46. Pulang dari Rumah Sakit

33 2 0
                                    

Arbie memutuskan untuk pulang dari rumah sakit sesegera mungkin. Dia tidak tega melihat sang istri yang sedang hamil besar kesusahan di rumah sakit karena harus mengurusnya di rumah sakit. Walaupun Arbie sudah meminta Aika pulang, dia bersikeras ingin ada di samping suaminya itu. 

"Mas mau pulang aja, Ka," ucapnya hati-hati pada istrinya itu. 

"Lukanya belum sembuh banget, nanti kurang istirahat, banyak gerak, nanti berdarah lagi! Aku pengen kamu di sini, istirahat total."

"Kita ke rumah Abah aja pulangnya, gak ke rumah ibuku. Boleh ya?" pinta Arbie lembut. Dia berharap Aika menyetujuinya, pasalnya dia sangat merindukan kehangatan rumah itu. Tempat dia benar-benar dihargai sebagai seorang manusia. 

"Cuma di rumah Abah aku bisa istirahat dengan baik, sayang. Kau tahu aku ini mantu kesayangan ayahmu, kan? Ayolah, aku ingin kamu juga istirahat gak ngurusin aku terus, sayang."

"Gak bisa, Mas. Mas harus tetep di sini."

Arbie memasang wajah manisnya di hadapan sang istri. Dia meraih jemari Aika lembut dan menatap wajah istrinya dalam-dalam. Sambil terus berharap, Aika akan luluh dengan tatapannya itu. 

"Kau tahu sayang, di saat seperti ini, aku hanya butuh kamu, tapi aku juga mau kamu istirahat yang cukup. Sebentar lagi, kita akan menyambut buah hati, aku gak mau kamu kelelahan dan stress hanya karena kondisiku sekarang, boleh ya, kita pulang aja. Aku kangen anak-anak kita, sayang."

Senyuman manis laki-laki tiga puluh tahun itu, tidak pernah gagal membuat Aika luluh dan mengaminkan permintaannya. Pasalnya, dia juga sangat merindukan buah hatinya. Dia hampir saja tidak bisa tidur dengan tenang, memikirkan buah hatinya yang mungkin saja akan membuat ayah dan ibunya kewalahan di rumah. 

"Umi pasti kerepotan merawat buah hati kita jika kita berdua di sini, sayang. Ayolah, ya, kita pulang ya?" pinta Arbie lagi.

"Tidak usah risau sayang, Aira itu, cukup berbakat mengurus mereka," ucap Ryu sambil tersenyum manis di depan adik iparnya. "Jadi, sebaiknya Bapak Arbie tetap di sini untuk perawatan lebih lanjut. Lu baru juga sadar tadi malem mau kabur pula, mending Aika yang pulang kamu di sini aja. 

"Yah! Gak aku mau pulang, kasian itu Aika tidurnya pasti gak nyaman. Lu gak tahu dia bakalan ovt dan kebingungan apa kalau aku tetep di sini dan dia di rumah?" protesnya. Hampir saja Ryu melayangkan tinju ke wajah adik ipar yang juga mantan kekasih istrinya itu. Dia menoleh ke arah Aika yang sudah pasrah dan menyetujui kepulangan itu. 

"Ya sudah, kita pulang," kata Aika pasrah. "Tolong urus kepulangannya segera ya, Mas," ucapnya pada Ryu. Dia menepuk pundak abang iparnya itu beberapa kali yang sedang tersenyum getir itu.

...

Mereka langsung menuju kediaman Ahmad yang berjarak setengah jam perjalanan dari rumah sakit. Sepanjang perjalanan, Arbie mengengam jemari istrinya dan tidak melepaskannya walau sejenak. Dia juga bersandar dengan manja di pundak Aika.

Ryu mengintip keintiman itu dari kaca spion dan menggeleng pelan sambil melirik ke arah Edward yang sedang memegang kemudi. Laki-laki yang gemar memakai baju hitam-hitam itu pun hanya mencebik. Dia tidak tertarik menanggapi tatapan Ryu yang sedikit menyebalkan itu. 

"Aku punya adik angkatan yang masih jomblo, Ed, kamu mau aku kenalin gak?"

"Aku tidak ingin wanita yang sibuk menjaga orang sakit dan mengabaikan aku nantinya," sahut Ed ketus.

Pengantin Cadangan 2Where stories live. Discover now