⁴⁴D : Dan Ternyata ....

115 8 10
                                    

Yohoooo double up^^

Yohoooo double up^^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***





Senin pagi kembali menyapa. Lagi-lagi harus kuliah. Ah, tidak bisakah hari ini libur saja?

Jujur, aku sangat malas untuk ke kampus. Pasalnya Juan akan membawa motorku hari ini. Jadi tidak bisa berleha-leha untuk datang siangan, karena harus ikut Juan. Kebetulan dekat juga dengan sekolahnya.

Aku menghela napas pasrah, kembali mematut diri pada cermin. Menata rambut coklatku yang mulai memanjang. Kini melebihi bahu. Pun sedang berpikir untuk mewarnainya lagi. Enaknya warna apa ya?

Brak!

Aku mendecak, melirik Juan dengan ekor mata. Anak ini tidak bisa sabaran. Aku baru selesai sisiran, belum memasang sepatu. Belum sarapan juga. Dia mah enak, pagi-pagi kantin sekolahnya ramai. Tidak denganku yang jam delapan baru buka.

"Ayo Kak!" serunya sembari keluar dari kamarku.

Aku mengekori, baru saja melewati ambang pintu, tiba-tiba aku terpaku. Bagaimana tidak? Seseorang yang ingin aku hindari ternyata ada di sini. Menyalami ibu yang baru selesai dari dapur, mungkin.

"Aya, sini! Pergi ke kampus sama Jaya aja ya, Juan katanya mau jemput Jiwa di rumahnya." Ibu membuat aku mengerjap, memutus kontak mata dengan Jaya.

Aku mengangguk, entah kenapa jadi salah tingkah mendapati cowok itu kembali menatapku diam-diam. Kemudian mendekat ke arahnya, ikut berpamitan pada ibu. Setelahnya mengekori Jaya yang berjalan lebih dulu keluar dari rumahku.

Cowok itu tak mengatakan apa pun. Ia memasang helmnya di atas motor, lalu baru aku naik ke jok belakang motornya.

Motor mulai melaju meninggalkan pekarangan rumah. Menembus jalanan panjang desaku yang seterusnya diapit sawah yang padinya sedang menguning. Sepertinya sebentar lagi musim panen.

"Ya," panggilnya sedikit berseru. Aku menoleh ke arah spion kanannya, menatap Jaya dari sana. "Saya minta maaf karena kesalahpahaman kemarin ya," katanya membuat aku mengernyit.

"Saya tau kok kamu marah karena saya gak ikut CFD-an kemarin. Saya denger juga kalo kamu di Udayana ketemu sama mantan. Maaf untuk itu, saya gak bisa gak cemburu," lanjutnya semakin membuatku cengo.

Kuyakini seperempat siku terbentuk di dahiku. Maksudnya apa? Cemburu kenapa? Ah, aku tak mengerti!

Jaya diam, ia tak berbicara lagi. Bersamaan dengan kami yang bertemu lampu lalu lintas. Cowok itu baru melajukan kembali motornya setelah lampu berubah hijau.

"Mau sarapan, Ya?" tanyanya yang kubalas dengan gelengan.

Aku bingung, tapi lebih bingung lagi 'kenapa dia suka sekali berbicara saat motor melaju? Apa dia tidak kasihan dengan diriku yang ha-he-ho di belakang?

Not Kovalent Bond✔Where stories live. Discover now