Chapter 16 - Undangan Makan Malam

27 2 3
                                    

Yang kangen Sera-Kevin mana suaranya?

Happy reading 🌹

*****
Kevin

Beberapa hari setelah bertemu dengan mommy Seraphina, aku mendapat undangan makan malam. Yes. Orang tuanya mengundangku makan malam bersama di rumah mereka. Like ... what? Jujur, aku tidak menyangka secepat ini akan bertemu dengan orang tua perempuan yang ku dekati.

"Ganteng banget anak mama," kata mama sambil bersender di sela-sela pintu kamar yang terbuka.

Aku tersenyum. "Doain Kevin ya, Ma. Baru kali ini Kevin merasa gugup bertemu keluarga perempuan."

Mama tertawa kecil. "Ya iya. Jelas kamu ngerasa beda. Yang ini pakai hati. Sebelum-sebelumnya kan nggak."

Aku menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Merasa malu jika mengingat masa laluku di Sydney.

"Semoga sukses ya, boy! Nanti gantian ajak Seraphina ke rumah. Mama juga pengin kenal sama calon mantu."

Aku segera memeluk mama erat sebelum mencium kedua pipinya. Tidak ingin terlambat, aku buru-buru keluar dari kamar dan berjalan cepat menuju garasi.

"Mau ke mana, Vin?"

Aku menghentikan langkah di ruang keluarga saat mendengar pertanyaan dari papa. Why, harus ada papa di rumah sore ini?

"Not your bussiness."

"Vin, papa nggak mau berdebat dengan kamu. Tolonglah bersikap dewasa. Kamu bukan anak kecil lagi. Harusnya kamu bisa—"

"Bisa apa?" tanyaku seraya menoleh dan menatap wajah papa. "Bisa menerima kalau hati papa nggak pernah ada untuk mama?"

"Kamu salah menilai, Vin."

"Kevin akan makan malam dengan orang tua perempuan yang dekat dengan Kevin. Itu cukup untuk jadi jawaban, kan?" tanyaku, lalu berlalu begitu saja tanpa menunggu jawaban dari papa.

Entahlah, berhadapan dengan papa selalu bisa membuat hatiku sakit dan dada berdenyut nyeri. Masih teringat dengan jelas momen di mana aku menemukan sebuah kotak, yang di dalamnya ada barang-barang kenangan papa bersama mantan kekasihnya. Di saat papa sudah menikah dengan mama dan memiliki aku di kehidupan mereka.

Apakah aku hanya sebuah lelucon di mata papa? Jika papa masih mencintai perempuan itu, mengapa papa malah menikahi mama? Jika tidak pernah ada cinta, kenapa harus ada aku yang hadir di hidup papa dan mama? Sampai saat ini, aku masih belum bisa mengerti. Terlebih dengan jalan pikiran mama yang tetap menerima papa meskipun mengetahui semuanya.

Aku tidak ingin merusak mood sore ini. Makan malam nanti harus menjadi malam terbaik. Aku akan bertemu dengan orang tua Seraphina. Jika sambutan mereka baik malam ini, aku berencana untuk melamar Seraphina secepatnya. Dan menikah dengannya. Membangun keluarga kami dengan penuh cinta.

Dan kekesalanku tadi runtuh seketika saat melihat Seraphina sudah menunggu di teras rumahnya yang megah. Senyumnya mengembang sempurnya saat melihatku turun dari mobil sambil membawa bingkisan.

"Hai!" sapa Seraphina dengan ceria seperti biasa seraya memelukku erat.

"Hai, beautiful. Maaf ya, saya terlambat karena harus membeli bingkisan untuk your mom and dad," kataku sambil membalas pelukannya.

"No. Papiku juga baru pulang. Ayo masuk! Sea nggak sabar mau kenalan sama kamu."

Aku tersenyum dan mengusap kepalanya, sebelum mengikutinya memasuki rumah. Kakiku gemetar saat menginjak lantai marmer di ruang tamu. Belum lagi melihat sentuhan-sentuhan berwarna emas di dalamnya. Sesaat aku merasa sesak melihat kemegahan rumah ini.

REASON (TAMAT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt