Bab 14

182 40 16
                                    

"Kenapa mau mencabut laporannya? Kamu sebagai bapak seharusnya lebih tegas. Anakmu menjadi korban di sini. Saya tidak setuju, pokoknya kasus ini harus dilanjutkan!"

Seorang pria berseragam polisi terlihat memarahi bapak Via. Vidia tidak tahu dia siapa. Apakah saudara? Polisi itu tidak pernah terlihat sebelumnya.

"Kamu tenang saja. Aku akan membelamu. Aku ini om kamu. Aku tidak rela kalau keponakanku dilecehkan seperti ini. Kalau bapakmu maksa ingin mencabut laporan ini, bilang padaku." Ucap pria itu seraya mengelus punggung Via yang tengah nangis sesenggukan di sana.

"Anakmu ini trauma! Tidak kasihan ta sama anaknya?"

Raut wajah bapak Via terlihat bingung sekaligus putus asa. Dia sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa.

"Pokok kasus ini harus tetap lanjut. Saya tidak mau tahu!"

Setelah berucap begitu, ia pun berlalu. Vidia bersama ketiga muridnya pun mendekat.

"Maafkan saya, Bu. Sebenarnya saya sudah ikhlas, tidak lagi marah atau pun dendam. Saya juga bersedia mencabut laporan. Tapi ibu tahu kan barusan? Saya tidak bisa berbuat apa-apa."

Vidia hanya bisa mengangguk. Sedikit kecewa sebenarnya. Bagaimana bisa orang yang tidak tahu tentang kasus ini dari awal tiba-tiba ikut campur dan bahkan mengambil keputusan seenak jidatnya.

"Bagaimana Via?" Tanya Della.

"Dani ada di dalam. Aku tidak sanggup melihatnya." Ucap Via seraya mengusap air matanya.

"Sabar ya?"

"Iya."

Vidia duduk memerhatikan interaksi murid-muridnya. Sekarang di luar hanya ada mereka, bapak Via kembali dipanggil ke ruangan penyidikan.

"Eh, ada film baru yang seru lho!" Ucap Cindy.

"Iya ta? Kamu udah download filmnya?" Tanya Nabila.

"Udah dong!"

"Eh minggu depan jalan-jalan yuk!" Ajak Via. Raut wajahnya berubah 180 derajat dari sebelumnya. Tak ada lagi raut kesedihan di sana.

"Ayo!" Sahut Nabila semangat.

"Memang mau kemana?" Tanya Della.

"Kemana saja wes. Aku bosan di rumah." Ucap Via.

"Kamu kok bisa mikir mau jalan-jalan? Kasus ini belum selesai lho. Lagi pula katanya kamu trauma?"

Vidia yang kurang senang dengan percakapan mereka pun akhirnya bertanya dengan nada sarkas. Malas sekali sebenarnya melihat tingkah Via yang terlihat pura-pura.

"Saya trauma, Bu. Saya gak mau pacaran lagi." Ucapnya.

"Beneran ya? Kalau kamu sampai ketahuan punya pacar lagi, saya tidak segan untuk mengeluarkan kamu dari sekolah."

"Iya, Bu. Saya masih trauma kok untuk menjalin hubungan lagi."

Vidia hanya mengangguk saja menanggapi. Dalam hati ia sama sekali tidak mempercayai anak ini.

"Bu, Anda dan anak-anak di suruh masuk untuk mengisi BAP."

Bapak Via keluar dan menyampaikan pesan kepada mereka. Vidia pun beranjak masuk diikuti murid-muridnya.

"Selamat siang, Pak." Sapa Vidia setelah memasuki ruang penyelidikan. Di ruang sebelah sudah ada Dani yang memandang Via dengan raut kesedihan.

"Apa kamu tidak masalah jika melihat Dani?" Tanya pak polisi kepada Via.

"Tidak, Pak. Saya hanya malas melihatnya."

Pak polisi hanya tersenyum, setelahnya memberikan kertas kepada mereka.

VIDIA [KV GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang