14_Rasa ini sungguh aneh

161 63 367
                                    

Aloeeeee!!
Happy reading guysss!!
Enjoy yaa 💋🤏




Tatapan sayu sangat terlihat jelas, Naya mengembuskan nafasnya pelan. "Kenapa aku jadi merasa aneh seperti ini, bukannya seharusnya aku bersikap biasa saja?".

Naya sengaja mematikan ponselnya dan bersembunyi di perpustakaan, ia tidak ingin diganggu oleh siapapun setelah mendengar cerita Rasia dan Daren yang begitu romantis.

Hari ini memang jam kosong di pelajaran terakhir karena guru sedang rapat, Naya menggunakan waktu kosong nya untuk pergi ke perpustakaan. Kepalanya ditenggelamkan diatas meja, Naya sengaja memilih tempat duduk paling pojok.

"Rasanya benar-benar kesal sekali, tapi kenapa aku kesal?".

Tap Tap Tap

"Cari kamus aja udah kayak cari pacar, susah banget". Gerutu seseorang, suara itu..

Naya menyapu penglihatannya, melihat sekitar dengan tatapan waspada. "Seperti aku kenal suara itu".

Naya berdiri dari duduknya, lalu berjalan mundur kearah belakang dengan langkah sangat pelan. Lalu bersembunyi dibalik lemari besar bertuliskan 'kamus'.

"Aduuh, kenapa kak Daren harus ke perpustakaan sih". Naya menatap kesal presensi Daren dari balik lemari besar yang menjadi penghalang antara dirinya dan Daren.

"Ini dia yang gue cari". Daren berseru lalu mengambil kamus bahasa Prancis yang ia cari dari tadi, membuka halaman pertama kamus itu lalu membacanya.

"Aku harus keluar dari sini, tapi pintunya ada disana". Naya menarik nafas, lalu berjalan dengan hati-hati supaya Daren tak menyadari ada orang yang berjalan dibelakangnya.

"Sedikit lagi, sampai ke pintu perpustakaan". Naya terus berjalan dengan perasaan cemas tanpa menoleh sedikitpun kebelakang.

🌷

"Iya, aku disini".

...

"Kamu mau kita ketemu?".
...

"Aku ga tau bisa atau enggak, aku sibuk".

...

"Nanti aku kabarin lagi".

Tut!

Bimo langsung menekan icon bewarna merah untuk menyudahi percakapannya dengan seseorang.

"Lo tuh kenapa sih kayak terus tarik ulur Alexa?".

Bimo menatap Sharos yang masih asik bermain game di ponselnya. "Siapa yang narik ulur? Gue cuma ga mau perasaan yang dulu itu balik lagi, salah?".

Sharos mematikan ponselnya lalu menatap Bimo dengan serius. "Ga salah, tapi kalau lo terus respon itu baru salah".

Bimo membaringkan tubuhnya di sofa panjang. "Gue cuma bingung, gue capek".

"Lo tuh cinta beneran ya sama Alexa?".

Bimo memunggungi Sharos. "Stop! Gue udah ga mau bahas dia lagi".

Sharos hanya menatap Bimo dengan tatapan sendu. "Lo emang ga mau bahas dia lagi, tapi nanti lo akan selalu ketemu sama dia setiap hari".

🌷

Naya membaringkan dirinya di kasur empuknya, tanpa mengganti seragam sekolah dan juga melepas sepatu. "Rasanya benar-benar aneh, apa aku benar-benar jatuh cinta sama kak Daren? Tapi..".

Pintu kamar Naya terbuka, uti menatap cucu kesayangannya dengan tatapan aneh. "Tari, kok tumben belum ganti seragamnya? Sepatunya juga belum dilepas".

Naya menatap uti dengan wajah kusutnya, lalu berjalan gontai kearah uti dan memeluk uti dengan erat. "Ada hal yang ingin kau ceritakan sama uti?". Naya mengangguk.

Uti mengusap surai hitam Naya dengan sayang, lalu membawa Naya duduk di ranjang. Uti mengambil sebuah buku dan pulpen yang selalu menjadi alat komunikasi untuk mereka berdua.

"Tulis disini, ungkapin semua perasaan kamu disini". Naya menyambut buku itu dan mulai menulis disana.

Hari ini Tari ga tau kenapa kesal banget, waktu Rasia cerita kalau kak Daren itu pahlawan hidupnya. Padahal kak Daren ngelakuin hal itu karena rasa kemanusiaan, bukan suka! Tapi entah kenapa Tari ga suka kalau Rasia terlalu memuji kak Daren berlebihan.

Kata Rasia besok dia mau bawain kak Daren kue buatannya, terus Rasia bilang "Pasti kak Daren akan suka kue buatan aku". Gimana Tari ga kesal uti!!

Uti hanya terkekeh membaca tulisan Naya, cucunya benar-benar sudah besar. "Itu hal biasa sayang, namanya juga sedang kasmaran. Tapi kalau Daren tidak merespon hal yang dilakukan Rasia itu artinya Daren memang tidak menyukai Rasia. Terkadang kita harus selalu berpikir positif tentang sikap orang lain, jangan selalu terpancing emosi apalagi emosi sesaat. Hal itu tidak baik".

Sepanjang penjelasan uti Naya hanya bisa termenung, uti benar semua perkataannya memang sangat benar.
Naya menunduk. "Tapi Naya cemburu uti".

"Kau tau saat pertama kali uti melihat Daren, sepertinya Daren menyukaimu".

Naya terpaku mendengar pernyataan uti. Uti menatap cucunya dengan tatapan sayang, lalu menggenggam tangan putih Naya. "Jangan terlalu berharap sama orang lain, belum tentu hal yang kita sukai akan menjadi milik kita seutuhnya. Tari mengerti maksud ucapan uti kan'?".

Naya mengangguk lalu tersenyum. Naya kembali menulis sesuatu di buku. "Itu artinya hal yang menurut kita ditakdirkan sebagai bagian hidup belum tentu bisa selamanya kita lihat, ya uti?".

"Kurang lebih seperti itu, belajar ikhlas adalah kunci dan tidak berharap pada siapapun dalam bentuk apapun adalah kewajiban ". Balas uti dengan senyuman tipisnya.



 Balas uti dengan senyuman tipisnya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
[1]SEMBAGI ARUTALA Donde viven las historias. Descúbrelo ahora