12_Cinta itu rumit

244 67 424
                                    

Terbentuk dari kerasnya sebuah takdir, dan tertuang penuh kedalam pedihnya kehidupan. Selalu menjadi tantangan tersendiri, untuk menjalani hari-hari yang terasa memuakkan.

Usapan halus terasa disurai hitam milik Naya, gadis itu memilih untuk bermanja dengan sang nenek. Pilar hidupnya.

Setetes air mata jatuh begitu saja membasahi wajah keriput uti, banyak hal yang tidak bisa diutarakan kepada cucunya saat ini. Uti menatap Naya yang sedang memejamkan mata di pangkuannya, sangat manis sekali.

"Uti bingung, harus bersikap bagaimana kalau mereka benar-benar kembali ke kehidupan kita".

Terlintas sesuatu dipikiran Naya, yang membuat gadis itu tiba-tiba saja membuka matanya dan langsung duduk karena terkejut.

"Ada apa Tari?". Dengan posisi masih terkejut Naya menggeleng, ia tak mau membuat uti khawatir.

Naya mengusap wajahnya. "Siapa gadis di benakku yang tiba-tiba saja muncul?".

Merasa aneh dengan sikap cucunya, uti menepuk bahu Naya. "Ada apa? Kau bermimpi buruk?".

Naya kembali menggeleng, lalu memeluk utinya. "Naya juga tak tau uti".

***

Bel berbunyi nyaring dan gerbang sekolah sudah ditutup, dengan nafas terengah uti memegang pagar bewarna hitam itu. "Bagaimana ini, pasti Tari lapar". Uti menatap kotak bekal ditangan keriputnya.

"Nek".

Uti menatap pria yang memanggilnya, menelisisiknya dari atas sampai bawah. "Pasti dia juga murid disini".

"Nenek kenapa? seperti kebingungan". Tanyanya dengan suara yang ramah.

"Ah.. itu kotak bekal cucu nenek ketinggalan, kamu bisa bantu nenek untuk kasih kotak bekal ini ke cucu nenek?".

"Nama cucu nenek siapa?".

"Tari.. Abhinaya Gentari Anagata kelas sebelas jurusan Bahasa". Ralat uti.

"Jadi ini neneknya Naya?". Daren langsung mencium tangan uti. "Perkenalkan nek, saya Daren". Ujar Daren dengan wajah berseri.

Uti tersenyum. "Jadi kamu yang namanya Daren?".

"Nenek-".

"Jangan panggil nenek, panggil uti saja supaya lebih akrab. Tari juga sering cerita tentang kamu, katanya kamu lagi ikut olimpiade Matematika?".

Daren tersipu malu, menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Itu.. sudah selesai jadi hari ini aku masuk sekolah". Balas Daren sedikit gugup.

"Jadi Naya sering cerita tentang gw ke neneknya, jadi ngerasa spesial". Pipi Daren merah seperti tomat, rasanya Daren ingin lompat-lompat sekarang.

***

Istirahat pertama sudah tiba, para murid SMA Bumi Putih langsung berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka yang kosong. Naya berjalan lunglai entah kemana, sebenarnya perutnya lapar tapi karena bekalnya tertinggal jadi Naya hanya bisa menahan rasa laparnya.

Naya terkejut karena tiba-tiba ada orang yang menggenggam tangannya. "Kangen kan' lo sama gue". Tanya pria itu dengan rasa percaya diri yang tinggi.

Naya menggeleng lalu meninggalkan Daren dibelakang. Daren tersenyum tipis "Udah ga usah pura-pura deh.. gue tau semua dari uti".

Naya menghentikan langkahnya lalu berbalik badan menatap Daren. "Uti?".

"Terkejut ya?". Ledek Daren sambil memperlihatkan kotak bekal ditangannya.

Naya yang melihat itu dengan gesit ingin mengambilnya dari tangan Daren, tapi Daren lebih licik dari Naya. Pria itu dengan sengaja mengangkat kotak bekalnya ke atas supaya Naya tak bisa menjangkaunya.

"Dasar kak Daren jahil". Naya masih berusaha meraih kotak bekalnya.

"Haha, pendek". Naya yang tidak terima dikatai seperti itu langsung menginjak kaki Daren, dan lagi-lagi Daren berhasil menghindari perlawanan Naya dengan mengangkat kakinya supaya tidak terkena injakan Naya.

Srett

Naya yang hampir jatuh langsung didekap oleh Sharos yang tiba-tiba saja berada di belakang Naya, diikuti Devara dan Bimo.

"Aduuh romantis banget, jadi pengen deh". Ujar Devara, Bimo hanya menanggapi ucapan Devara dengan tertawa.

Sementara Daren dengan rasa panas di hatinya langsung menarik Naya dari Sharos. "Ga usah pelukan juga kali!". Kata Daren dengan nada ketus.

"Lo keterlaluan banget sih Ren, mikir ga kalau tadi Naya jatuh terus kepalanya kebentur di aspal?". Balas Sharos yang tak kalah ketusnya.

Naya yang mendengar perdebatan mereka berdua hanya bisa menggeleng, lalu mengambil kotak bekal miliknya dari tangan Daren dan pergi begitu saja.

"Nay!!". Daren mengejar Naya disusul Sharos yang tak mau kalah.

Bimo memasukkan tangannya kedalam almet. "Cinta itu rumit ya, apalagi cinta segitiga".

Devara menghela nafas. "Namanya juga cinta, perlu pengorbanan Bim.. kalau cuma nunggu seseorang datang kapan sampainya".

"Aishh, sok bijak lu". Bimo dengan sengaja menjitak kening Devara.

"Sialan".






"Sialan"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Wuwww

Ada kejutan apa lagi ya, setelah ini?


[1]SEMBAGI ARUTALA Where stories live. Discover now