³³N : Nyesel Katanya

35 5 0
                                    


SELAMAT HARI KEMERDEKAAN😆

Bari selesai upacara pasti panas kan, nah panas-panas cocok banget baca ini wkwk adem soalnya🤣

Mari ketemu Sonya lagi😉

***

Pagi ini aku sudah berada di Kekalik Jaya. Berniat membeli jajanan serba seribu yang ada di depan SD sana. Pesanan Juan tentunya. Namun, masih terlihat ramai, jadi aku memilih menunggu di atas motor. Enggan berdesak-desakan.

Ngomong-ngomong, aku meminjam motor Yura untuk sampai di sini. Hari ini terakhir di rumah Yura, aku akan pulang setelah ia pulang kuliah. Sekarang masih jam sebelas, kemungkinan ia pulang sekitar jam satu.

Aku menoleh ke arah toko jajanan itu lagi. Masih seperti tadi. Ramai. Membuat aku menghela napas pelan, entah sampai kapan aku menunggu begini.

Namun, ada hal lain yang membuat aku tersentak. Seseorang yang beberapa hari lalu menyebabkan kepalaku sakit kini muncul. Ia berjalan ke arahku. Aku mengernyit, mewanti-wanti dalam hati agar dia tak mengajak bak hantam lagi.

Begitu ia berdiri tepat di depan, ia menatapku lurus. Lengkap dengan raut sendu yang membuatku bingung. Dia kenapa?

"Rya, boleh kita bicara sebentar?"

Ha?

"Ikut aku."

Aku bingung. Namun, tetap mengikuti langkahnya yang melewati toko jajanan. Membawaku ke daerah belakang yang sepi. Tiba-tiba aku merasa deja vu.

Ia mulai duduk menjuntaikan kaki ke arah sungai di bawah kami. Aku menelan ludah, terbayang-bayang jika jatuh ke sana pasti akan terbawa arus. Belum lagi posisi kami ini lumayan tinggi. Entah apa yang ada di bawah sana jika jatuh dari atas sini.

"Sini, Rya," katanya membuat aku duduk di sampingnya.

"Kamu mau ngomong apa sih sampai bawa saya ke sini?" tanyaku masih bersikap waspada. Ya gimana, sungai di bawah woi! Kalau dia masih dendam kan berabe.

"Aku mau minta maaf, Rya," cicitnya sambil menunduk.

Aku cukup kaget mendengarnya. Minta maaf tiba-tiba?

"Aku minta maaf, Rya. Aku nyesel atas kejadian hari itu. Aku terlalu emosi waktu itu, aku minta maaf." Ia menatapku dengan tatapan yang menyiratkan penyesalan.

Itu artinya dia jujur. Benar-benar menyesal. Namun, kenapa cepat sekali? Apa terjadi sesuatu?

"Maaf juga atas tuduhan aku waktu itu. Ķata Deri, kamu gak salah. Tapi aku gak mau dengerin karena masih emosi. Sekarang udah gak, jadi aku nyesel karena nuduh kamu gak-gak. Terus pasal sahabat aku waktu itu, pacarnya Deri, ternyata dia bohongin aku. Deri bilang mereka putus karena sahabat aku ketauan selingkuh," jelasnya membuat aku tak tau harus merespon apa.

"Lebih parahnya, sahabatku ternyata suka sama Al. Dia bilang kemarin setelah kita selesai berantem itu. Seketika itu aku nyesel udah jambak kamu," lanjutnya tak memberi aku jeda menerima informasi beruntun ini.

"Cukup, Nya," tahanku saat Sonya akan membuka mulut lagi.

"Makasih udah nyesel, tapi saya berat banget maafin kejadian waktu lalu. Apalagi video kita udah kesebar. Bukan cuma itu, masalahnya kamu ngajak baku hantam di fakultas mu, jadi rasanya saya malu banget. Ju—"

"Maaf, Rya, maaf. Aku bener-bener gak tau harus gimana biar kamu maafin aku. Tapi aku tulus minta maaf."

Jika sudah begini, aku lemah. Melihat tatapan sendunya, membuat aku terdiam.

Not Kovalent Bond✔Where stories live. Discover now