Chapter 1

3 0 0
                                    

Warna kemerahan melukiskan langit yang indah, dengan harum udara segar bersama Gedung Gedung tinggi disetiap sudut nya.

Sangat begitu rarmai disetiap jalan, mobil dan motor berlalu lalang, pula dengan para pejalan kaki.

Dunia kini sudah berubah meskipun tidak begitu terlihat.., permukaan akan realita dengan kedalamannya sangatlah terlihat berbeda.

"Ini pesanannya bang terima kasih"

"ha iya iya"

"Cit kamu udah denger ceritanya?"

"tentang penyihir itu?"

"iyaa!"

Satu orang berpakaian berkilau dengan baju besi dan satu lagi menggunakan topi besar ala penyihir eropa, keduanya membicarakan suatu hal yang kini sangat panas ditelinga banyak orang.

"bukannya dia mati ?"

"belum dia berhasil kabur dan katanya akibat ini ada rumor mungkin perang akan kembali pecah"

Begitu ringan ucapan perang itu keluar, padahal begitu kejam realita akan sebuah perang itu terjadi...

"Mer !"

Helmi sering disebut juga Amer, terhentak saat duduk duduk memejamkan mata di bagian depan.

"iya!?"

"kerja yang bener Mer... jangan nguping pembicaraan orang."

"maaf pak"

Tertunduk sedikit lemas sembari masih menajamkan telinga, Helmi menunggu senior Ridwan pergi menjauh darinya.

Bagi dia informasi informasi tentang hal ini mengisi waktu luangnya untuk mengetahui apa yang sudah terjadi, meskipun dia sendiri tidak bisa ikut terlibat menjadi bagian dari dunia itu.

"Seorang awaken..., mungkin dia tanker, satu lagi penyihir keliatan jelas dari topinya..., ituu Hunter kelas atas..."

Helmi memperhatikan seisi ruangan dengan begitu seksama

"Mas...!"

"ya!?"

Lamunan Helmi terhentak.

melihat pemandangan didepan, seorang Wanita dengan pakaian seperti kurang bahan, menunjukan kulit mulus nan putih dengan rambut mengkilau bewarna hitam.

"Ngeliatin orang sampai ngelamun gitu... menjijikan"

Seperti pisau menancap kedalam hatinya, Helmi sedikit tertunduk lesu, sembari bersenyum masam.

"Mau pesen apa kak?"

"ha...., Green tea satu"

"Oke bentar ya kak"

Wanita itu begitu acuh tak acuh, seperti stereotype para awaken yang sombong.

Namun Helmi sendiri berpikiran yang lain, mungkin saja hari sial terjadi pada orang didepannya ini.

"ini kak terima kasih"

'ya..."

Bernada begitu sinis dengan tatapan seperti melihat kebawah, Helmi mempertahankan senyum nya sebisa mungkin

Setidaknya Wanita itu menjawab dan tidak memukulnya tadi.

Mengingat bagaimana pekerjaan ini telah dilalui, dengan berbagai macaam orang yang ia hadapi, kejadian ini tidak seberapa bagi helmi.

Lagipula ini emang kesalahannya.

"Tukeran Mer kerja dibelakang"

"baik pak"

Headquarters, tempat Gerbang penghubung portal kedimensi lain,yang menjadikan tempat berkumpulnya para Hunter.

Terdapat banyak fasilitas yang ada di HQ selain gerbang masuk kedunia lain, seperti sarana pelatihan, Sarana penyimpanan barang, ataupula Jual beli, dan di HQ ini salah satu kafe tempat kerja helmi berada.

Meskipun dia sendiri bukan seorang awaken dan penyihir, bisa bekerja ditempat HQ menjadi keberuntungan tersendiri, sebab gajinya juga sangat fantastis.

"akhirnya beres..."

"Mer ! kalau udah dibelakang bersihin meja juga"

"oke pak...."

Sangat banyak orang yang ada ditempat ini, terhitung hanya ada dua meja yang kosong dari dua puluh meja bundar dan panjang.

" yahhh bagaimana caranya kita mengumpulkan uang kalau
begini?"

"ah... ayolah kita bisa berburu kapan kapan lagi jadi santai aja"

"lagipula monster yang kita kalahkan berada di tingkat A sebelumnya, seharusnya uang kita dapatkan sudah cukup bagi kita..."

Mendengarkan secara seksama tiga orang yang menempati meja bundar dibelakang Helmi

Sekilas mencuri pandang, Ketiga orang itu, seperti Hunter Tingkat B, dengan item serta pakaian lengkap nan mewah, tidak mengherankan kenapa ketiga orang itu berbicara bisa mengalahkan Monster tingkat A.

"um...?"

"ha...."

Saat berbalik menghadapkan pandangan nya kearah yang lain Helmi melihat tak jauh disampingnya Wanita yang tadi, memperhatikan dia dengan
menghela napas panjang.

Kedua mata saling bertemu, Helmi merasakan tidak keenakanya dalam hati sambil tersenyum manis... segera ia pergi dari membersihkan meja ke dalam kasir lagi.

"udah dibersihin semua mer?"

"udah pak.."

Helmi melihat sedikit kearah Wanita itu dengan matanya.

kekhawatiran kalau mungkin diadukan kepada boss membuat dadanya terasa gatal.

"mer!"

"ya!?"

"lu nguping obrolan orang lagi ya?"

"enggaaa pak"

"ha...."

Kebiasaan Helmi emang sudah biasa membawa permasalahan kepada peerjaannya.

"merr inget ya... boss udah ngewanti wanti elu?, elu emang mau jadi pengangguran"

"ishh udah ah pak..."

Tersenyum masam sambil membuang muka Helmi segera pergi kedapur belakang, kabur meninggalkan seniornya dikasir, sembari menghela napas.

Beberapa waktu berlalu Helmi yang tadi dibelakang, kini kembali kedepan bersama senior disebelahnya yang sedang melayani pelanggan.

Dipikiran nya yang melamun dengan tatapan melihat seisi ruangan itu, Helmi membayangkan kehidupannya dimasa depan...

AmurokoWhere stories live. Discover now