02_Sebenarnya..

870 437 983
                                    

Gemerlap bintang nampak indah di langit malam, Naya tersenyum tipis. "Apakah ayah dan bunda benar-benar tenang di pelukan Tuhan?. Boleh Naya ikut?".

Setetes cairan bening membasahi pipi Naya. "Naya sudah lelah, Naya benar-benar ingin bertemu kalian"

Naya, gadis malang itu hanya bisa meratapi nasibnya yang menyedihkan. Kalau Naya bisa dilahirkan kembali, Naya lebih memilih untuk tidak dilahirkan karena menurutnya untuk apa ia diciptakan oleh tuhan kalau ternyata perjalanan hidup yang ditulis tuhan untuknya benar-benar sangat menyiksa.

Mulai dari ia yang terlahir bisu, orang tuanya yang sudah tiada ketika Naya berumur dua tahun, menjadi korban bully disekolah hanya karena ia gadis miskin dan mempunyai kekurangan. Padahal Tuhan menciptakan hambanya dengan bentuk paling sempurna dan mempunyai kelebihan serta kekurangannya masing-masing, tetapi kenapa mereka tega memperlakukan Naya seperti sampah yang kotor yang menjijikkan.

Selama setahun Naya bersekolah disana, Naya tidak pernah merasakan bahagia. Naya hanya merasakan sebuah kepedihan batin, sakit sekali. Mungkin orang lain menganggapnya sepele, tapi bagi Naya?.

"Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat hari ulang tahun selamat ulang tahun yeayyy~"

Naya terkejut lalu menatap kearah belakang, ke sosok wanita renta yang sangat cantik menurutnya. Wanita hebat nan kuat yang tak pernah mengeluh, wanita yang paling ia cintai didunia ini, wanita yang sangat berarti bagi hidupnya.

Cup!

Kecupan manis mendarat di pipi Naya.

"Selamat ulang tahun Tari, cucu uti yang paling uti sayang di dunia".

Naya yang tak kuasa membendung air matanya langsung memeluk utinya dengan erat, Naya menangis disana.

Uti tersenyum. "Sayang tiup lilinnya kalau tidak nanti akan meleleh, dan jangan lupa sertakan doa".

Kue ini dibuat oleh tangan uti sendiri, selama Naya ulang tahun uti tak pernah absen untuk membuatkan Naya kue ulang tahun.

Naya melepaskan pelukannya. Menatap utinya dengan senyum yang merekah lalu mengepalkan kedua tangan, menunduk, dan memejamkan mata.
"Tuhan di tahun ke tujuh belas ini engkau masih menitipkan nyawa didalam raga Naya, Naya mengucapkan syukur dan rasa terimakasih yang banyak. Naya tau Naya bukan manusia yang suci dan selalu khilaf, Naya minta maaf tuhan tapi Naya janji Naya akan selalu menjadi Naya yang baik bahkan bisa lebih baik. Doa Naya tahun ini, Naya berharap uti selalu sehat dan bahagia karena yang Naya punya didunia ini cuma uti. Tolong jaga orang tua Naya disana, dekap dia se erat-eratnya Tuhan. Tuhan Naya juga minta supaya Naya diberikan kebahagiaan, alur hidup Naya dirubah maaf karena Naya suka mengeluh". Pipi Naya kembali basah akan air mata, uti yang berada dihadapan Naya pun ikut menangis. Tak disangka bayi yang ia rawat dengan sepenuh hatinya sekarang sudah menjelma menjadi remaja cantik nan dewasa. Uti pun dengan sigap langsung mengusap pipi Naya.

"Ayok Tari tiup lilinnya".

Naya membuka mata, lalu meniup lilin.
Setelahnya Naya mengambil alih kue dari kedua tangan keriput uti, menaruhnya di sebelahnya lalu menggenggam tangan uti. Mata bulat Naya menatap penuh cinta mata utinya, Naya mencium kedua tangan utinya dengan sayang lalu memeluk utinya. Uti disana juga tidak bisa membendung air matanya lagi "Uti sayang kamu Naya, tolong bertahan dan hidup lebih lama lagi" bisik uti di telinga Naya.

__🤍

Alunan piano berbunyi indah, tiap petikan dan melodi yang saling bersautan membuat siapa saja yang mendengar merasa tenang. Naya benar-benar menikmati setiap petikan piano yang ia mainkan, semua yang ia rasakan seperti kemarahan, kepedihan, keresahan rasanya benar-benar keluar begitu saja lewat piano ini.

Uti yang berada disebelah Naya langsung bertepuk tangan ketika lagu yang dimainkan Naya selesai. Lagu itu dulu sering uti mainkan untuk Naya, Naya pun diajari piano lewat utinya. Lagu yang menenangkan dan selalu membawa rasa damai ketika dimainkan.

Uti mengusap surai hitam Naya. "Tari, boleh uti bicara sesuatu?".

Naya menoleh dengan kerutan di dahi, gadis itu hanya mengangguk dan menatap lama wajah keriput sang nenek.

Uti menarik nafas pelan, mencium kening Naya agak lama lalu menatap cucunya yang sekarang sudah menginjak usia tujuh belas tahun. Waktu ternyata benar-benar sangat cepat berlalu, bayi yang dulu ia rawat dengan penuh cinta dan kasih sayang sekarang sudah menginjak usia remaja.

"Mentari, selamat ulang tahun ya sayang".

Uti mengambil sebuah kotak yang ia taruh disebelahnya, kotak itu dibungkus kertas kado bewarna merah jambu dan pita berwarna putih benar-benar sangat cantik sekali.

"Buka nak..".

Naya dengan senang hati mengambil alih kado berukuran sedang itu dari tangan uti, membuka perlahan bungkus kado dan membuka isinya, mata bulatnya menatap sebuah figura dan disana terdapat foto pasangan. Sebuah pria bertubuh tinggi dan berdada bidang dan di sebelahnya terdapat sebuah wanita berambut panjang yang sedang hamil besar, Naya memperhatikan kedua orang didalam foto itu. Wanita itu benar-benar mirip sekali dengan Naya, dan mereka benar-benar pasangan yang sangat serasi.

Naya menatap uti, mencoba untuk bertanya maksud foto ini.

"I-itu,, kedua orang tuamu nak~"

Darah ditubuh Naya benar-benar berdesir lebih cepat, matanya kembali membendung cairan. Orang tuanya? Ini benar-benar wajah kedua orang tuanya?.

Dari dulu Naya benar-benar ingin tau wajah kedua orang tuanya, tapi uti bilang waktu Naya berumur tiga tahun rumahnya terbakar, uti tak sempat menyelamatkan apapun kecuali Naya. Bahkan surat-surat penting, sampai foto-foto pun tak berhasil ia selamatkan. Makanya sampai sekarang Naya tak mengetahui wajah kedua orang tuanya.

Tetapi kenapa sekarang ada figura ini? Apa yang sebenarnya terjadi?.

"Apa maksudnya ini?".

Naya kembali mengalihkan atensinya kepada uti, uti yang merasa ditatap nanar oleh Naya langsung mengatupkan bibir mencoba untuk terlihat tenang walaupun sebenarnya jantungnya sudah berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Maaf, seharusnya uti jujur sejak awal". Wanita paruh baya itu mulai membuka suara kembali.

Kali ini suasananya semakin tegang, Naya yang hanya bisa diam tanpa melakukan apapun dan uti yang bingung merangkai kata per kata menjadi sebuah kalimat, supaya nantinya Naya tak sakit hati dengan fakta yang ada.

Naya yang sudah tak sabar dan penasaran, mencoba menepuk-nepuk bahu utinya agar mau melanjutkan ceritanya.

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.


Siapa yang penasaran kelanjutannya???
Don't forget to vote!!📍

[1]SEMBAGI ARUTALA Where stories live. Discover now