Chapter 17 - It's You!

30 4 13
                                    


Happy reading 🌹

*****
Kevin

Rasanya ... aku bahagia mengetahui Seraphina yang berdiri di hadapanku sekarang adalah 'Sera' kecil yang ku temui dua puluh lima tahun yang lalu di coffee shop rumah sakit. Sera yang dulu bertubuh gempal dengan mata bulat yang menggemaskan, sekarang sudah berubah menjadi perempuan dewasa yang sangat memesona.

Setelah kami berjabat tangan, aku langsung memeluknya erat. Tidak peduli jika saat ini kami tengah berada di keramaian mal. Biar saja kami menjadi tontonan gratis selama beberapa saat. Aku hanya ingin mengekspresikan rasa bahagiaku. Dua puluh lima tahun aku selalu mengingat momen singkat bersama gadis kecil itu. Ternyata, Tuhan mempertemukan kami di saat kami sudah dewasa, dengan cara yang indah.

"Sera."

Entah kenapa, tiba-tiba aku merasa sulit mengeluarkan suara sejak Seraphina menceritakan bagaimana sosokku ketika kecil di matanya.

"Hmm?"

Aku tidak tahu harus menjawab apa dan melakukan apa saat Seraphina melepas pelukan kami dan mendongak. Aku hanya bisa menggeleng, lalu meraih kedua tangannya dengan kedua tangan besarku.

"Apa kamu menyangka, kita akan bertemu dengan cara seperti ini?" tanyaku. "After twenty five year."

Seraphina menggeleng pelan. Senyum malu-malu itu hadir di wajahnya yang ayu. Indah. Aku baru mengetahui wajah Seraphina begitu indah jika ditatap dari jarak dekat seperti ini.

"Sera, saya mengatakan ini bukan karena kamu adalah anak kecil yang saya temui waktu itu. Tapi, hal itu menjadi salah satu alasan saya semakin yakin dengan kamu," tuturku serius. "I love you."

Kedua mata Seraphina membulat seketika, terkejut mendengar pernyataan cintaku barusan.

"Sebelum saya mengetahui bahwa kamu adalah anak kecil yang saya temui waktu itu, saya sudah menyimpan rasa untuk kamu. Semua itu berawal dari kejadian di Bondi beach. Lalu bertemu kamu di bandara, hingga berlanjut hingga detik ini. Karena itu, saya sudah meminta izin untuk melakukan pendekatan sebelumnya. Setelah saya mengetahui ternyata kamu adalah Sera kecil yang menggemaskan itu, saya semakin yakin dengan perasaan saya untuk kamu."

"I'm very happy because it's you. I love you, Seraphina. Mari kita menikah!"

"Vin," bisik Seraphina dengan kedua mata berkaca-kaca. Seolah-olah terharu dengan apa yang ku ucapkan untuknya. Lalu, dia berjinjit untuk memelukku erat. "I love you more, Kevin. Ayo, kita menikah!"

"Sera," panggilku kemudian seraya melepas pelukannya dengan hati-hati. Ku tatap matanya sambil menyentuh kedua bahunya. "Saya belum beli cincin untuk melamar kamu."

Sungguh, aku tidak berencana untuk melamarnya dan mengajaknya menikah hari ini. Rencanaku hari ini hanyalah ingin makan bersama dan berjalan-jalan di mal. Tidak pernah terlintas jika Seraphina akan menceritakan masa lalu kami yang berkaitan. Satu hal yang bisa memancingku untuk melamarnya saat ini juga.

"Maafkan saya, Sera. Tadinya saya ingin melamar kamu dengan cara yang indah. Makan di sebuah restoran mewah, atau dinner di pinggir pantai. Lalu, saya akan memberikan cincin yang indah untuk kamu. Memasangkan cincin itu di jari manis kamu. Tapi—"

Ucapanku terhenti saat Seraphina mencium pipiku secara tiba-tiba. Lalu, senyumnya mengembang, membuat rasa gugupku sirna.

"Dengan cara apa pun, asal dengan kamu, semua terasa indah, Kevin."

***

"Yah, udah sampai," Seraphina mendesah saat mobilku sudah berhenti di depan rumahnya.

REASON (TAMAT)Where stories live. Discover now