Chapter 27 - Mencoba Berdamai

30 2 6
                                    

Beberapa chapter menuju ending. Hehehe 🥰
Terima kasih untuk kalian semua yang nemenin aku dari awal cerita ini dibuat sampai sekarang ❤️

Untuk Rewrite The Stars akan up 1 chapter lagi, dan aku lanjut setelah cerita ini tamat ya 😘😘😘

Happy reading 🌹
*****

Kevin

Semalaman aku terjaga. Memikirkan banyak hal tentang keluarga kami. Mengingat masa kecilku yang sangat membahagiakan bersama papa kala itu. Papa yang walaupun sibuk di sekolah karena bekerja sebagai guru olahraga, tapi saat di rumah tetap membagi waktu untukku bermain. Mengajakku berjalan-jalan di akhir minggu.

Walaupun saat itu aku mulai memergoki mama menangis di sudut kamar, tapi aku tidak pernah melihat mama dan papa bertengkar. Bisa dibilang, masa kecilku cukup mendapat kasih sayang dari papa dan mama.

Namun, semua berubah saat aku remaja. Saat aku mencari barang di gudang, aku menemukan boks usang. Penasaran, aku membukanya. Dan betapa terkejutnya saat aku melihat barang-barang kenangan dan foto-foto lama papa bersama perempuan. Bukan mama. Melainkan perempuan bernama Clemira. Yeah, aku tahu karena ada beberapa koran dan majalah di dalam boks yang memuat berita tentang balerina yang berjaya di masanya itu.

Hal itu membuatku marah. Pandanganku terhadap papa mulai berubah. Tiba-tiba saja rasa benci tumbuh di hatiku. Bagaimana bisa, papa menikah dengan mama dan memiliki aku, sementara masih menyimpan barang-barang 'sampah' itu?

Jujur, saat itu aku langsung mencari nama Clemira di laman pencarian internet. Namun, tidak ada satu pun artikel dan berita yang memuat akan perempuan itu. Bagaimana bisa, tokoh yang cukup terkenal, tidak memiliki jejak di dunia maya sama sekali?

Dan kemarahanku memuncak saat papa mengatakan kami harus kembali dan menetap di Indonesia. Aku berpikir, papa akan meninggalkanku dan mama karena akan kembali pada wanita itu. Karena itulah aku benci Indonesia. Sampai akhirnya aku bertemu Seraphina.

Seraphina, yang ku pikir bisa menjadi obat. Ternyata malah menjadi luka yang terhebat. Siapa sangka takdir begitu kejam pada kami? Aku membenci ibunya, tapi aku berkencan dengan anaknya. Holy shit!

Sekarang, semua terasa asing. Aku pun bingung dengan apa yang ku rasakan saat ini. Benci? Marah? Rindu? Cinta? Entahlah. Aku rasa ... aku butuh waktu untuk semua.

Mama. Aku rasa, aku harus bertanya pada mama akan hal ini. Agar semua menjadi jelas. Tidak terlihat abu-abu lagi.

"Ma, sibuk?" tanyaku pada mama yang sedang membuka oven.

Mama menoleh, menatapku yang datang dengan hidung kembang kempis karena berlari dari lantai atas.

"Kenapa, boy?" tanya mama.

Aku menggeleng. "Nanti aja kalau mama udah selesai."

"No. Mama udah selesai," katanya sambil mengeluarkan loyang berisi cookies.

Mama segera melepas celemek dan sarung tangan, meletakkannya di meja pantry. Lalu, mama menghampiriku yang masih terpaku di pintu dapur.

"Vin, what's wrong?" tanya mama khawatir melihatku seperti ini.

"Tell me," kataku. "About everything. Papa dan masa lalunya."

Mama terdiam sejenak seraya menatap mataku. Saat melihatku sudah yakin, mama membawaku duduk di ruang tengah.

"Mama sudah mengenal papa cukup lama." Mama memulai bercerita. "Kami tumbuh bersama. Dari sahabat kecil, sampai dewasa."

Wow! Aku benar-benar baru mengetahui hal ini sekarang.

REASON (TAMAT)Where stories live. Discover now