CHAPTER 26

882 134 50
                                    

Pagi yang mendung, Joan Lee tergolek sejenak mengumpulkan nyawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang mendung, Joan Lee tergolek sejenak mengumpulkan nyawa. Mengerjap beberapa kali ke arah gorden, sebelum kemudian berbalik ke sisi ranjang yang telah kosong.

Pertanyaan pertama yang hadir di dalam benak ialah, dimana Jiwoo? Gadis itu tidak ada dimana pun, di kamar mandi, juga di balkon. Saat Lee menghubungi, Jiwoo bilang dia sedang mencari sesuatu untuk mengganjal perut.

Tak sabar menunggu gadisnya kembali, Lee beranjak keluar dari kamar mereka. Mengikuti pentunjuk tempat yang Jiwoo berikan, yakni resto dari tempat resort mereka menginap. Terletak di lantai bawah, dari depan lobi lurus ke kanan.

Saat di depan pintu, Lee sempat berpikir keras. Apakah sesuatu yang Jiwoo maksud itu adalah menemani bosnya sarapan di salah satu meja? Air mukanya berubah seketika. Dengan cepat, Lee duduk menyela. Merangkul Jiwoo seraya tersenyum. "Kamu di sini? Kenapa tidak membangunkanku?"

Sengaja. Lee melemparkan sebuah pertanyaan yang sekaligus menjadi penegas bahwa gadis tersebut berada dalam wilayah yang tak boleh di sentuh oleh siapa pun kecuali dirinya. Sebuah dominasi ritme yang membuat siapa pun sadar, kepada siapa picingan tajam itu terarah.

Di tempatnya duduk, Vhi masih terdiam menilik. Bahunya yang mengendur sejalan dengan kedua siku yang menyilang. Menunggu hingga basa-basi mesra di depannya berlalu dengan segera.

"Sudah selesai peluk-peluknya?" Direktur muda itu merotasikan bola matanya jengah, melirik Jiwoo dengan tatapan malas.

"Yoo Rachel! Kenapa memanggilnya datang? Suasana hatiku sedang buruk," ucap Vhi kepada Jiwoo. Dan siapa juga yang mengira jika keluhan tersebut segera berbuah dengan reaksi yang sama pedas?

"Setidaknya aku harus memperjelas ini secara langsung. Agar kau paham, sampai dimana batasmu berada."

"Lee!" sergap Jiwoo. Di bawah meja, ia mencubit kecil sela paha Joan Lee yang hanya mengenakan celana pendek santai di atas lutut.

Sejujurnya tidak ada penekanan apa pun dalam sindiran itu. Hanya kentara sekali jika mereka berdua saling besitegang. Tak elak setelah meminta maaf, Jiwoo segera menyeret prianya untuk undur diri.

Malu sebenarnya, seperti tidak memiliki pilihan lain. Bermaksud menyapa saat ia tak sengaja melihat Vhi murung di salah satu sudut, lagi-lagi hal semacam itu mencetus perdebatan sengit di antara dirinya dengan Joan Lee. Jiwoo mengerti. Dia telah melakukan kesalahan dengan memancing ulang masalah di antara mereka kemarin. Tapi, "Sungguh ... Lee, aku tidak pernah punya maksud buruk. Apalagi dengan sengaja datang untuk menggodanya. Aku tadi hanya lapar, dan kebetulan saja bertemu."

"Aku tahu, Yoo! Kau boleh berteman dekat dengan siapa pun. Dengan teman-temanku, dengan Suga maupun Jimin. Tapi Vhi? Aku hanya ... sedikit tak suka melihatmu berada terlalu dekat dengannya."

BLACK MONEY DUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang