THE BLOCKADE (TERBIT)

PART 1

Revisi setelah end

Satu bulan kemudian

Pemuda berseragam SMA Cendekia Permata itu, masuk melewati pintu gerbang. Menyapa ringan satpam yang berjaga di sana, dan melanjutkan langkahnya menuju kelas. Sudah sebulan lamanya ia tidak menginjakkan kaki di sekolah ini, karena terbaring koma di rumah sakit. Baru tiga hari yang lalu ia keluar dari sana. Dan hari ini tepatnya, ia memutuskan untuk kembali ke sekolah. Nama pemuda satu ini, Jose. Jose Raul Capablanca. Agak susah untuk sebutan nama Indonesia. Tapi orang tuanya punya alasan menamainya seperti itu. Ayahnya yang sangat menyukai dunia catur, sehingga mengambil nama pemain legenda catur sebagai nama anaknya. Berharap anaknya kelak bisa mengikuti jejak sang legenda, yang pernah juara dunia secara berturut-turut sejak 1921 hingga 1927.

Dan itu benar adanya. Jose di usianya yang sekarang, sudah berhasil mengumpulkan banyak medali dan penghargaan dari cabang olahraga catur. Ayahnya cukup bangga. Pertandingan terakhirnya adalah sebulan yang lalu. Setelah berhasil pulang dengan membawa medali emas, Jose justru kecelakaan. Menjadi korban tabrak lari seseorang yang tidak bertanggung jawab saat malam, ketika ia melintasi jalan. 

Jose tiba di dalam kelas. Kelas XI IPA 1. Kelas yang penuh dengan aura persaingan. Di dalam kelas ini para siswa sedang sibuk dengan buku dan catatan masing-masing. Pengecualian Sam dan dua temannya. Mereka sedang mengganggu Martin, siswa berkacamata, untuk meminta contekan PR. Melihat Jose yang berdiri di depan pintu dan memperhatikan mereka, Sam menghentikan aktifitasnya. Lantas kembali ke tempat duduknya. Begitu juga kedua temannya. Jose bukanlah siswa sangar yang suka memukuli teman-temanya, sehingga membuat nyali Sam si berandal sekolah ciut. Tetapi tatapan jose yang dingin, juga sikapnya yang penuh prinsip dan tidak banyak basa-basi, membuat pria berambut tebal dan sedikit gondrong yang dipotong acak-acakan ini sangat disegani. Wajar saja jika ia yang terpilih menjadi ketua kelas. Meskipun penampilannya sedikit berbanding terbalik dengan sikap dan kualitas otaknya.

“Hai, Jose. Wah, ketua kelas kita udah kembali nih.” Seorang siswi menyambut. Para siswa yang lain juga terlihat senang dengan kembalinya Jose. Pengecualian Sam. Hadirnya Jose membuatnya tidak leluasa menindas siswa yang lain.

“Ayang aku udah sembuh ternyata. Makin ganteng aja deh.” Bricia langsung mendekati Jose  yang sekarang sudah duduk di tempat duduknya. “Nih buat kamu, sebagai hadiah ucapan selamat datang.” Sebungkus cokelat diletakan Bricia di atas meja.

“Thanks,” jawab Jose datar. Kemudian mengeluarkan bukunya dari dalam tas.

Melihat respons Jose yang tidak peduli dengan kehadirannya, Bricia kembali ke tempat duduknya. Tidak ada rasa kecewa sama sekali. Perihal Jose, hatinya sudah sangat bebal. Padahal Bricia sendiri adalah idaman para lelaki seantero sekolahnya. Selain pintar dan cantik, dia juga merupakan putri tunggal dari salah satu donator terbesar di sekolah ini. Dengan pria lain Bricia terkenal judes bahkan ada yang mengatainya sombong. Namun di hadapan Jose, gadis ini luluh, seperti anak kucing yang ingin selalu dimanja.

Feren dari tempat duduknya hanya memperhatikan aktifitas lebay Bricia itu. Sangat tidak tahu malu dan tidak bermartabat sebagai seorang wanita. Padahal jelas-jelas Jose menolak dan memberikan respons tidak suka. Tapi tetap saja memaksakan. “Dia kira dengan dia kaya raya, dia bisa mendapakan semuanya.” Feren geleng-geleng kepala.

Sementara Jose, sama sekali tidak bisa konsentrasi dengan buku di hadapannya. Perhatiannya selalu tertuju ke kursi kosong yang ada di depan kelas. Ya, itu kursi Aime. Gadis yang sejak mereka kelas satu, ia menaruh hati padanya. Namun kini semua itu telah sirna. Aime telah pergi untuk selamanya. Dan itu sebelum ia tahu bagaimana perasaan Jose. Jose sangat menyesali, di hari pemakaman Aime, dia justru tidak bisa hadir. Bahkan dia sama sekali tidak tahu karena sedang koma. Jose benar-benar sangat menyesali itu. Tidak lama guru mata pelajaran pertama muncul dari balik pintu. Kelas pun dimulai.