Chapter 6

0 0 0
                                    

Dalam melihat journal tentang Thorik, Yuna tidak bisa menemukan sama sekali beberapa hal yang terkait tentang pemberontakan ini... Thorik disini dijelaskan sedang melakukan tugasnya untuk mengawasi dan membimbing Hunter pemula dari salah satu sekolah.

"kalau begini bukan kasus dari pemberontak dong ya... tapi kenapa kita ngambil bagian ini, apa Kak rian sudah tau... apa karena itu juga kepala bagian tidak terlalu peduli tentang ini..."

Yuna masih belum bisa menemukan petunjuk jelas sama sekali, padahal kasus ini yang mungkin bisa membawa kearah kasus pemberontakan.

Bagi dirinya sendiri ini aneh, penyiksaan dengan membunuhorang dari bagian pemerintahan yang terpaut sebagai satuan tugas khusus bagi para awaken... seharusnya kasus ini lumayan berat.

Pada meja dikantor, Yuna hanya bisa menggulingkan kepala beberapa kali, sambil menghela napas seakan mau pecah dengan akalnya sendiri

"ha!!!!"

"?"

Tanpa Yuna sadari Rian berdiri dibelakang kursi Yuna, memperhatikan dengan wajah bingung melihat tingkah Yuna.

Saat baru ia menoleh kan matanya lah Yuna bisa menemukan Rian disana.

"ah!?... Kak jangan ngaggetin"

Yuna membuat loncatan keterkejutan melihat Rian, dan Rian juga menjadi terkejut mundur dengan itu.

"jangan teriak nganggetin gitu"

"kakak duluan...."

Melihat Yuna tadi begitu bagi Rian sendiri tidak masalah, mungkin itu emang kebiasaan saja untuk membuatt nyaman jadi tidak ada rasa aneh saat melihat sikap yuna tadi, meskipun ia sendiri bertanya tanya tentangnya.

Setiap orang memiliki kebiasaan anehnya saat sendirian Pikir Rian.

"ada apa kak?"

"ada orang yang perlu kita cek"

"orang yang berkaitan dengan Thorik?"

"iya"

Seperti yang diduga oleh Yuna, Meskipun begitu ia bertanya tanya apa kah ini masih berkaitan dengan kelompok pemberontak.

Divisi tugas ini seharusnya menyidik khusus tentang kelompok pemberontakan...

"jadi kita mau kemana kak?, kesekolahnya?"

Yuna berjalan berdampingan menuju lift bersama Rian, dengan sepi ia bertanya kepada Rian apa yang ada tersisa dalam benaknya.

"tidak, itu bakal membuat ricuh sekolah nantinya"

"begitu ya okey..."

Sepertinya kasus tentang ini masih ditutup dari publik, bila kak Rian sendiri bilang seperti itu.

"jadi kita mau kemana ?"

Pintu lift terbuka, Rian berjalan terlebih dahulu mendiamkan Yuna yang barusan bertanya.

"uh..."

Wajah bermasalah nampak dimuka yuna dengan melihat itu dan ia pun cepat mengikutinya dari belakang menuju mobil.

"kak kenapa ga beli mobil aja "

"gaperlu... udah ayo masuk"

Tiap harinya saat akan melakukan penyidikan Kak rian akan selalu menaiki mobil Yuna, ia yakin sendiri Kak Rian bisa membeli mobilnya sendiri, gaji kak rian pasti kan sangat besar dibandingkan Yuna dan itu pun Yuna bisa membeli mobil dengan gaji itu.

Mungkin hanya satu jawaban yang ada terlintas dalam benak Yuna.

Keduanya duduk dibangku masing masing mobil itu menyala dengan Yuna sebagai pengemudinya disamping bersama Rian.

"kakak gabisa bawa mobil ya?"

"...."

Itu bukan hal memalukan seharusnya pikir Yuna, tapi entah kenapa muka yang diberikan Rian seakan aneh, Mata menyipit dengan satu mulut mengangkat keatas, Yuna mungkin tanpa sadar membuat Kak Rian buruk.

Suasana kian hening didalam mobil itu, dan Yuna dengan sedikit rasa tidak enak segera saja melajukan mobil Keluar dari tempat parkir.

Dijalan utama, saat lampu merah menyala Yuna belum juga diberitahukan kemana ia harus pergi, masih dengan keheningan sebelumnya.

Sedikit saja Yuna mengintip Kak Rian, ia hanya melihat lurus kejendela.

"kita kemana kak?"

"bawa aja ketempat biasa kamu pergi..."

Nada tenang dan halus itu..., membuat Yuna sangat tidak nyaman, Pada jantung Yunna ia merasakan dentuman keras yang menyambarnya sekian detik.

"oke kak"

Yuna menjawab dengan seperti biasanya namun keringat dingin sudah tak terelakan bagi ia rasakan.

Kecepatan mobil melaju cepat melewati beberapa blok kota, sehingga saat sampai disebuah kemacetan mobil itu punn berbelok ketempat sepi dibelakang pasar, Tempat biasa transportasi barang penyuplai kedalam pasar

"huh!?"

Phew!

Yuna baru membuka pintu sebuah tembakan melesat kearah pintunya itu, membuat ia mundur masuk sembari bersembunyi dibalik kursi.

Begitupula Rian sudah sedari tadi berlindung kebalik Kursi.

"sial ada apa ini?"

Rentetan peluru cepat dengan keras menghantam mobil hitam milik Yuna tanpa ampun, Yuna maupun Rian tidak bisa membalas dan melihat sama sekali siapa penyerang itu.

Sampai beberapa desingan peluru akhirny berhenti, baru saja akan mau bernafas Yuna serta Rian dari tekanan itu, suara tak lazim bisa terdengar dari luar mereka.

"KAK!?"

Boomm!!!

Ledakan yang menggelora terangkat keangkasa.

Tidak mungkin ada yang selamat dari serangan beruntun ini, orang orang dengan berpakaian jas rapih menandakan mereka siapa, tertawa senang gembira melihat pemandangan itu.

Hingga saat sebuah penampakan tak terlihat bagi mereka muncul dari belakang, mulai menyerang satu persatu orang orang tersebut.

"mati lu anjing!!!, mobill gua hancur kan bangsatt!"

Wanita dengan pakaian minim ini seharusnya mati didalam mobil itu tak mungkin bisa keluar, apalagi tiba tiba berada dibelakang mereka.

Sekitar tujuh orang dari mereka dan mulai yang pertama dari serangannya menghabisi tanpa jeda waktu panjang.

Menyerang bagian titik vital untuk melumpuhkan musuh, serangan kejutan ini juga membantunya untuk menyelesaikan mereka dengan cepat.

Sehingga sampai pada lawan terakhir hanya butuh delapan menit lebih dalam waktu berdentang musuh sudah jatuh....

"UIH!?!!?"

Jeritan ketakukan dari lawan tertunduk menghadapnya....

"cukup Yuna"

"baik kak..."

Yuna tersenyum membalas ucapan Rian yang berada dibelakangnya memperhatikan segala pertarungan tadi.

"cari kunci mobil van ini, lu yang bawa "

Rian memperhatikan detail wajah orang yang berada dibawah itu dengan tatapan begitu tajam. Yang bahkan Yuna sendiri akan kecapean dalam menghadapinya.

"okee..."

Orang itu diborgol khusus seperti layaknya buronan dan diangkat tanpa melawan atau berbicara oleh Rian masuk kedalam belakang Van.

"kita berangkat kak"

"...."

Suasana surram dari Rian tidak bisa sedikit pun teringankan oleh nada ceria dari Yuna, melihat itu membuat Yuna sendiri menghelakan napas sambil tersenyum masam.

AmurokoWhere stories live. Discover now