PART 6

16.2K 1.7K 1.2K
                                    

Revisi setelah end

"Bricia, menurut kamu, Aime beneran bunuh diri?" celetuk Jose yang tiba-tiba. Memotong cerita Bricia soal kenapa papinya bisa kerja di Amerika. Dan hanya pulang ke Indonesia setiap tiga bulan sekali.

Mendengar nama Aime disebut, mood Bricia berubah. Selera makannya mendadak hilang. Bola matanya berputar malas dan menjawab pertanyaan Jose. "Menurutku sih begitu. Polisi pasti lebih paham. Jadi kita serahkan aja ke ahlinya."

"Hmm, gitu ya." Jose angguk-angguk. Pandangannya ia alihkan ke jalanan di seberang.

Adapun Bricia tidak mau lagi melanjutkan ceritanya. Keduanya lantas diam sambil menikmati menu di hadapan mereka masing-masing yang sebentar lagi tandas.

***

"Mba!" Bricia memanggil pelayan. Tidak lama pelayan berseragam hitam dengan campuran putih itu datang mendekat ke meja Bricia juga Jose. "Struknya, Mba."

Pelayan tadi mengeluarkan catatan. Menuliskan sesuatu kemudian memberikannya kepada Bricia. "Totalnya dua ratus tiga puluh lima ribu, ya," jawabnya santun sesuai dengan SOP.

"Bayar pakai kartu kredit bisa 'kan, Mba?"

"Bisa dong." Si pelayan tersenyum ramah.

Bricia kemudian merogoh tasnya yang ia letakkan di kursi sebelah. Beberapa kali ia ulangi. Tidak lama raut wajahnya berubah. "Lah, dompetku mana?" Sekarang tas tadi ia pindahkan ke atas meja untuk melihat lebih jelas ke dalam tas. Dicek lagi untuk kedua kalinya. Tidak ada, Bricia terlihat panik.

"Gak apa-apa. Biar aku aja yang bayar," ucap jose dari tempat duduknya yang hendak mengeluarkan dompet dari saku celananya. Uang dari hadiah juara saat turnamen waktu itu masih ada sisa. Meskipun sebagian besarnya sudah ia berikan kepada ibunya yang katanya mau membuka usaha warung kecil di depan rumah mereka.

"Gak, gak. Ada kok dompet aku." Bricia mencoba sekali lagi. Kali ini ia tumpahkan semua isi tasnya ke atas meja. Sehingga terhamburlah. Ada beberapa buku sekolah, alat-alat make up, parfum, cermin, lipstik, tisu dan beberapa benda kecil lainnya. Yang paling jelas kelihatan ada sebuah pin berbentuk potongan hati, warnanya merah. Meskipun sudah dibongkar, dompet itu tetap tidak terlihat. Jika ada, pasti dompet itu akan terlihat dengan jelas apalagi sudah dihambur seperti itu.

Di tengah kepanikan, tiba-tiba datang supir Bricia. "Maaf lancag, nyonya muda. Saya ke sini mau mengantarkan ini. Tadi ketinggalan di mobil." Si supir menyerahkan dompet merah maroon itu kepada Bricia.

"Haa, untung saja." Bricia bernapas lega. Si pelayan juga ikut tersenyum. Bricia pun kemudian melanjutkan transaksinya. Membayar semua menu yang mereka santap tadi.

***

Jose mengikat sepatunya. Baru saja dia menunaikan salat asar. Itu juga alasan kuatnya untuk meloloskan diri dari Bricia. Setelah dari restoran tadi sebenarnya Bricia menawarkan tumpangan untuk pulang bersama. Namun Jose menolak dengan dalih sebentar lagi salat asar dan dia hendak menunaikannya di masjid sekitar situ saja. Memang saat itu beretepatan dengan suara kumandang azan. Mau tidak mau, Bricia mengiyakan. Ia pun pulang bersama supirnya.

Jose berjalan keluar dari pekarangan masjid. Kemudian melewati ruko-ruko yang berjejer di sepanjang jalan. Siang menjelang sore kali ini cuaca sedikit mendung, jadi Jose bisa menikmati jalan kakinya. Rumahnya tidak jauh di sekitar sini. kebetulan rumah Jose memang lumayan dekat dari SMA Cendekia Permata. Sehingga dia tidak begitu membutuhkan kendaraan. Orang tuanya juga tidak mampu untuk membelikan motor saat ini. Untung selama sekolah, Jose selalu mendapatkan beasiswa dan itu lumayan membantu keuangan keluarga.

Tidak lama, Jose memperhatikan dari jauh. Perempuan paruh baya di ujung gang sana sepertinya ia kenali. Ibu-ibu berpakaian modis itu tengah berbicara dengan seorang pria muda berjaket kulit. Rambutnya sedikit gondrong. Dengan badan kekar yang membuatnya makin terlihat sangar. Ada juga tato pada beberapa bagian tubuhnya. Mereka berbicara di samping mobil yang terparkir. Jose juga melihat sepertinya mereka sedang melakukan transaksi, sebuah amplop cokelat diberikan ibu itu yang ditukar dengan sebuah stop map.

THE BLOCKADE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang