Bab 2

420 53 14
                                    

"Bagaimana kerjanya hari ini?"

Ian bertanya setelah menaruh segelas kopi yang baru diminumnya.

"Ya begitulah, Mas. Tidak ada yang istimewa, tidak ada masalah juga."

"Syukurlah. Setelah ini langsung ke alun-alun apa mau mampir ke suatu tempat lagi?"

Vi terlihat menimang sejenak. Tak ada tempat lain yang ingin ia tuju.

"Tidak, Mas. Langsung ke alun-alun saja. Lagi pula keburu malam."

Ian mengangguk sebagai balasan.

Seperti yang di rencanakan, keduanya sepakat untuk menghabiskan malam di alun-alun kota. Tapi karena keduanya belum makan malam, jadilah mampir ke cafe sebentar untuk makan.

Kalau diingat-ingat. Mereka jarang sekali menghabiskan waktu berdua seperti sekarang. Kesibukan Ian di tempat kerjanya membuatnya sering pulang malam. Memang sebuah resiko saat bekerja di sebuah perusahaan dengan target besar sebagai acuan, lembur sudah menjadi hal lumrah dan mungkin bisa disebut keharusan.

"Oh iya, kalau misal aku ditawari kerja dengan gaji besar tapi jarang pulang bagaimana? Mungkin seminggu sekali atau dua kali bisa pulang. Bagaimana menurutmu?"

Vi menghentikan kegiatan makannya. Menatap wajah sang tunangan seraya menimang. Kalau boleh jujur, dirinya bukan tipe perempuan yang bisa jauh dari pasangan. Ia selalu haus perhatian dan bisa dikatakan tipe yang suka bergantung dengan pasangan. Apakah dia siap jika berjauhan? Tapi jika melarang, nanti dikira tidak support karier pasangan. Aduh, dia bingung jadinya harus memberi jawaban bagaimana.

"Sebenarnya itu kesempatan bagus sih," Menjeda sejenak. Ia kembali menyendok makanannya untuk mengalihkan pandang. "Tapi kalau bisa cari kerja yang dekat-dekat saja. Kita sebentar lagi akan menikah, banyak hal yang harus disiapkan. Akan merepotkan kalau berjauhan. Mungkin lain kesempatan bisa dipertimbangkan."

Diam-diam Ian menahan senyuman. Jika melihat cara bicara dan ekspresinya, ia sangat paham apa maksud kekasihnya ini.

"Kamu tidak bisa jauh dariku kan? Takut rindu kalau jauh-jauh dariku? Aku tahu kok."

Nada bicaranya terdengar menyebalkan. Pipi Vi jadi memerah karena ketangkap basah. Sepertinya memang dia tidak bisa menutupi apapun dari kekasihnya. Ia sungguh paham dengan tabiat dan karakternya.

"Ih enggak kok. Sok tau! Siapa juga yang rindu? Aku gak masalah kok kalau harus berjauhan. Namanya juga pekerjaan kan?"

"Benar nih? Ya sudah aku akan mengiyakan tawarannya." Ian sengaja membuka lockscreen handpone dan bersikap seolah ingin menghubungi seseorang.

"Gak harus sekarang! Aku tadi bilangnya kan bisa lain waktu." Vi reflek merebut handpone Ian dan menyimpannya.

Ian yang melihat itu tidak dapat menahan tawanya. Ia mencubit hidung bangir Vi gemas.

"Aku hanya bercanda, Sayang. Lagi pula aku juga tidak bisa lama-lama berjauhan darimu."

Vi tersenyum lega mendengarnya.

"Masa baru nikah mau berjauhan? Tentu aku tidak mau. Aku sudah menantikan lama untuk bisa bersama denganmu, tidak mungkin aku mementingkan materi dan meninggalkanmu sendiri. Nanti kalau kamu dicuri, gimana?"

"Memangnya aku barang? Pakai dicuri segala. Bener tapi ya, kamu menolak tawaran itu?"

"Iya, Sayang. Aku sudah menolaknya kok."

"Syukurlah."

Keduanya pun tertawa.

Setelah menyelesaikan makan, keduanya melanjutkan jalan-jalan ke alun-alun kota. Memang di sana tidak seramai saat hari libur. Tapi justru suasana yang tidak terlalu ramai ini yang disukai. Vi bisa menikmati suasana malam alun-alun kota tanpa lalu lalang orang di sekitarnya.

"Mau es krim apa jagung bakar?" Tawar Ian saat melihat banyak penjual di sisi jalan.

"Dua-duanya boleh." Jawabnya diiringi cengiran khas.

"Memang kamu gak kenyang?"

"Tadi cuma sedikit, Mas. Nasinya saja tidak lebih besar dari kepalan tanganmu. Mana bisa kenyang?"

"Baiklah, apapun untuk kekasih manisku ini. Silakan beli apapun yang kamu mau, Tuan Putri."

"Terima kasih, Pangeranku." Tertawa seraya bergidik geli.

"Alay sekali sih!" Ucapnya merutuki diri.

Setelahnya bersama mendatangi beberapa stan makanan untuk membeli beberapa cemilan dan minuman. Setelah dirasa cukup, keduanya memilih tempat nyaman untuk menikmati kudapan seraya bercengkrama.

Terkadang tidak memerlukan kemewahan untuk mendapat kebahagiaan.

***

Acara date semalam sedikit banyak menaikkan mood Vi untuk bekerja. Perasaan bahagia masih terasa seperti ribuan bunga yang tengah bermekaran di hatinya. Entah dirasa atau tidak, karakter Vi yang biasanya tegas dan terkesan garang kini terlihat sedikit melembut. Anak-anak didiknya jadi ikut senang dan tak sungkan menyapa saat berpapasan.

"Kelihatan happy sekali?" Tanya Bu Jasmin saat memperhatikan raut wajah Vi. 

"Apa sejelas itu?" Bu Jasmin mengangguk.

"Pasti habis date. Aku bener kan?"

Vi tersenyum malu-malu sebagai jawaban.

"Kamu tahu kan, Bu. Aku jarang sekali menghabiskan waktu dengan tunanganku. Bisa seminggu sekali saja bertemu aku sudah senang."

"Iya sih. Aku juga gitu. Jarang sekali bertemu. Memang selalu ada konsekuensi sih dalam sebuah pekerjaan. Harus saling menerima."

"Iya, kamu benar."

Vi dan Jasmin cukup akrab. Selisih usia yang tidak terpaut jauh membuat mereka sefrekuensi. Tak jarang saling curhat tentang kehidupan pribadi maupun pekerjaan. Karakter Jasmin yang periang dan mudah berbaur membuat Vi merasa nyaman.

"Oh iya, besok ada rapat wali kelas. Pasti akan berlangsung lama. Malas sekali rasanya." Keluh Jasmin saat ingat jadwal rapat yang tadi sempat bu Lisa sampaikan.

Rapat wali kelas adalah rapat koordinasi antara fungsional dan wali kelas. Biasanya membahas tentang permasalahan siswa dan program-program baru yang pihak sekolah adakan. Biasanya memang sedikit lama, apalagi jika ada permasalahan siswa yang lumayan berat, pasti akan memakan waktu yang semakin lama.

"Iya sih. Pasti lama pembahasannya. Tapi tidak apa-apa. Asal dapat konsumsi, lama pun tak masalah."

"Dasar si doyan makan!"

Keduanya pun tertawa.

"Permisi, Bu Vidia. Anda dipanggil bapak kepala sekolah. Ada hal penting yang akan dibahas katanya."

Vi dan Jasmin saling pandang. Jarang sekali pak kepala sekolah memanggilnya. Apakah ia membuat kesalahan?

"Ya, saya akan ke sana."

Merapikan buku-bukunya dan beranjak keluar. Semoga saja bukan karena kesalahan, tapi karena apa ya?

Bersambung...

Jangan lupa kasih vote dan komennya ya? 😊

VIDIA [KV GS]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora