Chapter 16 - Ice Cream Cone

29 1 11
                                    

Maaf lama update 🥹
Karena dua chapter kemarin sepi banget, jd kurang semangat deh ngetiknya. Ditambah aku lagi ribet mau pindah rumah huhu

Makasih buat yang mau sabar nungguin. Komen yang banyak yuk biar aku semangat di sela-sela kesibukan 🥹🥹🥹

Happy reading 🌹

*****
Seraphina

Gue lagi mengingat kejadian di halaman belakang rumah malam itu. Saat gue dan Kevin saling bicara, berusaha mengenal pribadi masing-masing lebih dalam. Dan ciuman itu! Astaga! Rasanya malu banget gue udah cium Kevin duluan. Tapi, ya gimana? Kevin terlalu hot dan tampan buat dianggurin. Untungnya, dia balas ciuman gue. Yang ternyata ciuman balasannya lebih ganas. He's such a good kisser! Kayaknya, saat itu kita nggak akan berhenti kalau Sea nggak manggil buat makan dessert.

"Woy! Ngelamunin apa lo senyum-senyum gitu?"

Gue mendongak. Senyum gue makin lebar saat lihat Marcella memasuki ruangan.

"Tumben lo nyamperin gue?"

Marcella menarik kursi di depan gue dan menghela napas panjang. Kayaknya dia baru aja menjalani hari yang berat.

"Bokap lo emang nggak ada ampun!" seru Marcella kesal.

"Bokap gue kenapa lagi?" tanya gue seraya menahan tawa.

"Gila ya! Gue disuruh jadi asisten pas operasi! Mana operasi susah, tangan gue tremor!" seru Marcella berapi-api. "Kena marah gue. Katanya, gimana bisa operasi orang kalau tangan gue tremor gitu?"

"Ya bener lah apa kata bokap gue. Kalau tangan lo tremor pas operasi jantung orang, bisa bahaya, Cel!" sahut gue.

"Ah, lo mah!" gerutu Marcella. "Anak sama bapak sama aja."

"Bagus dong kalau gue sama kayak bokap. Justru bahaya kalau gue sama kayak nyokapnya Hazel."

Marcella tergelak seketika. "Anyway, lo udah jarang main sama Hazel ya?"

Gue mengerutkan kening sejenak, berusaha mengingat kapan terakhir kali bertemu dengan Hazel. Buka sekadar say hi di rumah sakit, tetapi bertemu dalam artian benar-benar mengobrol berdua.

"Iya ya? Kok gue sekarang jarang banget ya ketemuan sama Hazel?"

"Lo sibuk kencan sama Mas-mas Sydney sih, Ra," kata Marcella. "Berarti, lo belum denger gosip terbaru?"

"Gosip apaan?"

"Hazel kayaknya punya cewek deh. Kemarin, ada salah satu perawat obgyn lihat Hazel jalan sama cewek. Mereka mampir ke toko perhiasan gitu deh! Cuma, muka ceweknya nggak kelihatan. Duh, padahal gue pengin tahu siapa nih cewek yang beruntung bisa dapetin Hazel!" tutur Marcella semangat.

Gue terdiam seketika. Rasanya ada setitik rasa kecewa saat mendengar berita ini. Harusnya gue ikut bahagia kalau sahabat gue punya tambatan hati. Tapi, kali ini nggak. Tentu aja gue kepikiran sama Sea. Sea suka Hazel. Udah pasti Sea bakal sedih kalau tahu berita ini. Belum juga mulai, cintanya udah bertepuk sebelah tangan. Cuma ... gue nggak bisa nyalahin Hazel dalam hal ini. Tentu aja, karena Hazel nggak tahu apa-apa soal perasaan Sea.

"Pink kali?" tebak gue, berusaha berpikiran positif. Siapa tahu Hazel pergi ke toko perhiasan dengan Pink—adiknya, kan?

"Bukan. Kalau Pink kan ramping banget badannya. Ini katanya nggak se-ramping Pink."

Oke. Gue bener-bener kepikiran soal ini sekarang. Kenapa Hazel nggak cerita apa-apa ke gue soal cewek yang baru dekat sama dia? Apa karena waktu gue buat dia udah berkurang gara-gara gue sering jalan sama Kevin?

REASON (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang