²⁸E : Enaknya Gratisan

33 5 0
                                    


Kalian suka gratisan juga gak? Aku sih yes🤣

Ee dah lah Happy reading


***

Bagi diriku yang percaya dengan kata bijak 'hemat pangkal kaya' tentu saja menjadi orang yang paling suka dengan gratisan. Selain karena hemat uang jajan, juga menciptakan kesenangan lahiriah dan batiniah bagi tubuh. Aduh, bahasaku terlalu berat. Intinya aku suka gratisan. Maka dari itu undangan dari bang Hanan minggu lalu aku setujui. Lagipula yang hadir cuma gengnya dia plus aku yang bawa teman.

Eit, malam ini aku mengajak gengku, bukan mengajak Lalu dan Jaya. Ya kali aku masukin mereka ke kandang buaya kayak gitu. Yang ada mereka ikutan jadi buaya. Kalau untuk gengku sendiri mah, prinsipnya sama sepertiku. Tidak terpikat dengan crocodile di geng itu, kecuali Lia yang sudah cinta mati pada Aghin.

Kini aku dan Lia sudah sampai di warnet bang Hanan yang hari ini disulap menjadi tempat pesta kami. Di meja kasir yang biasanya menumpuk dengan tumpukan kertas, berubah menjadi tempat kaleng-kaleng soda yang tertata rapi. Kemudian di meja bundar—yang biasa digunakan untuk melakukan atraksi dengan steples pada lembar print-nan itu—kini berubah menjadi tempat menaruh nasi kotak dengan lauk geprek di dalamnya.

Aku tak hentinya takjub dengan melihat susunan tersebut. Asli, untuk acara anniversary, ini bisa dibilang terniat sekali menyiapkan semuanya. Sepertinya kali ini bang Hanan benar-benar mencintai kak Haira. Karena sedari dulu, ia terkesan sering gonta-ganti cewek (menurut cerita Juan sih).

"Ya, sendirian aja?" tanya Aghin yang berdiri di samping meja bundar.

"Sama pacarmu tadi, terus tinggal nunggu Yura lagi izinin Dayu buat ke sini," jawabku dengan satu tangan meraih susu full cream dalam tas selempangku.

Aghin terkekeh, ia menunjuk Lia yang sedang mengobrol dengan bang Hanan. Entahlah keduanya sedang membahas apa, tapi lebih terlihat seperti berdebat.

"Cewek saya cantik ya, Ya?" Cowok dengan rambut berponi itu menatap sang kekasih dengan penuh cinta. Membuat aku menipiskan bibir, seraya menggeleng pelan.

"Cewek pasti cantik, Gin, kalo cowok baru ganteng," celetukku membuat Aghin menoleh.

"Ah, gak deh kayaknya. Saya lihat kamu gak cantik, tapi malah ganteng," katanya setelah menggeleng.

Jelas saja aku ternganga mendengar kalimatnya. Namun, seperkian detik aku memukul lengan cowok itu. Bicaranya ngawur sekali.

"Tuh, kan, apa saya bilang!"

Aku melengos, malas sekali meladeni pacar Lia itu. Kini mendekat ke arah Lia dan bang Hanan. Keduanya sudah tidak adu urat seperti tadi. Malahan Lia sudah duduk anteng menghadap salah satu komputer, entah apa yang sedang ia cari.

Aku menyapu pandangan ke sekitar. Lima komputer sudah full oleh geng bang Hanan. Salah satunya berisis Juan yang fokus bermain gim. Berarti tinggal menunggu Zian dan Alfian yang belum datang.

Suara klakson di luar membuat aku dan bang Hanan menoleh. Tak lama kemudian, tiga cewek melewati pintu kaca itu. Mendekat ke arah kami yang berdiri bengong.

"Happy anniversary, bang Hanan! Ini kado buat kalian ya," ucap Dayu memberi bingkisan itu pada bang Hanan. "Eh, patungan kok," lanjutnya sebelum cowok itu sempat membalas.

"Eh, udah boleh makan-makan gak sih?" tanya Chinta membuat kami menyemburkan tawa. Chinta ini tipe orang yang kalau datang kondangan harus langsung makan-makan. Makanya setiap kami kumpul di rumah Yura, wajib ada snack yang disuguhi empunya rumah.

"Nanti ya barengan, sekarang minum soda aja dulu. Atau itu air putih di kulkas," ujar bang Hanan setelah menaruh bingkisan itu ke loker di sampingnya.

Aku menoleh ke arah lain, melihat betapa khusyuknya lima cowok itu bermain gim. Oh, tentu jangan lupakan suara kasar yang beberapa kali keluar dari mulut mereka. Membuat aku mendekat ke sana, berdiri di samping Juan. Begitu ia mengumpat lagi, aku menarik telinganya.

Not Kovalent Bond✔Where stories live. Discover now