Chapter 12

0 0 0
                                    

"kamu hari ini kerja?"

"enggak, udah izin libur kak"

"begitu ya..., yaudah kalau gitu hati hati ya dek, kakak gamau sampai harus nangkep kamu"

Helmi tersenyum seakan tersedak dengan tawa yang beriringan keluar saat mendengar Rian berkata seperti itu.

Ia paham betul kakanya serius pada ucapan itu...

"ha..."

Mata yang menajam dan segera menutup reaksi kepada Helmi, rian berjalan menjauhi tempat helmi berdiri.

Helmi melihat punggung Rian sambil mempertahankan senyum nya sampai ia tidak ada, Helmi pun kembali kedalam menuju ruangan tamu lagi.

"kenapa kak?"

"bukan apa apa"

Tia bisa melihat raut wajah tersenyum helmi yang nampak berpura pura.

Ia berkelana dalam pikirannya, apa mungkin akibat kejadian tadi malam, yang merembet kearah kakaknya. Tapi ia rasa tidak mungkin

"gara gara semalem kah kak?"

"engga bukan... ha... udah santai aja tia"

Helmi duduk sangat dekat sekali dengan tia, yang membuat Tia sendiri terkejut dan sedikit menjaga jarak karenanya secara spontan.

"lu kenapa sih kak?"

"yaa? Kenapa apanya?"

Gayanya tidak biasa, seperti seorang playboy yang biasa dekat dengan Wanita.

Wajah yang seakan tidak mengerti penuh akan kepolosan, tia sudah terbiasa menghadapi pria seperti itu.

"kak... kayak biasa aja napa, aneh banget"

Helmi memiringkan kepala mersepon tia.

"...."

Tia menghela kan napas secara perlahan menundukan kepala karena tidak habis pikir. Helmi sendiri entah kenap tiba tiba dengan lembut dan perlahan mendekati tia.

"ua..a"

Tia yang mendongkakan kepala kearah Helmi terkejut memerah mencoba berbicara secara spontan namun tidak ada sedikit pun kalimat yang keluar selain suara vokalnya saja yang melengking.

Hati berdegup kencang...

Saat wajah mereka hampir bertemu sangat dekatnya, tiba tibaa tangan kiri helmi berada diatas jidat tia tanpa ia sadari.

Tlak

"aww!!!!"

"hehehehee...."

Sentilan cukup ringan membuat Tia tersadar Membuat rona merah dalam wajahnya kembali normal.

"Sakit tau kak!, dasar babi!"

Helmi tertawa menutup mulutnya, melihat Tia mengelus jidat sambil mendumel sumpah serapah.

"rokok ga tia?"

"ha...?"

Tia masih mengelus jidat menyipitkan mata dengan wajah serius yang bingung.

"gua ga ngeroko kak..."

"ohiya juga yaa"

Nada itu seperti mengejek pikir Tia.

Asap mengepul dari mulut Helmi saat ia membakar rokok, Duduk bersandar kebelakang sofa meregangkan tubuhnya. Dan Tia memanjangkan kaki kepangkuan Helmi.

Suasana menjadi kembali hening, serasa waktu terhenti seiring asap itu meluncur kearah lampu...

Diruangan ini kedua nya masih menutup diri dengan rahasia nya masing masing, dikeadaan bahkan mereka sudah bercinta.

Sejak kemaren malam Tia memikirkan itu... Begitu pula Helmi sebaliknya.

Mereka seperti siput, takut untuk keluar pada penutupnya.

"Kak... apa kakak tau apa yang ada dibelakang saya?"

Lamunann hening dengan asap rokok yang perlahan memudar, Tia menutup dan membuka matanya pada senderan sofa.

"Tidak... tapi gua tau lu suka sama gua..."

Wajah yang serius dengan mata yang menyipit Helmi perlahan mengeluarkan asap rokok dari mulutnya, Helmi tidak becanda dalam mengatakan itu.

"...."

Tia mengalihkan perhatian kearah helmi dengan serius

"Begitu juga gua, gua suka sama lu..."

Kalimat itu membuat hati Tia panas dingin.

.

.

.

Dipinggiran jalan sempit diantara bangunan, beberapa pejalan kaki memperhatikkan satu orang dengan jas rapih berdasi, mencolok bagi mereka yang mengetahui Kode dari pakaian itu.

Rambut nya hitam gelap dengan kacamata yang memperlihatkan mata nya yang berat seakan kelelahan, orang itu berjalan menyusuri kedalam gang meninggalkan mobilnya.

Rumah rumah biasa bagi kelas menengah, yang saling berdempetan, Orang tersebut berjalan naik turun dari tangga maupun turunan seperti sudah hapal dengan jalurnya sendiri.

Beberapa anak bermain mendapati orang itu dengan perhatian mereka, namun sekeliling orang dewasa yang ada segera menghentikan anak anak itu untuk tidak mendekat kepada pria itu.

"...."

Pria itu tersenyum melihat anak anak itu menjauhi nya karena orang orang dewasa yang ada disekitar tempat itu.

"maaf ya pak, hey jangan main main disini sana"

"engga apa apa kok pak"

Mata yang berat dengan lingkar hitam disekitarnya, memberikan kesan berbeda saat pria itu menjawab orang dewasa yang menyuruh anak anak tersebut pergi.

Orang orang dewasa melihat pria itupun tersenyum

"mau ke Celes ya pak?"

"iyaa hahahaha... kalau begitu saya permisi dulu"

Pria itu pernah kesini, orang orang dewasa itupun mungkin sudah mengenali nya meskipun tidak pernah berbicara sama sekali, karena mungkin pernah melihatnya.

Orang orang asing masuk kedalam kampung ini pasti akan ada penolakan atau perlawanan dari para masyarakat sekitarnya, terlebih ada Celes disini...

"iya pak, hati hati pak"

"...."

Pria tersebut tersenyum dan kembali melanjutkan perjalanannya.

Tidak jauh lagi sebuah rumah bewarna Putih layaknya rumah biasa seperti yang laen namun tampak didepan tersebut ada warung penuh dengan orang orang seperti tukang pukul.

Satu orang dengan tato diwajahnya penuh kekar berhenti dihadapan pria itu menghalangi ia untuk masuk kedepan pintu rumah.

"siapa?"

"Rian... Celesna pasti tahu, dan mungkin sudah menunggu"

"...."

Beberapa orang di warung terlihat sudah menatap natap saat mereka berdua berbicara.

Orang bertato pada wajahnya sendiri masih menatap tajam, tidak bergerak seinci pun untuk pergi kedalam.

Klik!

"Rian!!!"

"...."

Rian ataupun orang orang disekitarnya itu langsung menoleh kearah rumah.

Wanita sangat cantik berpakaian tank top dengan celana pendek santai menunjukan kulit putih yang begitu mempesona banyak kaum pria, Namun apa yang paling mencolok dari hal itu adalah telinganya yang lancip.

"Nona..."

"Masuk Rian aku udah nunggu kamu daritadi"

"iyaa..., kalau begitu permisi ya bang"

AmurokoWhere stories live. Discover now