8

74 16 1
                                    

"Aku akan membawamu ke tempat di mana tidak ada yang melihatmu. Kau bisa melepaskan korsetmu di sana. Itu akan membuat kau lebih baik."

"Aku tidak akan melakukannya. Biarkan saja seperti ini."

"Terserah padamu. Kau mau mati sesak, silakan."

Aku bimbang. Haruskah aku mengikuti kata-katanya. Karena lama-lama rasa tidak nyaman itu mencekikku juga.

Jika dia memang mau melakukan sesuatu padaku, dia bisa melakukannya semalam. Tapi dia tidak melakukannya. Entah apa tujuannya. Jika bukan karena kecantikanku yang membuat dia tergoda, maka dia pasti memiliki alasan lain melakukan hal yang bisa membahayakan nyawanya dan orang-orangnya.

Aku harus mencari tahu apa sebenarnya yang dia mau.

Tapi untuk sekarang, aku benar-benar harus menyingkirkan korset sialan ini.

"Di mana tempatnya?" tanyaku kemudian.

Dia menyeringai, lagi. "Tidak tahu malu."

"Kau mengataiku?"

"Tidak. Aku mengatai pohon." Dia berdiri dan mengulurkan tangan padaku.

Aku menepis uluran tangan itu. Aku berdiri sendiri dan tidak sadar kalau aku menginjak gaunku sendiri. Aku limbung dan hampir jatuh. Dia meraih tubuhku dan membawaku ke dalam pelukannya.

Sesaat aku merasakan dunia di sekitar kami berubah menjadi lebih manis. Dan aku sadar kalau seharusnya aku tidak merasa seperti itu. Di tangannya banyak nyawa melayang. Dia hanya pencuri dan pembunuh.

Aku mendorongnya dan dia menaikkan kedua tangannya lalu menjaga jarak dariku.

Beberapa detik aku coba mengatur napas. Setelahnya, aku menatap padanya. Dia merentangkan tangan mempersilakan jalan bagiku.

Saat melewati Jenny, aku berusaha menatapnya dengan tajam. Berusaha menarik pandangannya padaku. Tidak berhasil.

"Jangan melakukan apa pun. Meski bisa, dia tidak akan meninggalkanmu."

Aku melirik tajam pada pria di belakangku. Kenapa dia selalu tahu apa yang aku lakukan?

"Jika dia kembali sendiri, ayahmu akan menghukumnya sampai mati dengan menyedihkan. Kau pikir dia akan melakukan itu?"

"Ayahku tidak mungkin melakukannya."

"Ah, mantan jenderal keji itu. Dia akan melakukannya dan bahkan dia akan memeganggal putrinya kalau tahu putrinya masih hidup. Demi menjaga nama baiknya."

"Kau mengenal ayahku?"

"Tentu. Siapa yang tidak mengenal ayahmmu. Dia adalah tangan kanan dari kaisar terdahulu. Tangan kanan yang melakukan semua pekerjaan kotor yang diberikan kaisar."

"Apa ini karena ayahku?"

"Apa?"

"Menculikku dan melakukan semua ini. Apakah ini ada hubungannya dengan ayahku? Mungkinkah dia sudah melakukan hal yang buruk padamu?"

Dia berhenti dan berputar. "Coba tebak?"

Aku mendengus tajam. "Kalau aku bisa menebak. Aku tidak akan bertanya."

"Hmm, tidak menyenangkan."

"Kau yang tidak menyenangkan."

Kami kembali berjalan. Kali ini tidak ada yang bersuara, ini lebih baik. Tapi hanya berjalan sebentar, kami sudah sampai. Aku melihat sebuah tempat yang dikelilingi dengan bebatuan rapat. Dia memberikan jalan bagiku untuk masuk ke bebatuan itu.

"Masuklah, di dalam tidak akan ada yang melihatmu."

Aku masuk ke dalam dan mulai menatap kain gaunku. Aku menatap keluar. "Kau tidak mengintip, kan?"

"Aku tidak mengintip anak kecil."

"Sialan!"

Dia terkekeh dengan geli.

Aku membuka gaunku kemudian. melepaskannya dengan agak sulit. Apalagi dengan tali di bagian depannya yang ternyata adalah jalinan rumit yang menyebalkan.

Setelah berhasil melepaskannya, aku melepaskan korset itu kemudian. Aku bisa bernapas dengan lega dan aku membuang benda itu dengan napas yang lebih baik.

Kembali kupakai gaunku dan mengikat tali rumitnya. Aku melakukannya dengan pelan dan kuat. Agar talinya tidak lepas.

Setelahnya, aku keluar dari batu itu, meningalkan korsetku di tempat tersebut.

Begitu keluar, pria itu sudah berdiri di depanku. Dia menatap wajahku cukup lama kemudian menatap ke arah dadaku. Dia menatap dengan tidak terbaca.

Mencuri Selir KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang