Chapter 9 - Bertemu Papa

32 2 0
                                    

Happy reading 🌹

*****

Kevin

Sejak beberapa saat yang lalu, aku memutar ponsel dengan tangan kananku. Beberapa kali aku melihat layar. Ada sebuah nomor yang tersimpan dengan nama Seraphina Venezia. Nomor yang ku minta saat Seraphina datang hari itu. Aku tersenyum saat melihat namanya. Unik. Namanya mengingatkanku pada negara Italia. Mungkinkah Seraphina lahir di sana?

Seraphina tidak akan terganggu kan jika aku mengirim pesan lebih dulu? Sepertinya, tidak masalah jika aku mengirim pesan padanya. Karena jujur, aku tidak bisa menunggu lagi. Aku ingin memulai hubungan pertemanan dengannya. Benar-benar berteman. Bukan sekadar say hi saat bertemu.

Me
Hi, Seraphina! I'm Kevin, from Keyz fit club.
Sorry, if my massage like a spam.
I just want to say, thank you for coming that day!

Aku menghela napas panjang saat pesan itu berhasil terkirim. Sumpah, aku tidak berharap banyak. Bahkan, jika Seraphina tidak membalas pesanku pun, aku tidak masalah.

Aku berdiri seraya berusaha melepas jaket parasut yang ku kenakan, bersiap ingin mencoba salah satu alat olahraga yang berjejer di lantai atas ketika ponselku berbunyi singkat menandakan ada pesan masuk.

Hal yang tentu saja membuatku mengurungkan niat saat melihat nama Seraphina di sana. Hei! Dia membalas pesanku secepat ini! Teriakku kegirangan dalam hati.

Seraphina
Oh, hi, Kevin!
You're very welcome, Vin! Sorry, aku belum sempat ke sana lagi. Jadwal kerjaku baru padat.

Me
It's okay.
Kalau mau datang, kabari saya ya? Saya masih ada hutang sama kamu untuk mengajak minum kopi sama-sama.

Seraphina
You're nice :)
Sure, nanti aku kabari kalau mau datang. Thank you so much ya!

It's crazy! Ya, aku harus mengatakan jika aku berubah menjadi orang gila. Bagaimana bisa, hanya berbalas pesan dengan Seraphina membuat senyumku terus terkembang? Terlebih, aku merasa dadaku berdebar kencang. This is not me for sure.

"Bang!" Pintu ruanganku terbuka dan menampakkan sosok Fero di sana. "Elah, lagi ngapain sampe senyum-senyum sendiri gitu?"

Aku tersentak, lalu segera mematikan layar ponsel. Aku berdeham pelan seraya mengontrol raut wajahku. Tidak ingin Fero memberondong dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat kepalaku pusing.

"Nothing," jawabku. "Anyway, kira-kira kapan kamu bisa antar saya ke kantor polisi? Saya sudah dapat piagam selesai les stir mobil."

"Gampang itu Bang! Nanti gue hubungi temen gue aja. Papanya polisi jadi lo bisa pakai jalur dalam nanti."

"Wait ...," kataku. "Illegal? No. Saya tidak mau pakai cara curang untuk mendapat lisensi mengemudi di sini."

Fero tertawa keras mendengar penolakanku. "Bang, Indo beda sama Aussie. Gini ya Bang, kalau lo ngotot pakai jalan lurus, gue jamin lo nggak akan lulus. Tes stir atau motor di Indo tuh jauh lebih susah. Makanya, kebanyakan orang milih pakai jalur orang dalam. Ya walaupun bayarnya lebih mahal."

"Tapi, bagaimana jika nanti ketahuan? Saya tidak akan kehilangan lisensi kan?"

"Nggak. Tenang aja. Percaya sama gue. Aman!"

Jujur, aku masih agak bingung dengan ucapan Fero. Namun, mama selalu mengatakan bahwa aku harus percaya dan meminta bantuan pada Fero jika terjadi apa-apa. Baiklah, aku akan mengikuti alurnya kali ini. Semoga saja, lisensiku tidak akan menjadi masalah nantinya.

REASON (TAMAT)Where stories live. Discover now