PART 21

9.9K 1K 1.3K
                                    

Hallo ....
Gimana kabar kalian?
Semoga baik-baik aja ya.

Gimana? Masih semangat kan buat ngikutin alur cerita ini?

Mohon dukungannya buat vote dan comment sebanyak-banyaknya ya. Harapan author agar cerita ini semakin banyak jumlah pembacanya. Jadi, mohon kerja sama teman-teman pembaca semua. Ajakin yang lain buat baca cerita ini juga.🤗

Target 1K comment untuk part ini dan 75Rb reads secara keseluruhan, baru kita lanjut part berikutnya.🥳🥳

Rajin comment. Biar authornya semangat.😁

Yuk kita baca ceritanya.👇

***

(Revisi setelah end)

“Kalian tahu apa itu metabolisme? Apa fungsinya? Dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan tubuh kita?” tanya wanita muda berkacamata di depan kelas.

Dari tempat duduknya, Bricia memperhatikan dengan saksama. Saat ini ia sedang mengikuti bimbel biologi. Sebagai tambahan pemahaman dari apa yang sudah ia dapatkan di sekolah. Selain ambisinya yang tinggi, Bu Reni, ibunya juga sangat menekankan agar Bricia bisa jadi yang terbaik di kelasnya. Karena itu, Bu Reni tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang untuk membayar beberapa kelas bimbel juga les privat untuk diikuti Bricia di luar jam sekolah.

Wanita yang biasa disapa siswanya dengan panggilan Madam Ika itu melanjutkan penjelasannya. “Metabolisme adalah sebuah proses ketika tubuh kita mengubah makanan juga minuman yang kita konsumsi menjadi sebuah energi. Tubuh kita sangat butuh terhadap energi, agar bisa beraktifitas sebagaimana mestinya. Seperti bergerak, berpikir dan bertumbuh. Bahkan saat sedang istirahat pun, tubuh kita masih tetap membutuhkan energi untuk bernapas, mengedarkan darah, memperbaiki sel, dan yang lainnya.”

Kurang lebih satu setengah jam pelajaran berlangsung. Sekarang saatnya Bricia untuk pulang. Setelah memasukkan buku-bukunya, ia meninggalkan kelas dan langsung ke lantai bawah. Di sana tengah menunggu supirnya. Bricia benar-benar mempersiapkan segalanya, tiga hari lagi ujian akan dilaksanakan. Ia tidak mau tersaingi. Satu-satunya yang ia izinkan bisa menyainginya hanya Jose. Selain Jose, tidak ada. Ia akan melakukan segala cara agar bisa mendapatkan posisi yang ia inginkan.

***

Mobil marcedes hitam berhenti di depan rumah bak istana itu. Kediaman keluarga Fernandes benar-benar sangat megah. Dua orang pelayan seperti biasa datang menyambut Nyonya Muda Bricia. “Selamat malam, Nyonya Muda.” Seorang pelayan langsung mengambil tas Bricia. Pelayan yang lain membukakan pintu. Bricia masuk dan langsung mencari maminya yang ternyata sedang duduk menyaksikan berita di televisi. Pada layar ditayangkan berita tentang kasus penggelapan uang oleh salah satu anggota dewan. Yang kemudian berganti menjadi berita pelecehan seorang mahasiswi sebuah kampus, setelah Bu Reni mengganti siaran.

“Eh anak mami udah pulang.” Bu Reni sumringah melihat anak gadisnya yang kini duduk di sampingnya.

“Mami, aku laper,” rengek Bricia manja.

“Pas banget. Mami barusan selesai masak. Ganti baju dulu baru makan ya,” usul Bu Reni yang melihat anaknya masih berseragam sekolah lengkap. Apalagi sekarang sudah malam. “Kamu pasti capek banget ya, Nak.” Sebelum pergi, Bu Reni mengusap kepala Bricia beberapa kali.

“Iya, Mami. Aku masuk kamar dulu ya. Mau ganti baju.”

Bu Reni hendak melanjutkan tontonannya. Namun sebuah notifikasi terdengar dari benda persegi di sampingnya. Ternyata itu karena Bu Reni ditandai pada sebuah obrolan di group orang tua siswa.

“Bagaiamana kesiapan anak-anak kalian? Sebentar lagi hari H ujian.” Begitu bunyi pesan yang dikirim salah satu penghuni group orang tua siswa khusus para donatur.

Bu Reni membalas pesan itu cepat. “Tentu saja sudah siap. Bricia pasti jadi yang terbaik. meskipun aturan ujian diubah sedemikian rupa, anak-anak cerdas seperti anak-anak kita tidak mungkin tersaingi.”

“Betul sekali,” celetuk orang tua murid yang lain dengan ditambah emoji tertawa pada akhir pesannya.

“Anak-anak kita bukan hanya terlahir dari keluarga kaya, tapi juga mewariskan otak cerdas dari para orang tuanya. Bener kan, Jeng?” Lanjut Bu Reni.

Member group yang lain langsung mengiyakan dengan emoji jempol.

“Anak-anak kita tidak sama dengan anak Jeng Berta. Makanya dia tidak layak masuk circle kita.” Bu Reni terus mengetik dengan semangat sambil tersenyum.

Lagi-lagi direspon cepat oleh para member group lainnya. Tidak ketinggalan emoji tertawa mereka tambahkan pada penghujung chat setiap kali membahas keluarga Bu Berta, ibu Aime. Menurut mereka keluarga pasangan Koesnadi dan Berta hanya mengandalkan uang, sehingga anak mereka bisa masuk ke sekolah SMA Cendekia Permata. Jika dinilai dari segi otak, harusnya Aime tidak layak menjadi siswa di sana.

***

Di dalam rumahnya, Pak Hermanto masuk ke ruang kerjanya. Ada satu meja dan kursi di pojok ruangan. Pada setiap sisi ruangan terdapat lemari tinggi berisi tumpukan buku dan berkas. Nyaris tidak ada sisi yang tidak tertutupi lemari, kecuali pada bagian depan ruangan ada lukisan kuda berukuran sangat besar. Setelah menggeser beberapa buku pada salah satu sisi lemari, maka terlihatlah sebuah ruang kecil seperti tempat rahasia. Ternyata itu adalah sebuah brankas. Pak Hermanto memasukkan sandi dengan menekan tombol-tombol angka pada permukaan brankas. Akhirnya pintu besi itu terbuka. Pak Hermanto kemudian menarik sebuah amplop berwarna cokelat. Membukanya dan menghitung isinya sembari tersenyum. Padahal itu sudah kali ke sekian. Tapi baginya uang selalu membuatnya rindu. Dan menghitung uang memiliki kenikmatan tersendiri.

(Flashback)

Pak Hermanto menarik sedikit lengan jasnya agar bisa melirik jam pada pergelangan tangannya. Pukul satu siang. Seharusnya 30 menit yang lalu ia sudah bertemu dengan orang suruhan Bu Berta, ibu Aime. Tapi sampai sekarang tidak muncul seorang pun. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya di seberang sana muncul sebuah mobil putih. Turun seorang pria muda berjaket kulit dengan badan kekar. Rambutnya agak gondrong dengan tato pada sebahagian wajahnya. Pak Hermanto juga segera turun dari mobil. Keduanya berdiri tepat di bawah jembatan. Tidak terlihat oleh orang-orang. Pak Hermanto sempat melihat sekitar untuk memastikan situasi benar-benar aman. Tidak ada yang mengikuti mereka. Transaksi pun berlangsung. Sebuah amplop cokelat berisi uang diberikan oleh laki-laki bertato dan ditukar dengan stop map berisi berkas dari Pak Hermanto. Yang isinya merupakan data lengkap para siswa anak para donatur sekolah. Pak Hermanto mengecek lagi isi amplop sebelum akhirnya mengangkat alis pertanda deal. Keduanya pun berpisah tanpa ada obrolan.

Di dalam mobilnya, Pak Hermanto tersenyum puas. Hanya dengan mengotak-ngatik sedikit peraturan sekolah, ia bisa mendapatkan uang dengan begitu banyak. “Apa bagi orang kaya, nama baik itu lebih penting dari segalanya ya? Sehingga mereka bisa saling menjatuhkan satu sama lain?” Pak Hermanto terkekeh. “Mungkin di masa mendatang jika ada kubu lain yang ingin hal yang sama bisa saya manfaatkan juga. Sedikit memutar balikkan fakta dan semua akan beres,” pikir Pak Hermanto yang ingin memanfaatkan situasi yang ada sekarang di kalangan para orang tua siswa terutama para donatur. Di mana orang tua Aime melawan para donatur lainnya yang dipimpin oleh Bu Reni, ibu Bricia. Sesuai permintaan Bu Berta, ia ingin agar ujian di SMA Cendekia Permata diubah menjadi lebih ketat dan dijadikan empat kali ujian pada setiap kelas dengan tanpa meminta pendapat pihak lain. Agar para siswa, terutama yang sering mendapat juara itu kelabakan. Kalau bisa, Bu Berta juga ingin nilai para siswa anak-anak para donatur sekolah, terutama anak Bu Reni diubah. Anggap saja itu sebagai hadiah perpisahan sebelum Bu Berta benar-benar keluar dari barisan para donatur. Karena anakanya, Aime sudah menunggal. Sudah tidak lagi bersekolah di sana. Bu Berta dan suami ternyata tidak begitu peduli dengan kematian anak mereka. Mereka hanya ingin nama baik mereka kembali terangkat. Apalagi sekarang tidak ada lagi sebutan 'orang tua dari siswa dengan peringkat terakhir di kelas'. Bagi mereka, kebaikan nama keluarga lebih utama dari apa pun.

Pak Hermanto menyimpan amplop berisi uang tadi di dashboar mobil, kemudian beranjak pergi dari jembatan. Menuju rumah dengan hati yang puas. Hanya sedikit berbuat namun bisa mendapatkan hasil yang banyak. Orang kaya yang telah terbutakan oleh kekayaan memang selalu susah ditebak jalan pikirannya. Bagi mereka uang adalah segalanya.

***

Segitu aja dulu hehe.
Setelah target tercapai baru kita lanjut.

Jangan lupa follow akun ini, vote dan comment ya.

Spam "NEXT" di sini.

THE BLOCKADE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang