Chapter 15 - Berdua Denganmu

31 5 0
                                    


Happy reading 🌹

*****

Seraphina

Saat gue keluar dari pintu lobi rumah sakit, gue udah lihat Kevin berdiri di samping mobil. Tubuhnya bersandar di pintu mobil sambil mainin ponsel. Dia pakai kemeja panjang putih yang lengannya digulung hingga siku. Pakai celana jin warna navy dan sneaker nike jordan warna biru.

Damn! He look so hot, babe!

Cuaca emang lagi panas siang ini. Tapi, lihat penampilan Kevin kayak gitu, bikin gue tambah gerah. Rasanya gue pengin nyebur kolam renang biar suhu badan gue balik normal lagi. Gue segera berdeham sebelum memberanikan diri menghampiri Kevin.

"Kevin!"

Kevin langsung mendongak dengar namanya dipanggil. Dan senyumnya mengembang saat lihat gue jalan mendekat.

Apa-apaan? Gue baru lihat, dua kancing kemeja teratas Kevin dibiarkan terbuka. Bikin gue pengin ngintip dadanya yang bidang. Astaga, Sera! Eling!

"Hi, beautiful!" Kevin menyapa dengan hangat.

Blushing gue dipanggil beautiful. Selama ini, yang panggil gue dengan sebutan romantis cuma papi. Baru kali ini, ada laki-laki yang bukan keluarga, yang panggil gue dengan super romantis.

"Kok nggak tunggu di dalem mobil? Panas loh di luar," kata gue yang lihat muka Kevin memerah karena terkena sinar matahari.

"No problem. Anggap saja saya sedang berjemur. Saya rindu summer," sahut Kevin, diiringi senyumnya yang terlihat hot.

"Sorry ya kalau kamu nunggu lama," kata gue, ngerasa nggak enak.

Kevin mencubit lembut pipi gue, lalu menyentuh bahu gue lembut, dan menuntun gue menuju pintu mobil. Dia buka pintu mobil buat gue dan mempersilakan gue masuk. Setelah gue mengucapkan terima kasih, Kevin nutup pintu gue dan berjalan mengitari mobil.

"So, setelah ini kamu praktik di mana?" tanya Kevin setelah duduk di belakang kemudi.

"Di rumah sakit Mulia," sahut gue. "Why?"

Kevin langsung buka maps dan lihat jalanan menuju rumah sakit mulia. Gue lihat, dia zoom beberapa lokasi. Nggak tahu deh kenapa.

"Okay. Kita makan yang searah sama tempat kerja kamu saja ya? Supaya kita tidak terburu-buru nanti."

Ya Tuhan! Jadi, dia lihat maps tuh karena mau cari tempat makan yang deket tempat praktik gue? Biar kami bisa makan dengan tenang tanpa diburu waktu? God, bisa nggak gue kekepin Kevin saat ini juga?

"Sure. Aku ikut kamu aja."

"Kamu tidak ada alergi makanan, kan?" tanya Kevin.

Aduh, perhatian banget laki-laki ini!

"Nggak. Aku bisa makan semua kok. Asal kamu nggak minta aku makan makanan basi aja," sahutku bercanda.

Terang aja tawa Kevin meledak dengar ucapan gue barusan.

"Kamu lucu sekali, Sera."

Aduh, aduh. Mulai lagi kan jantung gue berdebar-debar! Kenapa sih jantung gue lemah banget sama Kevin? Dibilang beautiful, gue blushing. Dibilang lucu, gue meleyot maksimal.  Jangan sampai nanti gue pingsan kalau dia ajak gue nikah.

Nikah? Entahlah, selama ini gue nggak pernah buru-buru mikirin yang namanya pernikahan. Sebelum ketemu Kevin, gue tuh slow banget urusan laki-laki. Gue anggap mereka semua yang deketin gue tuh teman. Gue emang hati-hati dalam memilih pasangan. Walaupun banyak yang deketin gue, tapi nggak pernah ada yang jadi. Gue cuma nggak mau salah pilih. Pernikahan cuma buat sekali seumur hidup. Dan gue nggak mau habisin waktu gue sama orang yang salah. Pengalaman hidup mom udah berhasil kasih gue pelajaran, dan gue nggak mau ulang kesalahan yang sama.

REASON (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang