CHAPTER 13

1.2K 171 93
                                    

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Dulu, semburat senja di ujung barat terasa seperti biasa saja

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Dulu, semburat senja di ujung barat terasa seperti biasa saja. Tidak ada yang spesial. Kemilau yang terbias dari sela-sela gedung pencakar langit tak pernah menjadi begitu berarti. Yang Jiwoo tahu, cahaya langit yang meredup adalah pertanda bahwa petang telah menjelang. Waktunya untuk pulang, menyambut caci maki Hera dan bersiap menutup hari dengan helaan emosi. Sekali lagi, itu dulu. Sekarang tidak lagi. Jiwoo yang sekarang merasa dirinya begitu lepas dan juga bebas.

Gema kendaraan yang saling bersahut adalah teman setianya. Ramai. Di balik lalu lalang orang-orang yang sedang sibuk, ada dirinya yang sedang berdiri mematung di bawah lampu, menunggu rambu yang masih menyalakan warna merah di atas tiang bersama dengan yang lain.

Semua orang serempak melangkahkan kaki dan melaju. Layaknya ritme kehidupan yang harus segera dilanjutkan ketika rambu tersebut telah berubah menjadi hijau, Jiwoo tak pernah takut untuk membawa tungkai jenjangnya berjalan menyusuri trotoar.

Jalanan panjang itu menghubungkan taman kota dengan klub tempat Joan Lee bekerja. Jiwoo mencari keberadaan daddy tampannya. Sudah seminggu berlalu sejak terakhir kali mereka menghabiskan waktu bersama. Namun, tak ada pesan apa pun yang masuk setelah pembicaraan terakhir mereka tempo hari.

"Bos Lee tidak ada di sini. Sudah beberapa hari ini dia tidak datang," ucap salah seorang pelayan.

"Kemana?"

Pegawai tersebut menggeleng tak tahu. Setelahnya, Jiwoo naik ke ruangan manager utama untuk mencari Suga. Namun, bos Dark Blue yang satu itu juga tak menunjukkan batang hidungnya.

"Kemana perginya pria-pria sialan ini? Kenapa tidak ada satupun dari mereka yang muncul?" keluh Jiwoo memegangi ponsel. Dia bingung. Antara mau menelpon atau tidak. Ada rasa gengsi yang menyelimuti ketika Jiwoo teringat bahwa dialah yang terlebih dahulu memutuskan sambungan telepon dari Joan Lee.


Yoo Jiwoo tidak sedang membawa motornya sekarang. Dia pergi menaiki bus lalu kembali berjalan untuk yang kesekian kali. Total sudah sepuluh ribu langkah lebih yang ia dapati di layar ponsel. Naik dan turun, berlari lalu berjalan cepat. Setidaknya hal itu sudah lebih dari cukup untuk melunturkan lemak-lemak jahanam yang begitu ia benci.

BLACK MONEY DUSTOnde histórias criam vida. Descubra agora