67) Mendung

841 54 2
                                    

Pada suatu malam berbulan purnama, Rezki duduk di ruang gelapnya, berbalut bayangan-bayangan yang bermain-main di dinding. Dia memikirkan Alzena dengan tatapan penuh obsesi, lalu mengepalkan tangannya. "Alzena, lo harus jadi milik gue."

Sementara itu Elisa, berdiri di tepi jalan yang menghadap ke rumah Azizan dan Alzena. Dia menatap rumah itu dengan tatapan kosong, memikirkan berbagai skenario untuk mendapatkan Azizan.

Azizan, kamu harus lihat aku.

Pada hari berikutnya. Azizan duduk di sofa. Tiba-tiba, Alzena duduk di sebelahnya, tersenyum manis. "Aku kangen kamu tau. Udah selesai belum jadwal kerjanya? Ada jadwal operasi lagi enggak?"

"Aku juga. Enggak ada, ayok pulang!" ucap Azizan menarik tangan Alzena.

Namun, saat Azizan kembali ke alam bawah sadarnya, dia tersadar bahwa Alzena sebenarnya tidak ada di sampingnya. Dia hanya memeluk bantal kosong yang ada di ruangannya di rumah sakit. Azizan terkejut dan memandang sekeliling dengan wajah yang penuh kebingungan.

Saat Azizan mencuci muka tanpa disangka hidungnya berdarah.

***

Ketika menuju arah ke rumah. Tanpa sengaja Fira melirik sepasang manusia dengan bayi di gendongan lelaki itu melalui kaca mobil yang terbuka di sampingnya.

"Mendung ya di sini, istri aku juga suasana hatinya lagi mendung, Allah emang belum izinin kita kayak mereka? Enggak apa-apa nikmat Allah enggak bisa kita hitung di setiap kita sedih," ujar Hikam berusaha menenangkan hati istrinya.

Dengan penuh penyesalan Fira berkata, "Maaf belum bisa kasih kamu anak."

"Kamu enggak perlu minta maaf, kita masih punya waktu. Kita hanya butuh bersabar dan percaya kalau Allah beri yang terbaik buat kita," jelas Hikam dengan tulus.

Fira menatap suaminya. Meski ingin segera punya anak, namun kehadiran Hikam sudah cukup membuat hatinya bahagia.

"Makasih ya, perasaan aku lebih tenang sama keberadaan kamu," ucap Fira sambil membelai tangan Hikam.

Hikam tersenyum dan menggenggam erat tangan istrinya. Mereka terus melajukan mobil menuju rumah, sambil mengobrol mengenai rencana pindah rumah yang sudah mereka persiapkan.

Dalam hatinya, Hikam berjanji untuk menemani Fira dan berusaha menjadi suami yang terbaik. Dia percaya kalau mereka akan memiliki buah hati suatu saat nanti, dan akan menjadi keluarga yang bahagia seperti yang mereka impikan.

"Padahal kita udah sama-sama normal, enggak ada masalah waktu cek di dokter kandungan juga, udah 10 tahun kita nikah," ucap Fira gelisah.

"Enggak apa-apa, Sayang. Kalau doa kita belum dikabulin Allah nyuruh kita buat sabar sama sholat, ingat kisah nabi Zakaria beliau sama istrinya aja punya anak di usia yang udah cukup tua padahal dokter bilang enggak mungkin, itu semua kuasa Allah, semua rencana Allah itu pasti paling indah, lahirlah seorang nabi yang bernama Yahya. Terus kalau misalnya ada doa kita yang udah dikabulin kita juga diuji bisa enggak kalau kita enggak sombong? Soalnya itu semua karena Allah bukan karena kita sendiri semua di dunia ini sama-sama diuji," ucap Hikam mengingatkan dirinya sendiri sekaligus istrinya.

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah ayat 153).

***

Alzam duduk di kamarnya dan berbicara dengan Google nest mininya. Ruangan di kamar Alzam kedap suara tidak terdengar sampai luar.

KEPASTIAN DENGAN GUSDär berättelser lever. Upptäck nu