08_Diary

578 207 727
                                    

Very beautiful,, somehow!
Somebody pleasure for today!!🎧




Naya menatap dirinya di cermin. Cantik, dan akan selalu seperti itu.

Bibirnya menyunggingkan senyum, dia memikirkan kejadian tadi. Kenapa Daren bisa sebaik itu?.

Cukup aneh, tapi..

Ah sudahlah! Kenapa Naya harus memikirkan pria galak seperti Daren.

Naya beranjak dari duduknya dan memilih keluar kamar, langkah Naya berjalan menuju dapur.

Tangannya membuka kulkas dan melihat isi kulkas, ternyata masih banyak stok untuk satu Minggu kedepan.

"Uti dimana?".

Didalam kamar, uti menampilkan ekspresi cemasnya saat menerima pesan singkat dari seseorang yang nomornya tidak ia kenal.

"Ibu?".

Satu kata dari isi pesan itu, yang mampu membuatnya jadi seperti ini. Air mata menetes membasahi wajah keriputnya, kalau ditanya apakah ia rindu dengan sosok yang memberinya pesan pada malam ini? Sungguh ia rindu sekali!

Tubuh lemasnya bersandar di dinding, lihatlah wanita tua yang saat ini tengah bingung mendeskripsikan perasaannya, antara takut, bahagia, dan sedih semuanya terasa menyatu dihatinya.

"Kenapa setelah tujuh belas tahun..". Lirihnya menatap isi pesan diponselnya.

Uti menatap figura yang menampilkan dirinya dan Naya, saat itu Naya masih berumur tiga tahu. Bayi yang tak berdosa, yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya akibat kekurangan yang dimiliki.

Tok! Tok!

Uti yang mendengar suara ketukan, langsung menghapus air matanya dan menghembuskan nafasnya perlahan-lahan.

Tangannya menarik gagang pintu, dan mencoba tersenyum saat melihat cucu tercintanya.

🍁

Gila gila gila!!

Rasanya Daren ingin membenturkan kepalanya sekarang. Kenapa dipikirannya sekarang hanya ada Naya?.

Sial!

Mata bulatnya mengambil ponsel yang berada tak jauh darinya, pria itu menatap foto Naya yang ia potret diam-diam.

"Kenapa lo itu selalu menuhin isi otak gue si!??".

Tak bisa Daren pungkiri kalau sekarang ia benar-benar merindukan gadis itu, apa Daren akan tahan menunggu sampai besok?.

Tidak bisa!

Tapi ia tak tau dimana rumah Naya, dan juga bertamu malam-malam seperti ini tidak sopan kan'?. Yang ada nanti Naya ilfil lagi.

Daren merebahkan dirinya di kasur, dengan rasa lelah Daren berpikir. "Kira-kira tadi waktu disekolah, Naya kenapa ya?". Guman pria itu

🍁

Setiap orang mempunyai lukanya masing-masing, entah luka karena apa. Tapi yang jelas, cari obat penawar untuk menyembuhkan akan jauh lebih sulit.

Bukan semesta yang jahat, tapi aku yang tak mampu menanganinya. Seharusnya aku menyadari sejak awal, kalau luka yang terukir di hidupku tak akan pernah sembuh sampai kapanpun.

Gejolak marah, rasa kecewa, bahkan sakit pun sudah tak berarti untuk kurasakan. Mau menghindar juga tak mungkin, apa aku harus..?

Sudahlah! Aku tak ingin berangan-angan menjadi gadis yang dihargai orang lain, itu percuma! Aku bahkan tak bisa bersuara dan berpendapat untuk membela diriku dari lingkaran iblis yang selalu menyiksa ku setiap hari.

[1]SEMBAGI ARUTALA Where stories live. Discover now