07_Cemburu

602 243 736
                                    

Happy reading
don't forget to happiness!💗

_

Bisikan-bisikan panas yang mengudara ditelinga membuat pria itu geram, karena ucapan murid-murid di lorong ini tidak terdengar jelas namun mampu membuatnya penasaran setengah mati.

"Sial". Umpatnya kesal.

Daren mempercepat langkahnya, tatapannya benar-benar mengerikan.
Beberapa saat kemudian, mata jelaganya menangkap sesuatu yang membuat langkahnya terhenti.

Gadis itu?

"Apa yang terjadi?".

Dengan sedikit berlari Daren menghampiri gadis malang yang sedang terduduk dilantai dan menangis sesenggukan.

"Naya?". Panggilnya dengan nada pelan.

Daren menurunkan tubuhnya, menyamaratakan posisi tubuhnya dengan Naya yang saat ini tengah terduduk lemas dilantai.

Mata indah gadis itu, terus-menerus mengeluarkan buliran air yang membuat pipinya basah.

Tangan Daren terulur untuk menghapus air mata di pipi Naya. "Ada apa?. Siapa orang yang udah jahatin lo?".

Naya tak bergeming, tatapannya masih tunduk kebawah. Tubuhnya sedikit bergetar, kepalanya benar-benar sangat pusing bahkan hampir pingsan.

Melihat Naya yang hanya diam dan tak menunjukkan ekspresi apapun, tanpa berpikir panjang Daren langsung menarik Naya kepelukannya.

Apalagi yang seseorang butuh disaat ia sedang terpuruk, selain diberi ketenangan?.

Entah kenapa saat dipelukan Daren, Naya bisa setenang ini. Energi yang tadinya sudah habis, seperti kembali terisi oleh energi positif lewat Daren. Apalagi saat pria itu dengan lembut mengusap punggungnya, Naya benar-benar merasa nyaman.

Tidak ada yang tau seberapa khawatir Daren ke Naya sampai-sampai bisa bertindak sejauh ini, dia tidak pernah memberikan hal spesial seperti ini ke gadis lain.

"Kalau lo gamau bicara sekarang, ga masalah".

Disini memang sepi, lorong ini penghubung antar taman dan gudang jadi jarang dilewati anak murid kecuali petugas kebersihan.

"Aneh, kenapa gw jadi peduli banget sama Naya?".



🍒

"Kak Daren kenapa jadi perhatian sama aku sih?".

"Kenapa lo lihat-lihat?". Ujarnya sedikit ketus.

Sifat Daren yang jutek itu kembali lagi, Naya mengalihkan tatapannya lalu menggeleng.

Saat ini mereka berdua sedang ada di ruangan khusus tempat Daren dan teman-temannya berkumpul, Naya sengaja dibawa kesini oleh Daren entah apa alasannya.

"Makan ini, sembari nunggu Bimo beli makanan berat di kantin". Daren menyodorkan potongan apel yang sudah dipotong dan dikupas kulitnya.

"Kenapa malah liatin gue?. Atau lo takut gw racunin?". Naya menggeleng pelan mendengar ucapan Daren yang terkesan sinis.

Naya mencoba tersenyum kecil sebagai ucapan terimakasih. Naya mengambil satu potong apel itu, lalu melahapnya.

Daren masih asik mengupas kulit apel yang berada ditangannya menggunakan pisau, mata bulatnya sesekali menatap Naya yang terlihat benar-benar menikmati rasa manis dari apel yang dipotong nya.

"Ouh ya, tadi lo kenapa?".

Deg!

Pintu terbuka, pria berkulit sawo matang itu dengan cepat berlari kearah Naya. "Nay, ini makanannya". Sharos dengan senyum yang mengembang, membukakan bungkus makanan itu.

Naya tersenyum melihat perhatian kecil Sharos, Naya harus lebih banyak berterimakasih kepada Sharos. Mungkin kalau Sharos tidak cepat kesini, Daren akan terus memojokkannya dengan pertanyaan itu.

Daren mendecak sebal, melihat perlakuan manis yang Sharos berikan untuk Naya.

Devara dan Bimo yang baru datang langsung duduk di sofa kosong.

"Makan nay, keburu dingin nanti ga enak". Tutur Devara dengan senyuman.

"Rasanya gw pengen mutilasi Sharos dan Devara sekarang". Daren benar-benar terlihat kesal, bahkan ia tak sadar kalau pisau yang berada ditangan hampir melukainya.

Awkhh!

Benar saja, yang Daren potong bukan apel tetapi sela jarinya.

Naya yang melihat itu langsung berdiri dari duduknya dan mencoba membantu Daren. Bimo yang berada tak jauh dari meja, dengan cepat mengambil kotak p3k dan memberikannya kepada Naya.

Naya membuka kotak p3k itu, membersihkan luka Daren menggunakan kapas yang telah dibasahi alkohol lalu menuangkan dua tetes obat merah supaya mencegah infeksi dan terakhir menutup luka itu dengan plester agar tidak terkena debu.

Daren tersenyum tipis, saking tipisnya tidak ada orang yang bisa melihat senyuman Daren. Sedikit merasa menang dari Sharos, Daren berpura-pura meringis untuk kembali mencuri perhatian Naya.

"Shh~ pelan-pelan, perih". Ringisnya.

Naya meniup pelan jarinya Daren.
"Kasian kak Daren, apalagi tadi dia sudah baik banget sama aku".

"Lebay!". Kata Sharos dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Emang sakit! Lo aja gatau rasanya". Balas Daren dengan nada yang sedikit tinggi.

"Berantem aja terus sampe lebaran monyet". Setelah berkata seperti itu Bimo memilih pergi dan bersikap acuh kepada sahabatnya.

"Bimo belum tau aja kalau kita semua ini keturunan monyet". Celetuk Devara.

"Anjing lo!".




🍒

Bel pulang sekolah berakhir, seluruh siswa dan siswi Bumi putih sudah berhamburan keluar sekolah. Pria berambut legam itu menyapu penglihatannya, menatap sekitar.

"Naya dimana?". Gumannya.

"Gw cari aja deh..". Kata Daren penuh semangat.

Naya dan Sharos tengah berjalan beriringan melewati koridor yang sudah sepi itu.

"Mmm~ mau gw anter pulang ga?". Tanya Sharos basa-basi.

Naya menggeleng pelan tanpa menatap Sharos.

Ekspresi wajah Sharos menampilkan kekecewaan. "Kenapa?".

Naya hanya membalasnya dengan senyuman tipis.

"Bangsat! Ngapain tuh si Sharos". Dari kejauhan Daren hanya bisa menahan rasa kesalnya saat melihat sang sahabat mencoba berusaha mendekati Naya.

Tetapi tunggu, kenapa Daren harus merasa cemburu? Bukannya pria itu sangat membenci Naya karena telah merusak gitar kesayangannya?

Ternyata benar ya kata pepatah.
"Jangan terlalu membenci seseorang atau kamu akan jatuh hati padanya".






 "Jangan terlalu membenci seseorang atau kamu akan jatuh hati padanya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini yang sweet dulu, sedihnya nanti aja😼

Daren manis banget bangg,,
kek mantan crush aing😋🤏

[1]SEMBAGI ARUTALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang