¹⁷A : Aku Baper, Cuy!

40 8 0
                                    

Duh, serius  amat Pak, noleh dikit sini🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duh, serius amat Pak, noleh dikit sini🤭

Yg di mulmed mirip Jeno kan suaranya hehe

***


Capek. Satu kata yang cukup untuk menggambarkan keadaanku sekarang. Sedari tadi ibu dan bapak Lalu menggodaku dengan menjodohkan kami. Kalau sudah begini, bagian mana yang bisa kuyakini sebagai cadaan?

Aku malu total. Sudah tidak bisa memprediksi bagaimana rona pipiku kini. Entah seperti tomat atau kepiting rebus.

Aku tertawa miris saat Lalu bahkan mengabaikanku meminta bantuan. Ia sibuk berkutat dengan barbelnya. Seolah benda itu lebih penting daripada temannya yang kini terpojok dengan pertanyaan aneh yang terlontar dari orang tuanya.

Sebisa mungkin aku menormalkan ekspresi agar tidak terbawa perasaan. Meyakinkan diri bahwa ini memang hanya candaan semata.

"Siapa nama aslinya, Yaya?" tanya ibu Lalu yang menatapku dengan mata berbinar.

"Ryana Adistya, Bu," jawabku diiringi cengiran.

"Wah, namanya bagus sekali!" Aku bergumam 'terima kasih' sebagai respon.

"Oh iya, udah berapa lama pacaran sama Jandi?"

Sontak saja aku syok. Tiba-tiba ditanyai hal seperti ini membuatku benar-benar kehilangan kata. Apa tadi katanya? Pacaran?

"Bu, udah. Tiang mau ajak Yaya main ke sini, bukan buat diinterogasi kayak gitu." Suara Lalu membuat aku bernapas lega.

"Heleh, bilang aja mau berduaan sama Yaya!" balas ibu Lalu melemparkan tatapan sinis pada sang anak.

Aku meringis pelan, seperti melihat gambaran aku dan ibuku jika berdebat.

"Ayo, Ya!" Lalu menarik tanganku, tak menghiraukan ibunya yang mendelik. Aku mengangguk sopan sebelum akhirnya masuk ke ruangan serba abu itu.

Aku mengernyit melihat sekitarnya. Rapi. Satu kata yang menggambarkan ruangan itu. Aku yakin ini kamar Lalu. Terlihat dari banyak aksesoris laki-laki itu tertata di meja. Ada gitar juga dibiarkan berdiri di dekat meja belajarnya. Oh, jangan lupakan beberapa sticky note yang menempel pada meja tersebut, bahkan ada juga di dinding samping meja.

Aku berdecak kagum. Kamarku tidak akan seperti ini. Kamarku bisa terbilang seperti kapal pecah karena banyaknya buku yang berserakan. Duh, aku sepertinya harus belajar dari laki-laki ini untuk merapikan kamar dengan baik.

"Ini kamar saya, Ya."

Sudah kuduga. Aku tersenyum simpul, "Rapi banget, Jan."

Lalu balas tersenyum, sampai matanya menyipit. "¹Lasingan kamar saya jarang ditempati. Hari minggu aja saya pulang," katanya membuat aku mengangguk paham.

Not Kovalent Bond✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang