⁴⁰T : Tempat Curhat

25 8 0
                                    

Pagi~

Alhamdulillah lolos ke babak final😍

Makanya bisa up lagi😂

Ryana abis nangis, tetep cantik👀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ryana abis nangis, tetep cantik👀




***


Entah kenapa malam ini rasanya aku malas sekali keluar kamar. Panggilan dari Juan tak kuhiraukan. Bahkan dering ponselku pun tak kurespon. Terlampau mood-ku rusak hanya karena hal tadi. Rasanya aku masih kesal dengan Jaya. Laki-laki memang sama semua. Tidak dapat dipercaya, huh.

"Kak, ayolah! Aku laper ini, ibu sama bapak belum balik-balik juga!"

Aku mendecak mendengar seruan Juan di luar sana. Enggan tertipu lagi dengan rengenkannya. Terakhir kali aku mengiyakan, ia memberitahu Jaya bahwa aku di rumah Yura kala itu.

Belum sempat aku mengatur posisi pada ranjang, suara berdebam membuat aku berjingkat kaget. Lantas menatap sinis si oknum yang menyebabkan kamarku teebuak lebar.

"Apa?!"

"Aku gak tahan, Kak, ayo masakin mie," katanya dengan wajah memelas.

Aku menghela napas pelan, selalu saja pertahananku runtuh untuk tidak menghiraukan anak ini. Sekalipun aku sangat malas meladeninya. Namun, aku tidak tega juga membiarkan ia kelaparan.

"Ya udah, aku masakin dulu."

Aku beranjak ke dapur, tentu saja diekori Juan dengan tampang lesunya. Entah dibuat-buat atau memang benar adanya. Setelahnya aku mulai menghidupkan kompor, memasak air untuk merebus mie.

Aku memasak seperti biasa, menambahkan beberapa cabai rawit yang kuiris tipis sebagai topingan mie. Setelah selesai, aku menyajikannya pada Juan.

Tiba-tiba aku merasa dejavu lagi. Apakah kali ini Juan juga memberikan petuah seperti saat itu?

"Kenapa Kak?"

Aku menggeleng pelan, "Kamu ngerasa dejavu gak dengan posisi kita kali ini?"

Juan mengangguk-angguk kecil dengan mulut penuh. Artinya ia juga merasa begitu. Bedanya hanya ia yang makan, karena aku tidak berselera sekalipun mie yang kubuat terlihat enak.

"Kak Aya ada masalah?"

Aku tersentak. Apa wajahku terlihat mengatakan bahwa memiliki masalah?

"Yang kali ini sama siapa?" Juan menaruh mangkuk kosong itu di depannya. "Aku tau kok pas pulang tadi pasti abis nangis," lanjutnya membuat aku terharu.

"Mau cerita gak? Aku dengerin," katanya lagi sambil menatapku lurus.

Entah kenapa rasanya mataku perih. Aku mendongak menatap langit-langit ruangan. Berusaha agar tidak menangis lagi. Membiarkan Juan menunggu diriku mengeluarkan kalimat.

Not Kovalent Bond✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang