17) Hadiah

5.2K 283 1
                                    

Jangan lupa vote dan komen!

Kalian baca ini pagi, siang atau malem?

Spam dengan komentar kalian di setiap paragraf ya

Biar makin semangat:)

***

Jatuh cinta itu akan indah jika Allah yang jadi landasan utama.

Alzena Nisaka Maryam

***

Azizan lekas mematikan telepon itu. Ia buru-buru menghubungi Alzena.
Teleponnya tidak diangkat. Azizan segera melepas jasnya dan langsung berlari ke parkiran.

Dengan kecepatan di atas rata-rata Azizan melajukan mobil menuju rumahnya.

Di ambang pintu Azizan menghela nafas lega saat melihat Alzena baik-baik saja.

"Tumben jam segini udah pulang?" tanya Alzena mengerutkan dahi.

Azizan memeluk Alzena menumpahkan rasa khawatirnya.

Alhamdulillah, dia baik-baik aja.

"Kamu kenapa?" Bertanya Alzena tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Kamu yang kenapa aku telepon enggak diangkat-angkat hmm?" ujar Azizan begitu khawatir.

"Hp aku lowbat," jawab Alzena seraya menggigit bibir bawahnya.

Mendengar jawaban Alzena ia merasa gemas sendiri dengan tingkah istrinya.

"I feel blue," ungkap Azizan mulai bergelantung manja.

*Native English : aku merasa sedih.

"Why?" tanya Alzena seolah ada yang ganjil.

"Ada yang ngancam aku dia nyuruh aku pilih ceraiin kamu atau dia bunuh kamu," terang Azizan was-was.

Sorot mata Alzena terlihat biasa saja. Di sana ibarat tidak ketakutan sama sekali.

"Mungkin dia bercanda," balas Alzena dengan wajah yang datar.

"Nyawa enggak bisa dijadiin bercandaan, Ya Zaujati," tutur Azizan mengembungkan pipi yang tirus itu.

"Aku bakal lindungin kamu apapun itu bahkan sampai nyawa aku yang jadi taruhannya aku rela. Ana uhibukki Fillah," ungkap Azizan itu perasannya yang tidak bisa disembunyikan.

"Makasih banyak udah hadir di hidup aku," balas Alzena terlampau bersyukur.

Azizan berujar, "Makasih juga."

"Rencana pertama berhasil."

Dia berdiri di tepi trotoar, melihat ke arah jauh. Udara malam yang dingin membeku di sekitarnya, namun ia tampak tidak peduli akan itu. Mata bulatnya melihat ke depan, dan bibirnya bergumam sendiri tanpa ada seorang pun yang memantau.

***

Ketika Ekram yang galak pada santriwati tetapi menjadi ramah untuk para santri.

"Sobahul khair semuanya yuk sarapan dulu!" ajak Ekram.

*Sobahul khair artinya selamat pagi.

"Sobahunur, Tadz. tafadhol!"

"Sobahunur, Ustadz."

KEPASTIAN DENGAN GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang