Chapter 19

0 0 0
                                    

Mereka yang diruangan begitu hening... tatapan kosong dengan keterkejutan... rasanya suara itu tidak keluar selain hanya mulut terbuka menganga.

Pedang sirambut hijau sudah tersarung rapih tanpa adanya darah menetes keluar dari dalamnya, ia baru akan bergerak menuju bawah ketempat orang orang itu berada.

Hanya baru satu Langkah....

Reverse

Badan dari sirambut hijau terbelah tepat dipinggangnya, persis sama seperti tebasan yang ia lakukan.

Mata sirambut hijau itu bisa melihat dengan jelas keberadaan ketiga orang itu berdiri masih utuh tanpa terluka selain sisa potongan pada pakaian mereka.

"kamu berhutang banyak rian..."

"ha..."

10 detik total pembalikan dari terbelahnya pinggang mereka... kekuatan yang begitu menyeramkan dimiliki simata pecak ini.

Si rambut hijau terjaut dengan badan yang terpisah, meninggalkan kebingungan dalam ruangan itu, begitupula pak yones meraba raba tempat ia tadi tertebas dengan wajah yang bolak balik kearah tubuhnya dan kearah kepala bagian.

("kalau dia tidak corrupt..")

Rian menyimpan kesalnya dalam dalam, dan memfokuskan langsung kekuatannya kearah orang yang ditunjuk Helmi dilayar.

Sekejap orang itu menghilang jatuh keportal yang rian buat dibawah kakinya.

"dengan ini selesai"

Ia bernafas lega menyeka embun pada kacamatanya...

"kamu kirim kemana?"

"pulau pribadi boss..."

Pak kepala sontak menarik kerah Rian dengan mata terbelalak, riann sendiri membuang mukanya kesamping dengan senyuman manis.

"tololl kita nangkep dia gimana nanti?"

"ya tinggal ambil kan..."

"...."

Muka bermasalah dari si pecak ini begitu terlihat dengan keringat seukuran biji jagung turun dari dahinya. Ia tidak mungkin bisa menjawab lagi atau beralasan tentang ini sekarang, sebab orang orang disekitar mereka berdua memperhatikan bingung dengan pembicaraan itu, terutama Pak Yones yang bersebelahan...

Tapi tampaknya pak yones sendiri mengerti, ia tertawa disebelah mereka berdua melihat bagaimana pembicaraan itu terjadi.

"kami tahu betapa buruknya Datasemen kalian..., jadi anda tidak perlu berusaha menutupi"

Ucapan pak yones membuat anak buah didekatnya tersenyum masam dan menutup mulut menahan tertawa, rian sendiri begitu terbahak bahak kuat.

Tatapan mata Lelah dari pak kepala, menghembuskan napas panjang, tidak bisa membalas apa apa lagi.

Sepertinya segala hal ini berakhir baik, dan cepat, mereka semua yang ada didalam ruangan terlihat bisa bernafas lega, dengan ketegangan yang hilang.

Boom!!! Fwossh!!!!

suara ledakan dan efeknya begitu terasa pada ruangan itu yang bergetar.

Sontak semua melihat kedalam layar besar itu....

"sialan apa yang terjadi?"

Pak yones spontan mengumpat

Mereka bisa melihat apa yang terjadi dalam layar, tidak ada ledakan hanya guncangan serta efek dan suara dari bom itu yang muncul.

"sepertinya ledakan itu berasal dari sisi gerbang"

Anak buah rekan dari pak yones berbicara mengungkapkan pikirannya.

Rian serta yang lainnya tampak setuju dengan pemikiran itu, nampaknya serangan ini benar benar dilakukan diseluruh HQ yang tersebar selain dari dunia ini.

Serangan yang cukup gila....pada layar lebar itu sendiri tampaknya hal ini belum berakhir.

"Merdeka atau Mati!!!"

Beberapa orang keluar seiringan dengan seruan kasar itu, mereka yang mengecar beberapa halnya bewarna merah seperti kode akan kelompok mereka.

"rian!"

"ya"

Pertarungan pecah dengan gila.

Rian buru buru membuka portalnya membuat mereka berpindah di dekat gerbang.

Api sudah ada dimana mana dengan beberapa mayat bergelimpangan tanpa memandang bulu, saat keduanya melhat sekitar, ada dua orang menghampiri mereka membawa pedang panjang menyabet kearah keduanya dan beberapa peluru.

Rian membuka portal kecil dibawah salah satu kaki sipemegang pedang akan melangkah, dan hanya sedikt menyamping saja tanpa perlu usaha lebih jalur jatuh pedangnya itu tidak mengenai karena kaki nya tersandung dengan masuk kedalam portal. Hingga saat rian saling bertatapan mata dengannya Rian menutup portal itu saat kakinya berada ditempat lain.

Kakinya terpotong tapi ia tidak menjerit karena cepatnya itu bahkan sebelum saraf perasa menyampaikan informasinya, Rian melanjuti menendang kepalanya dengan kencang membuat orang itu terpental dengan kaki buntung.

"beres Rian?"

Pak kepala sendiri tidak effort dalam menerima serangan desingan peluru itu, ia hanya berdiri disana membakar rokoknya menerima seranngan dan seketika itu pula mereka yang menembak mati.

"yaa, datang lagi..."

Rian melihat serangan ini akan terus berlangsung, ia dengan cepat memutuskan sembari melihat pak kepala.

"saya pergi dulu pak"

Rian jatuh kebawah kakinya masuk kedalam portal, tanpa bisa membuat pak kepala sendiri menjawab.

Ia sendiri bisa melihat muka kesalnya pak kepala...

Portal itu terbuka diatas, membuat Rian jatuh dan saat ia jatu tepat sekali dibawahnya ada orang dari bagian musuh, orang itu tertindih dari rian yang jatuh serta dihabisinya oleh rian dengan sebuah pistol dari balik jas kearah kepala orang tu.

Rian mendongkakan wajahnya dan melihat adiknya disana memakai golok menghabisi leher musuh. Keeduanya saling menatap.

"kamu tahu ini bakal terjad?"

Rian berdiri membersihkan darah dari wajah dan kacamatanya.

"tidak hingga seperti ini"

Jawaban itu pikir Rian begitu aneh, sepertinya dugaan dalam spekulasi rIan benar.

"kak ini bukan ulah kelompok pemberontak"

Kepala rian dihantam oleh ucapan Helmi, dengan senyum masam ia melihat kearah adiknya.

"kakak tahu..."

Tentunya tapi ia tidak bisa berucap apa apa selain hanya bukti yang benar benar dibutuhkan, terlebih ada atasannya.

"hyahyahyahya!!!! Terbakarlah jadilah jiwa yang melumasi kebenaran dalam negeri ini!!! Ohhh sayangku..."

Tawa gila itu begitu kencang dengan seruannya yang keras, diantara tempat pengecekan tepat disana mereka berdua bisa melihat orang bermbut aneh dengan model kanan kiri sisinya sama panjang dan depanya hanya satu bagian saja panjang seperti sebuah Helm crusader.

"dari yang mimpinnya saja sudah keliatan sapa yang bertanggung jawab"

Helmi bergumam melihat kegilaan itu.

Wajar saja ini terjadi pembantaian

"pergi dari sini dek, pulang-"

"kak!"

Ucapan tidak bisa memberikan efek apa apa, melainkan harus Tindakan tapi melihat mata itu...

Rian menjadi memejamkan matanya karenanya.

"ha... kalau begitu jangan sampai mati"

Helmi tersenyum tertawa mendengarnya dan ia pun membalikkan golok nya kedalam pergelangan tangan memegangnya dengan gaya ice pick grip.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AmurokoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang