapur Amelia ada di sana.

Kean mendekatinya, Amelia bisa melihat siluetnya. Dia pun bertatapan, "kamar mandi mu bagus ya...aku sempat bingung cara mengatur krannya."

Amelia mengangguk saja. Ia berjongkok sambil sibuk menata mie instan yang ada di dalam lemari dapur itu. Kean melongo karena isinya banyak sekali bahkan ia pikir itu seperti rak di minimarket.

Amelia berdiri setelah selesai. "Hari ini kita mau jalan-jalan ke mana?"

"Apa?" Kean bingung, berharap Amelia mengulangi kata-kata nya lagi.

"Maksudku....kalau kamu mau bisa jalan-jalan ke luar rumah....atau kamu mau lihat halaman belakang?"

"Hmm..." Kean berpikir sejenak, ia sedikit penasaran dengan isi rumah ini. "Bagaimana kalau halaman belakang? Aku mau ke sana."

Setelah itu, akhirnya mereka berdua pergi ke halaman belakang rumah itu. Kean nampak takjub, seisi rumah ini membuatnya geleng-geleng kepala saking tidak percaya nya. Saat pintu kaca bergeser itu terbuka, Kean bisa merasakan angin sepoi-sepoi menggelitik tekuknya.

Angin segar itu membuat Kean ingin menghirup nya dalam-dalam. Di sana, ada kolam renang ukuran sedang dengan air yang bening terpantul cahaya matahari, kursi-kursi santai seperti yang ada di pantai, dan tempat duduk panjang yang cukup santai.

Amelia menutup kembali pintu itu setelah dia dan Kean masuk ke area sana. Setelah melihatnya Kean duduk manis di kursi panjang itu. Melihat pohon dan tanaman di sana yang sangat terawat.

Ia jadi berpikir bahwa memang benar dugaannya kalau ia dan Amelia tidak lah cocok. Pasti suatu saat nanti Amelia akan dijodohkan dengan lelaki yang lebih kaya darinya.

"Ada apa dengan wajahmu?"

Kean terperanjat, tiba-tiba Amelia sudah duduk di sampingnya mengamati setiap lekukan wajahnya. Ia malu. Mengatur ekspresi nya.

"Aku cuman kaget, rumahmu seluas ini tidak tampak besar dari depan..." Ucap Kean.

Amelia terkekeh, "biasa aja kok menurutku....mungkin karena kamu belum terbiasa..."

Kean menggerutu, kenapa orang kaya selalu merendah diri seperti itu. Lalu, ia kembali memandangi kolam renang itu dan pemandangan yang ada di sana.

Mereka terdiam, hening. Dengan pikiran masing-masing. Kean berandai ia bisa membaca pikiran Amelia, agar suatu hari nanti dia tahu apakah Amelia merasakan hal yang sama.

"Em...Amelia, kita ini teman atau pacar?"

Amelia menoleh ke arahnya. Raut wajahnya berubah. Ia menatap kedua kakinya yang tidak bisa menapak tanah karena tempat duduk nya cukup tinggi.

"Aku tidak tahu."

"Em...kalau gitu kita teman?"

"Aku pikir tidak, apa ada sesama teman yang berciuman?"

Mata Kean membulat. Sial, di jadi ingat. Pipinya memerah padam.

"Eh-maaf! Aku cuman b-bingung..." Amelia panik. Ia sedikit melembutkan suaranya.

Kean pura-pura batuk. Gadis itu mendekat dan menyentuh tangan Kean yang menganggur.
"Aku tidak mau kamu sakit hati, tapi seperti nya aku harus bilang ini sama kamu..."

"Ada apa?"

Gadis itu ragu-ragu. "Ibuku....ingin menjodohkan ku dengan lelaki lain .."

Kean terdiam. Kata-kata nya membuat nya sedikit putus harapan. Kean mencoba terus menyimak, semoga yang dia katakan hanya candaan saja.

"Jadi, menurut ku aku tidak mau seperti itu....aku mau sama kamu..." Mata gadis itu menunjukkan kesedihan.

Kean salah tingkah, apa dia salah dengar. Ya Tuhan, hatinya ingin meledak sekarang. Mata itu, ia jadi tambah sayang.

"Jadi--" Kean membulat kan matanya, gadis itu tiba-tiba mencium bibirnya seperti kemarin di sekolah. Sedikit melumatnya.

Kean berpikir apakah gadis ini benar-benar pemalu. Kean tidak bisa melepaskan ciuman itu, semakin lama semakin enak dan lengket. Dia kehabisan nafas, tubuh mereka saling mendekat.

Jari jemari Kean menyentuh pipi Amelia yang basah disela ciuman nya. Dia menangis, Kean bisa merasakan emosinya.

Mereka melepas ciuman panas itu. Mengatur nafasnya. Gadis itu memeluknya. Kean mengelus punggung gadis itu. Dia terisak-isak, kaos Kean basah. Kean tidak pedulikan hal itu.

Beberapa menit setelah itu, Amelia sudah merasa tenang. Kean memandang wajah Amelia yang terlelap dengan muka yang sembab.

"Aku juga mau sama kamu."

SHY GIRL : AMELIAWhere stories live. Discover now