Bab 5

264 41 10
                                    

4 tahun yang lalu...

Acara diklat BEM saat itu dilakukan di Guci Alit Lumajang. Tempat itu merupakan daerah perkebunan teh yang ada di dataran tinggi Lumajang. Hawanya yang dingin serta pemandangan asri menjadi daya tarik tersendiri. Desain rumah khas perkebunan dengan berbagai macam bunga menghias di depan setiap rumah. Kami mendirikan tenda di tempat yang lumayan luas di sisi penginapan. Tidak, kita tidak menyewa penginapan tersebut, hanya meminta izin untuk melakukan kegiatan camping di dekat penginapan saja. Daerah taman di sekelilingnya lumayan luas hingga bisa memuat 3 tenda. 1 tenda besar untuk peserta dan 2 tenda sedang untuk panitia.

"Para demisioner dan senior datang. Siapkan kopi dan cemilannya ya?"

Vi dengan sigap menuju ke bagian konsumsi untuk menyiapkan minuman dan cemilan.

"Lumayan banyak ya, Kak?" Tanya salah satu adik tingkatnya.

"Iya nih. Banyakan dari fakultas hukum dan teknik tuh."

Vi memang mengenal beberapa senior dan demisioner yang sering datang di setiap agenda.

"Ada anak pertanian juga deh kayaknya."

Vi menyipitkan mata dan mulai memperhatikan segerombolan tamu yang sedang berbincang tak jauh dari tempatnya.

"Iya, ada kak Bobi juga ternyata." Vi mengenal salah satu mantan ketua dari fakultas pertanian, namanya kak Bobi. Selain tegas, dia juga kritis dan aktif di setiap kegiatan. Tak heran jika dia terkenal di kalangan mahasiswa.

"Kak, minuman dan snacknya sudah siap." Ucap Nanda, salah satu adik tingkatnya.

"Ya sudah, ayo aku bantu bawakan." Nanda dan Vidia pun mengantarkan kopi itu beserta cemilannya.

Setelah selesai, Vi mulai bergabung dengan teman-temannya yang lain. Saat ini agendanya adalah pengenalan struktur organisasi. Para junior dengan tenang mendengarkan materi tersebut, terkadang juga mencatatnya.

"Dek?"
Vi menoleh. Ia memperhatikan laki-laki yang baru saja menepuk pundaknya. Ia belum pernah melihat laki-laki itu sebelumnya. Tapi Vi tahu jika ia datang bersama dengan para demisioner dan seniornya tadi. Mungkin ia salah satu dari mereka.

"Temanku baru saja tiba. Tolong buatkan kopi juga ya? Dua."

Vi menghela napas kasar. Baru saja ia ingin duduk tenang, tapi ada aja tugas yang datang. Ia pun beranjak menuju ke bagian konsumsi.

"Enak ya jadi senior, main nyuruh-nyuruh saja." Gerutunya.

"Kenapa, Kak?" Kenzi bertanya.

"Disuruh buat kopi lagi tuh, dua." Ucapnya. Kenzi pun mengangguk dan menyampaikan ke teman-temannya yang bertugas di dapur. Bukan dapur yang ada dalam ruang, tapi dapur yang kita buat sendiri dengan peralatan seadanya. Coba bayangkan bagaimana repotnya jika harus berkali-kali menghidupkan api di tungku. Ia kalau kompor bisa langsung menghidupkan dengan mudah, tapi ini?

"Kak, apinya tidak nyala-nyala." Keluh salah satu juniornya.

"Coba minggir." Vidia pun mulai menata kembali kayu-kayu dan mencoba menghidupkan apinya. Dua kali percobaan dengan usaha yang dimaksimalkan, akhirnya api itu hidup lagi. Vi tersenyum lega.

"Terima kasih, Kak."

"Iya, sama-sama. Kalau sudah siap, langsung antarkan saja ya?"

"Iya, Kak."

Vi kembali lagi ke tempat acara. Berniat untuk istirahat seraya mendengarkan materi yang disampaikan. Namun belum saja duduk, laki-laki tadi kembali menghampirinya.

VIDIA [KV GS]Where stories live. Discover now