Chapter 6 - Oceana

72 7 4
                                    

Sedih chapter 5 kemarin sepi ngga ada yang komen 😢

Nggak apa-apa deh, aku lanjut aja. Kayaknya wattpad sekarang emang sepi ya? Beda kayak dulu 😌

Happy reading 🌹

*****
Seraphina

"Sisturrrr, bangun!"

Teriakan itu membuat guemembuka mata dengan malas. Gue lihat Oceana, atau biasa dipanggil Sea—adik gue yang duduk di kelas 3 SMA berdiri di samping ranjang seraya berkacak pinggang.

"Ada apa, Sea?" tanya gue malas dengan suara serak.

"Kak Sera udah janji mau anter aku sekolah hari ini."

Mata gue langsung segar saat mendengar ucapan Sea. Seakan-akan diguyur air es, rasa kantuk gue ilang. Gue langsung menyibak selimut dan melirik jam dinding untuk memastikan bahwa Sea nggak lagi ngerjain gue. Perlahan, gue tatap wajah Sea, merasa bersalah saat melihat adik gue menekuk wajahnya.

"Aduh, kenapa nggak ada yang bangunin sih?" gerutu gue seraya menggaruk kepala.

"Mom udah bangunin kakak dua kali."

"Masa sih? Kok nggak kerasa ya?"

Sea mengangkat bahu. "Buru mandi. Nanti Sea telat!"

"Aduh, iya ... iya, tuan putri. Kamu sarapan duluan aja, kakak mandi dulu ya?"

Sea mengacungkan jempol, lalu berbalik arah meninggalkan kamar gue. Setelah Sea menghilang di balik pintu, gue merenggangkan tubuh. Sebelum akhirnya bangkit dan berjalan memasuki kamar mandi yang ada di sudut ruangan.

Oh, rencana berendam gue pagi ini gagal sudah. Gue nggak sempat berendam karena waktu yang mepet pagi ini. Terpaksa hanya memakai shower biar nggak membuang waktu lama. Air hangat yang menyentuh permukaan kulit ternyata mampu membuat tubuh gue sedikit lebih segar dan rileks.

Setelah keluar dari kamar mandi, gue segera memasuki walk in closet dan mengambil baju kerja berupa blus panjang dengan bagian leher potongan V neck warna biru dan rok span warna krem dengan panjang selutut.

Jujur, gue nggak pernah memoles riasan tebal. Hanya cushion, mascara, dan liptint udah cukup setiap harinya. Rambut gue yang panjang cukup diikat dengan gaya ponytail. Sesimpel itu. Gue nggak mau dandanan ribet waktu kerja dan berujung gerah saat berjaga di rumah sakit nanti.

Gue memasukkan ponsel ke tas, lalu kembali mematut diri di depan cermin, memastikan penampilan gue pagi ini udah rapi dan segar. Setelah benar-benar siap, gue mengalihkan pandangan menuju meja nakas yang terletak di samping meja rias.

Senyum gue mengembang saat tubuh gue membungkuk, sejajar dengan meja nakas. Tangan gue terangkat, mengusap wajah yang diabadikan dalam bingkai foto itu secara perlahan, sebelum meninggalkan kamar dan menghampiri adik tersayang gue satu-satunya yang sedang menyantap sarapan.

"Ayo!" Gue berseru saat melihat Sea sudah menyelesaikan sarapannya.

"Kak Sera nggak sarapan?"

"Gampang. Nanti aja sarapan di rumah sakit," sahutku.

"Tadi papi sama mom nitip pesen sebelum berangkat ke bandara. Katanya harus mastiin Kak Sera makan dulu."

"Tenang aja, Sea. Kamu nggak akan kena marah gara-gara kakak nggak sarapan di rumah," jawab gue santai. "Ayo, nanti buru telat!"

REASON (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora