Chapter 13

0 0 0
                                    

Sama seperti diluar dengan didalam Rumah ini ya seperti pada rumah umumnya, Tidak ada yang berbeda kecuali diluar yang emang banyak penjaga tukang pukul.

Rian bersama Celes diruang tamu duduk sejajaran sangat dekat antar keduanya, layaknya sepasang kekasih manja.

"jadi kamu udah tau kan kenapa saya datang?"

"iya iya tau..., santai dulu napa ian, udah lama banget kan kita engga ketemu"

"...."

Rian tersenyum masam dengan Celes menempel sangat berdekatan menggantungkan lengan nya disekitar Rian.

Ia tidak bisa melepas nya karena ia sendiri paham bagaimana sifat kekanakan Celes dan bisa bisa ia tidak mau membantunya...

"Kalau aja kamu sering kesini..., seenggaknya gitu ngasih kabar"

"kamu tau sendiri tugas saya banyak..."

Celes cemberut dan tersenyum dengan cepat, dan menjauh dari rian beberapa saat beranjak dari kursinya.

"kan saya bisa bantu, kenapa tidak percaya saya, kenapa baru saat ini kamu ke saya..."

"...."

Senyuman celes terlihat begitu pahit dengan mata yang sedih, dan segera ia pergi kedalam ruangan.

Rian sendiri terdiam tidak bisa menanggapi, ia hanya bisa melihat punggung celes dan menutup matanya menyenderkan diri ke belakang sofa.

Lamunan diam yang membenamkan seluruh benak Rian.

("Banyak yang sudah terjadi")

Dari dua tahun lalu saat ia menyelidiki kelompok pemberontakan, Kasus kasus itu begitu makin berat seiring waktu nya berjalan, sampai beberapa rekan yang bekerja sama dengan Rian tewas ditangan mereka, Dan semenjak ada kasus penyerangan oleh penyihir di ibukota Jakarta sendiri kelompok pemberontak semakin menjadi dalam gerakannya.

"jangan gunain alasan aku gamau kamu terlibat..."

Celes datang membawa nampan ditangannya menyajikan teh dimeja.

Rian berkedip beberapa kali terus tersenyum mendengar ucapan Celes yang tiba tiba.

" karena saya elf bukan, jadi kamu gamau bergantung meminta bantuan ke saya"

"uwah penghakiman ras dari mana itu?"

"eleh... bukannya pemerintahan sendiri yang seperti itu"

"engga, banyak kok ras lain yang masuk bagian pemerintahan"

"jangan pikir saya gatau..., saya penasaran kenapa sampe segitunya sih kamu ngebela pemerintah yang bobrok ini"

"...."

"bukan hanya ras demihuman yang tersingkir tapi ras manusia sesama mu pun ikut menjadi yang tertindas mereka yang bukan pemilik kekuatan dan mereka para penyihir"

Rian berkedip tersenyum menyesapkan teh yang disajikan, dan kembali menatap Celes disampingnya.

"iyaa kamu benar... tentan itu semua, namun saya yakin beberapa dalam segelintir dari orang pemerintahan ada juga mereka yang baik-"

"kamu melihat dan menetahui apa yang sudah terjadi..., terlebih kamu sendiri bagian dari pemerintahan itu sendiri apa kamu tidak ingin merubah semuanya"

Pandangan kaum pemberontak untuk merubah negara, dengan Rian juga hampir sama bersinggungan namun cara yang dilakukan berbeda, dia tidak hanya tidak suka masyarakat menjadi kacau akibat pemberontakan yang pada akhirnya pasti membawa sebuah peperangan.

Seperti dulu saat perang saudara terjadi, dia tidak ingin terjadi kembali

"seperti saya bilang ada beberapa orang yang baik dalam kelompok pemerintahan yang tidak terikat oleh... dan saya ingin merubah itu dari dalam menjadi bagian dari orang orang pemerintahan yang ingin merubahnya"

"naiff"

Celes bermata tajam memandang Rian.

Rian yakin sendiri tentang bagiannya didalam pemerintahan..., Sebuah idealism dari dulu ia pegang, menegakan keadilan dan kesejahteraan tidak dengan kekerasan seperti layaknya para kaum pemberontak.

"siapa yang menjadi bagian dalam hal itu dipemerintahan?, kamu ini naif..."

Celes mengataan itu dua kali memperkuat kesan yang ada pada ucapannya, sehingga ia pada akhir sendiri menghela napas kelelahan dengan pandangan menunduk.

"Bahkan saat kita bertemu dulu kamu menolong saya hingga bisa seperti ini..., kamu tahu kalau bukan karena mu saya pasti bakal menjadi bagian dari para pemberontak"

Jatuh suasana hening dalam ruangan itu, selain dari mereka berdua hanya ada suara bising luar mereka yang sedang berbicara dengan lantang dan bergembira...

Rian maupun Celes mengingat jelas saat saat bertemu, bila mungkin tidak ada rian, entah bagaimana jadinya Nasib Celes, dan Bila Rian tidak bertemu Celes entah seberapa lama mungkin Rian seperti anak kecil yang tidak memahami Dunia.

"Ha... percuma saya meyakinkanmu untuk pergi dari sisi pemerintah, jadi sekarang apa maumu kesini Ian?"

"...."

AmurokoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang