Yaudah Nikah! (2)

3 0 0
                                    

Entah bau hujan yang dari tadi terkandung di udara, kini menjatuhkan airnya ke bumi yang tidak rata. Aku mulai menyusuri jalanan di daerah perbatasan. Beberapa kali penyeka di jendela kaca bergerak naik dan turun menyapu serbuan hujan. Lapisan udara di dalam begitu terasa dingin.

Jutaan air yang jatuh dari langit membuat jarak pandangku jadi terbatas. Bahkan setelah aku menyalakan lampu sorot jauh tetap masih tidak begitu jelas. Tapi, tak lama lagi. Lokasi yang ingin kutuju sudah tidak jauh.

Wilayah sini cukup banyak orang membangun rumah. Pagar-pagar pembatas besi tertancap mengelilingi konstruksi. Mobilku berhenti di depan salah sepetak tanah dengan konstruksi yang hampir setengah jadi. Sebelum turun membuka pintu, ada sesuatu yang menarik di seberangku—sebuah kendaraan yang terjebak di tanah dengan pengendara perempuan di dalamnya.

Namun, aku tidak begitu peduli. Aku memasang jaket hoodie, lalu turun dari kemudi. Kemudian membuka pintu belakang, untuk mengeluarkan boneka wanita yang mengenakan gaun pernikahan lengkap dengan rambut palsunya. Aku bopong boneka itu masuk ke area sepetak tanah dengan rumah yang cukup mewah.

Aku merasa seperti sedang diikuti, lantas aku pun menoleh ke belakang. Mataku memang rabun jadi aku tak bisa melihat jelas wajahnya. Apa lagi di saat hujan begini. Aku yakin pasti itu perempuan di mobil seberang tadi.

Aku menaruh boneka manusia itu ke bawah, lalu pergi menghampirinya. Perempuan itu malah ketakutan dan panik beringsut kembali ke dalam, kemudian mengunci pintunya. Aku pun mencoba bertanya mungkin aku bisa memberikan tanganku kalau ia butuh bantuan. Sudah kuduga bannya terperangkap ke dalam lumpur hasil dari hujan yang tak berkesudahan.

Aku mengetuk jendelanya berulang kali, tetapi ia tak juga membukannya. Karena lapisan kacanya tidak transparan, aku sengaja mendekatkan wajahku ke jendela supaya mengintip ke dalam tapi gadis itu menutup wajahnya karena ketakutan.

Kucoba ketuk lagi berapa kali, hingga handle pintu mobilnya bereaksi. Tepat saat aku mencoba membuka pintu, baru saja aku ingin mulai bicara, ia memukul keras kepalaku dengan botol minum dari besi. Sampai-sampai membuatku jatuh pingsan.

***

Telingaku berdengung bunyi alat monitor hemodinamik dan saturasi. Aroma rumah sakit lagi-lagi tercium di hidung setelah sekian, tapi ada yang aneh aku seperti mencium bau rambut seseorang yang sangat kukenali. Aku coba membuka mata. Ah! Tidak mungkin. Aku seperti melihat Ima sedang tidur di sisiku. Aku pasti bermimpi atau aku baru terbangun dari mimpi. Entahlah memang sulit tuk kubedakan. Tapi, tangannya tertaut di jemariku.

Aku mengelus wajahnya yang sedikit mengurus. Tiba-tiba gadis itu terbangun.

"Aku kenapa?" Seringkali memang aku bertanya saat aku terbangun di tempat berbeda dari ingatanku. Hanya untuk memastikan apakah ini mimpi atau kenyataan.

Ima mendelik melihatku tersadar, ia langsung bangkit. "Dok! Dokteerr!" serunya dengan nada melengking.

Laki-laki bertoga putih itu pun datang menghampiriku, lalu menyalakan senter kecilnya yang diambil dari sakunya. Menembaki mataku dengan flashlight itu. Dokter ini menggeleng-geleng malah membuat firasatku tidak enak.

"Anda kelihatannya punya gejala yang tak wajar sudah dua hari anda tidak sadarkan diri."

"Hah?! Dua hari?" Bahkan aku sendiri tak percaya. Aku melirik ke arah Ima rautnya cemas. Berarti dokter ini tidak main-main.

"Gejala apa, dok?" decak Ima.

"Fibromyalgia, sebenarnya penyakit ini seringnya menyerang wanita, makanya saya bilang tidak wajar, tapi ini masih gejala hasilnya masih belum bisa dipastikan," terang lelaki berambut sangat tipis itu.

"Kira-kira penyebabnya apa? Apa itu karena benturan di kepalanya, Dok?" tanya Ima gigit jari.

Dokter itu menggeleng. "Bukan, tapi tampaknya karena kurang istirahat, atau pola tidur yang tidak sehat," jelasnya, "sekarang pasien udah boleh pulang, saya hanya mengingatkan gejala ini sewaktu-waktu bisa menjadi kronis dan tidak akan bisa sembuh, kalau gitu saya permisi." Laki-laki itu keluar dari ruangan.

>>> Berlanjut ....

>>> Berlanjut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pisah untuk MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang