CHAPTER 14

1.5K 159 150
                                    

"Vhi, bangunlah!"

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Vhi, bangunlah!"

Suga mengoyak tubuh direktur muda itu dengan perlahan. Vhi tertidur di salah satu sudut bar, menggenggam erat gelas yang entah sudah berapa kali terisi sebelum kemudian tertandas hingga kosong. Di sampingnya saat ini, seorang pelayan bar duduk menjelaskan, "Direktur sudah ada di sini sejak tiga jam lalu."

Suga tidak tahu. Vhi tidak bilang apa pun sejak ia pergi. Sosok berkulit pucat itu pun memboyong atasannya naik ke lantai empat, tepatnya ke ruangan Suga. Kamar yang sama seperti kamar pribadi Joan Lee, hanya saja letaknya sedikit jauh. Terpisah dengan ruang tamu yang lebar, serta ruang rapat khusus yang sering digunakan sebagai kantor marketing Dark Blue Klub.

Vhi terbaring seperti orang kesakitan. Dia memegangi dadanya seolah itu adalah luka paling menganga. Vhi menangis. Dia menggumamkan nama istrinya berkali-kali. Meski Vhi sendiri adalah sosok yang cukup tertutup soal kehidupan pribadi, namun dari situ Suga sudah bisa menduga bawa Vhi berakhir kacau sebab pertengkarannya dengan sang istri.

Beberapa hari yang lalu, Suga dibuat terkejut saat Lea tiba-tiba saja mendatanginya dengan wajah yang merah padam. Wanita itu sedang menahan emosi dalam-dalam. Dia bilang, "Kenapa kau membiarkannya pergi tanpaku? Sejak kapan kau melindunginya sampai seperti ini? Kau, nyonya dan tuan Kim, lalu ayahku ... Apa salahku sampai kalian semua berusaha keras untuk memisahkanku dengan Kim Taehyung?"

Suga terdiam di tempat ia duduk. Dia tak bisa menjawab satu pun pertanyaan Lea dengan benar. Yang Suga tahu, dia hanya menjalankan perintah ketika Vhi menyuruhnya untuk diam.

"Katakan padaku, siapa gadis yang menemaninya di Jepang?"

"Lea, aku tidak-"

"Jangan berbohong! Aku tahu semuanya."

   
     
    
***
    
   
  

Silau putih dari balik gorden membuat Jiwoo mengerjap selama beberapa saat. Gadis itu menoleh ke samping kanan, Lee tidak ada di mana-mana. Padahal Jiwoo yakin semalam mereka tidur berdua.

Jiwoo menilik jam di atas nakas. Waktu telah menunjukkan pukul delapan pagi. Namun, Jiwoo masih enggan untuk beranjak. Dia asyik berguling-guling di atas kasur, menyibukkan diri dengan melacak bau tubuh Joan Lee yang menempel pada bantal serta selimut miliknya. Aroma lembut yang khas membuat Jiwoo tak henti-hentinya tersenyum.

Derit pintu kamar yang terbuka membuat gadis Yoo itu tersadar dari lamunan.

"Ohh kau sudah bangun?" sapanya. Lee mencari sesuatu di atas meja. Selang beberapa saat membuka satu persatu tumpukan buku, Lee akhirnya menemukan apa yang ia cari, yakni rangkaian nomor acak yang ia catat pada selembar sobekan kertas.

Jiwoo mengikuti Joan Lee ke ruang makan. Di sana sudah ada laptop yang menyala, juga beberapa lembaran amplop yang berserakan di atas meja. Jiwoo menggelayut di balik punggung, membuat pria bertubuh kekar itu menoleh sesaat setelah ia menerima kecupan manis di pipi kanannya.

BLACK MONEY DUSTDonde viven las historias. Descúbrelo ahora