³⁶T : Tolong, Pertahananku Runtuh!

33 5 0
                                    


Yuhuuu pagiii~

Bertemu dengan cowok kamera kita yuhuuu

Bertemu dengan cowok kamera kita yuhuuu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






***

Aku mendegus saat Jaya berhasil menarik tanganku, membuat aku kini menghadapnya.  Aku masih enggan menatapnya, terlampau kesal karena hal tadi.

"Ya, maaf, lain kali gak lagi deh," ucapnya seraya melepaskan tanganku.

Aku mendecak, lantas menoleh ke arahnya. Membalas tatapannya yang teduh. Aku menghela napas pelan, sembari mengangguk. Tidak tega juga melihatnya merasa bersalah.

Jaya menyengir lebar, "Sebagai permintaan maaf, mau gak ke pantai?"

Eh?

"Kita ke ¹KLU, mau gak? Ke pantai Sire," katanya lagi.

Aku masih mencerna ucapannya. Entah kenapa di saat seperti ini, aku lambat sekali merespon. Ajakannya yang tiba-tiba itu membuat aku kaget.

"Saya izinin ke Ibu deh." Aku menggeplak lengannya karena tak memberi ruang untukku menanggapi.

"Bentar dulu, Je. Kamu bikin saya bingung," akuku yang dibalas kekehan olehnya.

"Oke, Ryana, ayo kita ke Sire." Kali ini ia mengucapkannya dengan pelan, saking pelannya nyaris terdengar seperti berbisik. Entah kenapa aku merasa aneh dengan diriku saat mendengarnya.

Aku menggaruk kepala yang tak gatal. Mengangguk pelan sebagai jawaban. Sementara Jaya berseru senang dengan tangan mengepal.

"Ayo!"

Aku mengangguk, lalu mengekorinya menuju parkiran.

***

Aku sedari tadi mencoba menahan diri agar tidak berteriak nyaring. Pasalnya Jaya mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Memang di sekeliling kami tidak ramai, tetapi apakah boleh mengadu pembalap di jalanan panjang Pusuk yang meliuk seperti ini?!

Samping kiri jurang cuy! Jurang! Astaga, aku tidak bisa tidak panik. Mana jalanannya penuh tanjakan astagfirullah.

Aku belum mau mati. Masih ingin menikmati masa muda, dan berharap di masa depan bisa menikah dengan Chanwoo iKON. ASTAGA!

"YA, PENGANGAN!"

Aku bergidik ngeri melihat kelokan yang curam di depan kami. Semua doa sudah kurapalkan dalam hati demi keselamatan. Namun, tetap saja Jaya ini cari mati. Bisa-bisanya mengegas motor pada kelokan, nyaris mengenai mobil yang melaju naik.

"JAYA ANJIR! PELAN-PELAN SETAN!"

Aku tidak mendengarkan teguran Jaya karena mengumpat barusan. Terlampau takut. Pun berusaha mengubur rasa malu karena kini memeluk cowok itu dengan erat. Sudahlah sudah, nyawaku lebih berharga huhu.

Not Kovalent Bond✔Where stories live. Discover now