6

71 16 1
                                    

Entah sudah berapa lama kami berkuda. Aku juga tidak sadar apakah aku tidur atau bangun. Karena saat pagi menjelang, aku tidak benar-benar yakin bagaimana kami melewati malam.

Apalagi di pagi hari kami tetap berkuda sampai kami tiba di perbatasan.

Aku berdeham.

"Sudah bangun, Butter?"

Aku sungguh tidur? Dalam ketakutan dan dengan orang asing menunggang kuda bersamaku, aku bisa tidur? Ajaib.

Tidak ada jawaban yang aku berikan, aku tidak memiliki kewajiban memberikan jawaban padanya yang hanya seorang perampok dan pencuri.

Pria itu menjenguk wajahku, aku mengalihkan pandangan. Tapi tangannya mencengkram rahangku dan membawa aku menatapnya. Aku tidak dapat melawan kekuatannya.

Dia memperhatikan wajahku dengan seksama. Kutemukan seringaian di bibirnya yang begitu tampak segar. Aku memperhatikan bibir itu cukup lama. Saat dia akan maju barulah aku sadar dan mengalihkan mataku.

Seringaiannya lebih lebar. "Kau tidak dapat menyembunyikan hasratmu, Butter."

"Aku tidak berhasrat .... padamu."

"Benarkah? Aku butuh bukti."

"Aku tidak akan sudi memberikan bukti seperti yang kau mau."

"Baiklah, aku tidak akan melawan anak kecil."

"Aku bukan anak kecil. Aku akan berusia enam belas tahun malam nanti. Tunggu, kita sudah melewati malam. Aku memang sudah enam belas tahun. Aku bukan anak kecil lagi."

"Kau cukup cerewet, Butter."

Aku berdeham dan menarik pandanganku ke arah lain. Aku coba memperhatikan pohon-pohon besar yang kami lewati. Rasanya aku ingin tidur dengan terlentang di atas rumput. Itu lebih baik dari pada tidur di atas kuda yang terus bergerak. Tidurku tidak nyenyak. Yang lebih membuat aku bingung, pria jahat di belakangku sama sekali tidak tidur dan dia tidak tampak kelelahan.

"Memang benar. Gadis cantik akan tetap cantik meski baru bangun tidur. Rumor tentang kecantikanmu sungguh diragukan olehku, Butter. Setelah melihatnya dengan mata kepala sendiri, baru aku sadar, rumor itu bukan sekedar rumor."

Aku mendengus saja.

Kami memasuki perbatasan dan ada ilalang terbentang di depan kami. Semua orang memberhentikan kudanya. Termasuk pria itu.

Dia sudah turun meninggalkan aku. Aku tadinya hendak melarikan diri membawa kudanya, meski aku tidak bisa berkuda, aku akan memikirkannya nanti.

Sesaat aku lupa kalau mereka menyandera Jenny. Itu membuat aku tahu betapa pintarnya pria jahat itu. Dia tahu aku tidak bisa melakukan apa pun sekarang. Bahkan mati pun aku tidak akan bisa.

"Bawa beberapa orang saja. Tinggalkan beberapa di sini, Billy."

"Baik, Bos."

Yang disebut Billy memberikan intruksi pada semua orang. Mereka hanya ada sepuluh orang kalau aku tidak salah menghitung. Yang lainnya tidak ada yang benar-benar bicara pada pemimpin mereka. Hanya Billy itu yang bicara secara langsung. Yang lain seolah menjaga jarak. Mereka tampaknya mengerti, betapa menyeramkannya pemimpin mereka.

Dan mereka masih mengikutinya? Sungguh di luar nalar.

"Kau harus turun, Butter." Pria itu mengulurkan tangannya ke depanku.

Aku menggeleng. Aku memegang rambut kuda dan menahan posisiku tetap duduk di punggung kuda.

Pria itu memiringkan kepalanya lagi. Dia tampak begitu senang memiringkan kepalanya. Tampaknya dia memang sadar kalau dalam posisi itu, dia terlihat lebih tampan. Ah, sial, aku memujinya lagi. Kali ini dengan lebih terus terang.

"Kau mau aku memaksamu, Butter?"

"Biarkan aku di sini. Aku akan menunggu di sini."

"Kau pikir dirimu tua putri? Mau orang melayanimu? Kau harus turun dan bekerja."

"Kau menculikku untuk bekerja?"

"Aku bukan menculikmu. Butter. Aku mencurimu. Dari kaisar. Dia tidak akan pernah bisa mendapatkanmu lagi karena aku tidak akan memberikanmu padanya. Jadi sekarang turun, sebelum aku benar-benar memaksamu."

Aku menggeleng. Aku tidak akan pernah turun dari kuda.

Kedua tangannya meraih pinggangku, memaksa aku turun. Dia melakukannya dengan kuat tapi aku juga sama kuat mencengkram rambut kudanya. Aku mempertahankan posisiku dan aku tidak akan lagi membiarkannya menang. Kali ini, aku harus jadi pemenangnya.

Mencuri Selir KaisarWhere stories live. Discover now