19. Gagal Romantis

136 7 7
                                    

"Maaf, Mas, aku haid."

Wajah Arbie merah mendengarnya, dia menatap Aika dalam-dalam, sambil terus berharap, istrinya ini hanya sedang bercanda. Bibirnya yang tadi senyum ke atas kini senyum ke bawah. Dia meraih jemari istrinya dan mengguncangnya pelan. "Becanda 'kan?"

"Duh, kasian, jangan sedih ya," ucap Aika penuh perhatian. Dia menangkup kedua pipi suaminya dan mengusapnya pelan.

"Aaah, mukaku kotor, Dek!" Dia segera mencoba melepaskan diri. Arbie pun melemparkan tepung ke wajah Aika. Restoran yang tadi sudah bersih, kini penuh tepung dan daun bawang yang berceceran di lantai.

Aika menggelengkan kepalanya, dia mengambil sapu dan pel, sementara Arbie lanjut memasak dimsum.

Sejam berlalu, ruangan itu kembali rapi dan makanan terhidang di atas meja. Mereka makan berdua. Hujan sudah reda, tetapi cerita antara keduanya belum selesai. Aika bercerita tentang nenek-nenek penjaga warung seblak yang ada di depan rumahnya. Juga tentang ibu tukang kue yang tak pernah absen mengunjungi keluarganya.

Arbie menopang dagu sambil mendengarkan ocehan istrinya yang sudah sebulan ini tak pernah dia dengarkan. Lebih tepatnya, Aika tidak pernah bersuara. Dia hanya berbicara seperlunya saja.

"Dek, tidur yuk, ngantuk, ih!"

Sudah lama kiranya Aika tidak mendengar panggilan itu dari suaminya. Nada yang mengalun lembut menggetarkan gendang telinganya.

"Iya, bentar kita rapiin dulu ini," ucap Aika memunguti mangkuknya. Sebagian besar dimsum buatan Arbie ditaruh di freezer untuk dinikmati kemudian hari. Kuah buatannya pun disimpan Aika, walau sudah diingatkan berkali-kali dia bisa membuatnya lagi, tetapi Aika bersikeras untuk menyimpannya.

"Kalau bisa pun aku bingkai, aku tempel di semua sosmed kalau aku baru aja dibikinin sup dimsum ama chef Arbei."

"Heh! Arbie! Emang aku sejenis buah-buahan?!" protesnya. Dia gemas sekali dengan istrinya malam ini.

"Nggak, termasuk beri liar, tapi bagian liarnya bukan berinya!" sahut Aika.

Arbie menempelkan tangannya yang dingin ke pipi Aika. Dia tergoda pada bibir tipisnya.

"Mau makan beri liar gak, Dek?"

Aika ingin lari, tapi sia-sia, aroma manis dan harum dari tubuhnya menyihir Aika. Dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya yang tiba-tiba kaku.
...
Setelah air hujan ada cahaya matahari yang membiaskan pelangi. Seperti itu pula air hujan membilas wajah muram dua sejoli itu menjadi wajah penuh senyuman.

Sepanjang hari, senyuman tak bisa lepas dari wajah Aika dan Arbie yang seperti sepasang pengantin baru yang baru saja pulang bulan madu.

Guntur tak bisa berkata-kata saat menatap keduanya yang saling berbalas senyuman. Beberapa jam lalu, mereka seperti dua musuh bebuyutan yang siap saling melempar pisau. Sekarang, keduanya seperti sepasang kekasih yang sibuk menebar bunga-bunga cinta yang membuat jomblo sejati seperti Guntur merana tak karu-karuan.

Rasa masakan pun berbeda dari biasanya. Lebih manis karena disuguhkan dengan senyum manis Aika dan di masak dengan bumbu cinta dari Arbie yang sedang kasmaran itu. Akhirnya setelah perang dingin selama sebulan, dia bisa menuntaskan hajatnya. Meneruskan garis keturunan dari Surya Wibisana.

Aika menatap wajah Arbie yang sedari tadi melihat ke arahnya sudah seperti kucing mengincar mangsanya. Aika mematikan kompor, dia menarik Arbie ke dalam sebuah kamar mandi.

"Kita ngapain di sini, Dek?"

"Mas nyebelin dari tadi liatin muluk. Mau apa, sih?!"

Tanpa berbicara, dia melepas masker mika yang menutupi bibirnya. "Pengen makan beri," katanya lurus. Dia mendekatkan wajahnya ke Aika, tetapi Aika malah mencengkeram kerah bajunya.

"Mas, ini masih siang! Sadar dulu, kita harus menyelesaikan pekerjaan ini dahulu. Ok? Liat mata Aika!" kata Aika dengan mata nyalang.

"Iya tapi cium dulu!"

"Baiklah!"
...
Meja makan penuh dengan berbagai macam menu masakan. Ada tumpeng dan segala pelengkapnya, nasi liwet beserta lauk dan lalapan. Ratna dan para asisten rumah tangga lah yang memasaknya.

Dia ingin mengadakan pesta perayaan kecil-kecilan untuk memperingati kembalinya Aika dalam pelukan Arbie. Menurut informasi dari sumber terpercaya, Arbie sudah menghabiskan malam berdua bersama Aika.

Ratna sangat yakin, kali ini, mantunya itu akan berbadan dua. Bukan tanpa alasan dia menekan Aika agar segera hamil. Ejekan dari sesama ibu-ibu arisanlah yang membuatnya terpaksa memaksa Aika agar segera hamil.

"Duh, Bu Ratna, saya seumur ibu gini, udah punya cucu empat. Masa Bu Ratna belum punya momongan!"

Belum lagi rumor cucu haram yang sempat menghebohkan semua orang. Dia ingin menghapus rumor itu dan membuat ucapannya tentang kehamilan Aika menjadi sebuah kebenaran.

"Iya yah, anak zaman sekarang kandungannya pada lemah gitu, baru juga hamil seminggu udah keguguran, duh, kasian menantu saya. Pasti mentalnya jadi terguncang setelah keguguran," bohong Ratna pada semua orang.

Dan, wanita yang diduga terguncang mentalnya itu, kini ada di depannya. Ternganga dengan jumlah masakan yang banyak di depan matanya.

"Mama mau bikin acara apa, Dek?"

"Gak tahu, Mas. Kan, Aika dah didepak dari grup keluarga," jawabnya santai.

Arbie mencebik, dia ingin sekali memakan Aika saking sebal dan gemasnya dengan jawaban ajaibnya itu.

"Aikaaaaaa, aku cium kamu nanti!" ancamnya sambil lalu.

"Kok, ngeri aku denger ancamannya yak?" Aika berjalan ke arah ibu mertuanya yang tengah sibuk menata makanan.

"Eh, mantu Mama udah pulang," sambut Ratna dengan wajah semringah. "Sudah, sekarang mandi, pakai baju bagus, pakai make up yang cakep biar gurat-gurat derita di wajahmu itu ilang. Pakai conselar, biar noda-noda nista di wajahmu ikut lenyap. Mama mau kamu dandan yang manglingi."

Aika didorong menjauhi meja makan, dia lapar, dan ingin sekali mencomot tempe goreng di nampan tumpeng.

"Cepet!" titah Ratna dengan keanggunan level dewa. Tidak ada yang lebih paripurna anggunnya melebihi tutur kata terjaga dari perempuan berambut bob itu.

Mario baru saja pulang, masih terlaku sore baginya untuk sampai ke rumah. Dia segera menghampiri ibunya. "Mama katanya pusing, apa yang sakit?"

"Riooo, tolong Mama, Nak." Suara Ratna bergetar, membuat hati Mario ketar-ketir mendengarnya.

"Kenapa, Ma? Mama mau minta tolong apa?"

"Riooo, Mama minta, tolong kamu pindahin aqua gelas itu ke depan, biar di susun di sini."

"Mama nyuruh Mario pulang cuma buat mindahin kardus aqua?"

Mario kesal mendengar perkataan ibunya. Dia meminta Edward memindahkan kardus itu segera. Dia menyisir rumah yang tiba-tiba sangat ramai dah riuh. Perasaannya menjadi tak enak. Pasti ada sesuatu yang terjadi di rumah ini.

"Ed, kau tahu apa yang sudah terjadi di sini?"

"Apalagi kalau nggak jodohin, Bos. Kan tinggal Bos yang jomlo!" sahut Ed sambil menahan tawa.

"Bocah sialan!"

Sebuah mobil terparkir di depan rumah. Seorang wanita cantik keluar dari sana. Langkahnya lurus menuju ruang tamu. Dia langsung berhambur ke hadapan Mario.

"Mas Mario!"

Pengantin Cadangan 2Where stories live. Discover now