Bibir Merah Jambu (2)

5 0 0
                                    

"Fe, katanya entar sehabis makan siang Kepala Jurusan Internasional sama guru-guru lain mau dateng ke sini buat kunjungan, lu diminta ke kantor sekarang," ujarnya padaku.

"Lu aja yang ke sana, biar gue ngehubungin mahasiswa internasional di sini sama koordinator lain buat siap-siap."

Jan pun kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap pergi ke kantor. Sementara aku langsung menghubungi grup koordinator organisasi mahasiswa internasional lewat Wechat. Karena masih lama aku kembali menikmati kopi selagi hangat sambil memandangi pegunungan hijau di hadapanku.

Sekitar 30 menit berlalu aku mendengar suara ketukan pintu. Tidak mungkin cepat sekali. Bukannya nanti setelah makan siang?

Aku beringsut menuju ke arah pintu luar, lalu mengintip dari lubang kecil di tengah-tengah. Aku langsung membuka pintu saat mengetahui yang datang itu bukan guru, melainkan Ima. Gadis itu tanpa disuruh pun langsung masuk ke dalam. Ia menenteng tas kain yang aku yakini sudah pasti berisi kotak makan yang ia masak sendiri. Hari minggu begini kalau tidak aku kesana pasti Ima yang kesini.

Aku menyiapkan meja belajar kecil dan meletakkannya di atas kasur. Kemudian, kami makan bersama. Sudah kuduga rasa masakannya pasti asin. Gadis ini juga kebelet nikah.

"Gimana, enak?" tanyanya.

Aku mengangguk-angguk sambil berdehem. "Enaakk." Dengan ekspresi pura-pura gembira. "Eh, kamu tau nggak perbedaan cowok dan cewek itu apa?" tanyaku.

"Apa?" tanya Ima sambil berhenti menyuapi nasi ke dalam mulutnya.

Letak perbedaan cowok dan cewek itu sebenarnya dimana? Cewek ngintip cowok itu namanya penggemar rahasia, cowok ngintip cewek itu namanya setan. Cewek megang-megang cowok itu namanya menggoda, cowok megang-megang cewek itu biadab. Cewek mukul cowok itu namanya pembelaan, cowok mukul cewek itu namanya bajingan. Cewek nangis itu artinya lemah, cowok nangis itu artinya cengeng. Cewek pas lagi sedih cowok yang nenangin, cowok pas lagi sedih ya nenangin sendiri. Cewek ngehasilin duit sedikit itu memang batasnya, cowok ngehasilin duit sedikit itu nggak ada guna. Cewek makai uang cowok itu hukum alam, cowok makai uang cewek itu melawan kodrat. Terakhir cewek keluarin kesimpulan, cowok itu nggak ada bagusnya.

Mendengar itu Ima sepertinya tidak terima. "Kamu itu wajar masih kuliah, lagian kamu masih sering traktir aku makan."

"Aku cuman bisa traktir makan doang, haha."

"Ya, gapapa aku kan seneng makan, lagian kamu udah janji sama aku minta waktu, ya aku siap tunggu."

"Nggak, aku cuman boong semalem tuh, HAHA," ungkapku, lalu tertawa keras. Aku menghindar saat Ima melempar kerupuk.

"Ih! Jahat! Kamu nggak boong!" Karena tidak puas Ima bangkit dan mencoba berputar untuk memukulku. Melihatnya begitu, aku pun lari dari kasur menghindarinya hingga sampai di sudut ruangan, kemudian ia memukuliku dengan bantal. Belum puas, ia mencoba menggelitiku, tapi tak ada gunanya, lalu aku menggelitinya balik sampai ia mampus tidak tahan.

"U-udahhh," jeritnya sambil terus tertawa lepas.

Aku pun berhenti karena tak mau melihatnya kencing di celana. Saat aku mencoba menjauh darinya. Entah kenapa bisa rumbai bajunya tersangkut ke ritsleting kera bajuku.

"Eh? Kok bisa nyangkut gini?" ucapku. Benar-benar masih menjadi sebuah misteri. Kami sama-sama berusaha melepaskan itu, tapi sayang tidak bisa.

"Kok nggak bisa lepas sih?!" tutur Ima sedikit kesal.

Tiba-tiba ponselku bergetar. Aku segera menarik ponsel dari kantung celanaku. Ada panggilan Wechat masuk dari Jan. Ima diam untuk sejenak.

"Halo, Jan kenapa?" tanyaku.

"Laoshi-nya nggak jadi ntar siang datengnya!" ungkap Jan dari seberang telepon. Baguslah, aku tak berharap pula mereka datang kemari.

"Yaudah nggak apa, Jan."

"Yaudah kamu siap-siap karena mereka datengnya sekarang!"

"Hah?! Laoshi itu pada datengnya sekarang?!" sergahku sedikit kaget.

"Ini udah di bawah gedung kitanya!"

Aku dan Ima saling menatap satu sama lain. Sial! Kami berusaha keras untuk melepas kain yang saling tersangkut itu. Terdengar suara pintu dibuka di telinga kami. Benar-benar sial, bagaimana cara melepasnya aku takut akan merobek baju Ima jika kutarik secara paksa.

Kesialan semakin menjadi saat kaki Ima tak sengaja menyandung kasur hingga membuatnya terjatuh ke kasur dan aku turut menindih tubuhnya, lebih dramatis lagi saat itu aku tak sengaja mencium bibirnya yang merah jambu. Matanya mendelik begitupun milikku.

Kriet ....

Pintu terbuka, dan hal yang tidak diharapkan malah terjadi.

>>> Berlanjut ....

>>> Berlanjut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pisah untuk MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang