36) Mulai Membaik

1.5K 80 6
                                    

"Kamu pasti bisa melakukan ini." Jika senior lain meragukan kemampuannya berbeda dengan Azizan dia mendukung Finn dengan tekad yang kuat. Mereka semua sudah memakai seragam scrub.

"Bisa insyaAllah. Pada semester terakhir di kelas keterampilan klinis ini pernah dibahas," balas Finn penuh percaya diri.

"Jika melakukan gerakan yang salah, maka nyawanya akan terancam," terang Azizan dengan pandangan yang serius.

"Pasang kompresnya, Jamal," pinta Azizan suaranya memenuhi ruangan.

"Ya." Jamal tetap membantu walaupun enggan.

"Mari mulai," kata Finn tampak tak sabar.

"Tolong bawakan probe," titah Azizan sorot matanya berusaha fokus.

*Probe adalah perangkat atau alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran, pengamatan, atau pengambilan sampel dalam berbagai bidang, termasuk kedokteran, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

"Kawat," ujar Azizan masih memimpin.

Azizan mengambilnya dari Finn. "Pisau."

"Pinset." Lalu Azizan membuka sebelah tangannya.

"Dilator," kata Azizan diikuti nada rendah.

*Dilator adalah alat atau benda yang digunakan untuk melebarkan atau memperluas suatu saluran atau pembuluh tubuh.

"Kawat 12 cm."

"Kawat 24 cm."

"Tutup."

"Selang."

"Ambil kawatnya."

"Ikat."

"Potong."

"Putar sekarang." Akhirnya Azizan menghela nafas lega saat melihat darah mengalir.

Kemudian Azizan tersenyum berharap pasien bisa bertahan sampai akhir.

Setelah beberapa lama Azizan telah mengganti pakaiannya segerombolan anggota geng motor hadir di sana. Mereka menyambut Azizan. Kemudia ia menemui pasiennya yang sudah sadarkan diri.

"Terimakasih Dokter telah menyelamatkan ketua kami," ucapnya merasa lega.

"Makasih udah nyelamatin nyawa saya. Dokter, mau apa? Bakal saya turuti."

"Tidak perlu, Kevan. Saya hanya perantara Allah yang menyelamatkan."

"Enggak nerima penolakan, Dokter."

Azizan tampak menimang-nimang pikirannya. Untuk hal materi Azizan merasa cukup. " Ya sudah. Sebenarnya saya tidak butuh imbalan tapi jika berkenan saya ingin kalian ikut majelis ilmu ya, kita belajar bareng!"

"Majelis ilmu itu apa?" Seseorang bertanya ingin tahu lebih lanjut.

"Khusus untuk muslim dan muslimah membahas ilmu agama lebih dalam," timpal Azizan dengan senyuman.

"Baiklah, kami mau," putus Kevan tanpa berpikir panjang.

***

Meskipun Azizan merasa bersalah dan terus meminta maaf, Alzena tampak masih berusaha memproses informasi yang baru saja diterimanya.

Beberapa hari kemudian, Alzena masih belum memberikan kepastian apapun pada Azizan mengenai keputusannya. Hubungan mereka seakan berada di ujung tanduk dan Azizan merasa semakin takut kehilangan Alzena.

KEPASTIAN DENGAN GUSWhere stories live. Discover now