Chapter 15

1 0 0
                                    

Kembali kedalam mobil ia pinjam kepada Tia, Rian melantukan benak pikirannya tentang beberapa spekulasi yang mungkin membawa ia kepada kebenaran....

"Helmi mengetahui apa yang tidak diketahui bahkan para Intel dan informan miliki..."

Saat sore kemaren ia mendapatkan sebuah kertas pesan dari adiknya yang sedang bekerja di restorant, ia mengirim pesan melalui anak kecil.

("Lagipula bagaimana ia tahu, dia disana bersama Tia")

Banyak hal yang berlubang untuk bisa melengkapi spekulasi yang pass atas jawaban ini.

Vromm!

Pedal gass diinjak dan mobil pun melaju pergi dari tempat itu.

Angin sepoi sepoi masuk melalui jendela kaca mobil, membakar rokok yang jarang sekali ia bakar Rian membuat sedikit batuk akibat asapnya...

"Uhuk..uhh nyelek ketenggorokan..."

Bergumam dengan rasa gatal pada dada dan tenggorokan, Rian sedikit tersenyum santai dengan rokok ditangannya.

Jarang jarang bagi ia merokok, bahkan saat ia berkumpul dengan rekan kerja ia tidak merokok, hanya saat ia mau saja dia merokok.

Lamunan menjadi begitu santai meskipun masalah menumpuk begitu banyak serta rumit....

"Ha... Helmi terpaut pintar, gamungkin kan ia terperdaya oleh orang... Gamungkinkan...."

Kalimat terakhir Rian memastikan beberapa kali kepercayaan didalam hati kepada Helmi

Rasanya seakan tidak mungkin ia harus melawan adiknya bila terpaksa.... Bahkan saat ini ia tidak terpikirkan ada kala ia harus mewaspadai adiknya sendiri

Tringgg!! Tringg!!!

"Yaa ?"

"Kakk dimanaa? "

"Dijalan baru mau balik ke kantor, kenapa Tia?"

"Uah- tunggu- sini"

Rian melihat kearah handphone nya, tidak ada masalah pada jaringan nya, suara yang ada disana seperti terganggu oleh seseorang...

"Hei Riann, dimana kamu!, Cepat kemari ditempat TKP"

"Ah... Boss, oke boss..."

Rian tersenyum mendengar siapa orang yang berbicara itu, kepala divisi, sipecak.

Sepertinya Tia juga bermasalah dengan dia....

Membelokan stirnya kearah lain Mobil itu bergerak cepat melampaui warna dari banyak rambu lalu lintas.

"Tugas memanggil ga akan ditilang lah yaa"

Beberapa mobil hampir tertabrak dengan kencangnya mobil Rian yang dibawa... Tapi ia tidak menghiraukan itu dan terus melaju kencang.

Hanya tersisa tersenyum nakal dengan bara roko ditangannya yang ada diluar jendela yang mungkin terkena pengguna jalan lain

"Bagaimana ?"

"Rian darimana kamu lama sekali kesininya"

" Maap boss ada urusan mendadak"

Dipelabuhan dengan banyak kapal, ada satu kapal yang terbalik penuh muatan tercecer di laut dan ada pula yang terdampar.

Rian bisa melihat betapa kacau ini semua.

"Ulah pemberontak yang sepertinya mau mengacaukan pelabuhan, tempat ini sudah ditutup agar orang orang tidak masuk dan mendekat dan kemungkinan pula pelabuhan ini bakal mati dalam beberapa waktu sebelum kembali bisa beroperasi"

"Uwahh kacau... Jadi apa tujuan dari para pemberontak tentang ini"

"Kenapa kamu nanya kesaya, ini tugas kamu buat mencari tahu"

CK!

("Sialan")

Rian bergumam kesal dalam hati, boss pecak ini selalu seperti ini.

Komunikasi yang ia berikan sedikit dan buruk dengan Rian sebagai pemimpin penyelidikan ini.

Terlebih ia hanya diberi satu anggota doang yang menemaninya seakan tidak peduli pada kasus ini

"Pak bukannya waktu waktu seperti ini bapak harusnya memberi saya setidaknya komunikasi yang baik..."

Mata boss pecak itu menajam seiring decakan lidah dan ucapan Rian.

" Dasar tidak kompeten "

Berbicara dengan nada tajam boss pergi meninggalkan Rian.

Kalau bukan bossnya ia mungkin sudah benar benar mengirimkan orang itu ke antah berantah...

Tia datang menghampiri setelah boss pergi masuk kedalam mobil, pakaian minim dengan rambut panjang terurai, menunjukan wajah rupawan penuh make up disukai oleh banyak pria pastinya.

" Kakk kamu darimana sihh, saya dimarah marahin terus dari tadi"

"He... Ga heran sih, udah kamu dapet informasi apa aja?"

"Dari tim forensik sendiri sepertinya sabotase terjadi akibat bomb, beberapa saksi hidup mengatakan ada-"

" Yaudah tulis aja dilaporan nanti pass kamu pulang, terus selidiki sisanya..."

Tia menunjukan wajah bingung.

"Kenapa ?"

"Engga heheheh... Oke siapp kak nanti saya buat laporannya, terus bagaimana tentang penyelidikan ini saya pastinya butuh Kakak buat mengak-"

" Bilang saja kamuu disuruh saya atau telpon saya nanti"

Beberapa jeda dalam senyuman Tia mendengar ucapan Rian hingga pada akhirnya ia pun mengiyakan ucapannya.

"saya pergi dulu ya Tia"

"Ha?... Oke iya baik...."

Dengan Rian pergi setelah hanya beberapa saat saja datang disana bertemu boss dan berbicara bersama Tia, ia Tia merasa tugas ini dilimpahkan kepadanya seakan Rian ingin kabur..

Mobil itu kembali melaju lagi.

"Itu kan mobil saya..."

Tia menunjukan lesuh, berpikir mobil itu sepertinya sudah diaku oleh Rian... Yang mana itu sangat tidak mungkin juga sihh.

Sepertinya ada sesuatu yang dikejar oleh Rian itu sendiri, Entah rasanya saat ini ia merasa Rian lebih akan bertindak gegabah.

"Tidak masuk akal..., biasanya kak Ian gabakal mungkin nyerahin kasus kayak gini begitu aja"

Asumsi Rian setelah mengetahui informasi dari Helmi kasus dipelabuhan merupakan pengalih saja, dan sebenarnya ada tirai panggung lain yang sedang akan dibuka.

Tapi itu juga tidak pasti benar, ini hanya asumsi yang diharapkan tidak terjadi.

" semoga tidak terlambat..."

Mobil Rian dengan kencang melaju menghindari banyak rambu dan pengendara lain pergi menuju HeadQuartret.

Asap mengepul dari sepanjang rokok itu membara...

"Saat Lantunan waktu jatuh , hidup bergelora menjadi kemerahan layaknya Pesta yang tak akan terlewat oleh mata..."

" Pun mereka mencoba mengelak, tirai panggung sudah dibuat oleh orang dalam..."

" Dimana waktu sudah menunjukkan sebelas, awal baru pun akan terlihat"

Bunyi syair dari ucapan yang penuh asap, termenung menjadi diam.. penuh harap penuh resah.

" Mer bantuin sini cepet "

"Ah?... Iya"

" Udah Yuna ga ada sakit, elu juga telat lagi Dateng nya.... Sialan banget dan rokok lu matiin Mer "

"...."

Helmi tersenyum menanggapi Seniornya sembari mengambil beberapa Minuman untuk bisa disajikan kepelanggan
Keramaian disisi pelanggan, terasa bisa hilang begitu senyap tanpa ia rasa... Hatinya masih sama risau dan kacau.

AmurokoWhere stories live. Discover now